Minggu, 30 Oktober 2016

PENCIPTAAN DAN KEJATUHAN MANUSIA DALAM DOSA

A. Penciptaan Manusia
a. Berbagai Pandangan Yang Salah Mengenai Penciptaan Manusia
 Ada banyak pandangan atau teori yang muncul terkait dengan pengajaran tentang manusia (antropology) dan dosa (hamartology). Oleh karena itu, dalam tulisan ini penulis akan membahas secara ringkas mengenai padangan tersebut.

1.   Evolusi Alamiah
Pada bab sebelumnya, penulis telah menyinggung sedikit mengenai pandangan ini, dan teori ini merupakan teori yang dipopulerkan oleh Charles Darwin. Menurut pandangan evolusi alamiah, hal yang diperlukan untuk mengawali kehidupan hanyalah atom-atom yang bergerak,[1] dan dikombinasikan dengan gerakan, waktu, faktor-faktor lainnya serta adanya secara kebetulan. Menurut penulis, teori ini sangat sulit dijelaskan secara ilmiah. Bagaimana atom-atom tersebut bisa ada secara sendirinya? Apa yang membuat atom-atom tersebut bisa bergerak dengan sendirinya tanpa ada yang mengerakkannya? Pertanyaan-pertanyaan seperti akan sulit dijawab oleh para penganut evolusi alamiah. Alur pemikiran dalam teori ini sangat tidak jelas karena mengandung banyak asumsi dasar yang belum jelas, sehingga tidak bisa diterima sebagai suatu kebenaran, terlebih karena padangan ini sangat jauh dari pengajaran Alkitab, dimana segala sesuatunya terlepas dari kehadiran Allah.
Para penganut evolusi alamiah telah berusaha sedemikian keras untuk mencari-cari berbagai alasan atau argumentasi yang dipakai untuk menjelaskan teori mereka dengan tujuan agar teori mereka dapat diterima.  Argumentasi yang sering mereka pakai di antaranya adalah terdapat kesamaan-kesamaan yang mencolok antara anatomi manusia dengan anatomi hewan bertulang belakang dari golongan yang lebih tinggi.[2] Para evolusionis mengatakan bahwa janin manusia berkembang melalui aneka tahap yang sejajar dengan proses yang dianggap evolusioner, yaitu dari organisme bersel satu sampai menjadi spesies yang dewasa,[3] dan tentu masih banyak argumentasi lainnya yang mereka pakai untuk mempertahankan teori mereka , yang jelas bahwa argumentasi ini pasti menemui kesulitan dalam penjelasannya
2. Evolusi Deistis
            Pandangan ini berbeda dengan pandangan evolusi alamiah. Menurut pandangan ini, Allah adalah pencipta segala sesuatu, tetapi hanya bentuk kehidupan yang mula-mula itu yang secara langsung diciptakan-Nya. Segala sesuatu yang lain merupakan hasil ciptaan Allah yang tidak langsung. Allah adalah pencipta; penyebab yang utama, tetapi evolusi merupakan sarana selanjutnya.[4]
            Pandangan ini hanya menyatakan sedikit saja kebenaran yaitu bahwa Allah itu ada dan Allah juga terlibat dalam penciptaan. Kesalahan dalam pandangan ini adalah karena melibatkan proses evolusi di dalamnya, sedangkan Alkitab mencatat bahwa Allah secara langsung menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini tanpa adanya proses evolusi. Kehidupan mula-mula yang dimaksud oleh pandangan ini kemungkinan adalah berupa zat ataupun materi yang masih belum jelas. Apapun kehidupan yang dimaksud tidak dapat mendukung bahwa pandangan ini dapat dianggap sebagai kebenaran. Tidak ada satu pun di dalam dunia ini yang terjadi atau tercipta melalui evolusi, melainkan Allah yang secara langsung menciptakannya.  
3. Evolusi Teistik
            Evolusi teistik adalah pengajaran bahwa tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia secara bertahap dan berevolusi dari bentuk yang lebih rendah, dan proses itu disupervisi oleh Allah.[5] Pandangan ini memang melibatkan Allah dalam menciptakan tetapi Allah sama sekali tidak memakai organisme tertentu untuk menciptakan makhluk hidup lainnya. Alkitab mencatat bahwa Allah menciptakan segala sesuatu hanya dengan berfirman (Kej. 1:3,6,9 dst), bukan melalui organisme lainnya.
Pandangan ini akan sulit menjelaskan bagaimana manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1:26-27). Pandangan ini juga bertentangan dengan Alkitab yang menyatakan bahwa Allah menciptakan manusia dari debu tanah (Kej. 2:7). Alkitab juga tidak mencatat bahwa Allah terlebih dahulu menciptakan organisme tertentu, kemudian Allah memakai organisme tersebut untuk menciptakan makhluk hidup lainnya. Dengan demikian, teori ini tidak bisa dianggap sebagai kebenaran.
Dari beberapa teori di atas, dapat diketahui bahwa semua teori tersebut tidak ada yang bisa dijadikan atau dianggap sebagai suatu kebenaran. Oleh karena itu, orang Kristen harus bisa kritis dalam meneliti berbagai teori yang muncul terutama yang berhubungan dengan pengajaran Alkitab, sehingga tidak mudah untuk terjerat dalam pengajaran yang salah (Ibrani 2:1).
b. Penciptaan Manusia Menurut Alkitab
1). Kisah Penciptaan Adalah Ajaran Harfiah Alkitab
        Orang Kristen yang sejati percaya bahwa Alkitab tidak ada salah, karena ditulis oleh Allah yang Maha benar. Jika Allah yang Maha benar berfirman, pastilah firman-Nya itu benar. Kebanyakan para kritikus atau para evolusioner menganggap bahwa Alkitab penuh kesalahan bahkan menolak pengajaran Alkitab, salah satunya menganggap bahwa kisah penciptaan dalam kitab Kejadian hanyalah sebuah mitos saja, atau bagi mereka hal demikian tidak masuk akal. Bahkan kebanyakan dari mereka yang mengkritik Alkitab menganggap bahwa Alkitab sama seperti buku biasa, bukan Firman Tuhan. Sehingga, banyak dari mereka memiliki penafsiran yang alegorikal terhadap Alkitab dan mereka membuat berbagai teori yang bertentangan dengan Alkitab. Oleh karena itu, untuk memahami Alkitab dengan benar diperlukan asumsi dasar yang benar. Asumsi dasar yang benar untuk memahami Alkitab adalah percaya bahwa Alkitab tidak ada salah. Jika seseorang mempelajari Alkitab tanpa asumsi dasar yang benar dan berkata bahwa Alkitab banyak salah, maka kesimpulan yang dihasilkan akan bertentangan dengan isi Alkitab itu sendiri.
Henry C. Thiessen dalam bukunya menuliskan bahwa bila Alkitab ditafsirkan secara harfiah, maka terbitlah suatu penjelasan yang masuk akal tentang asal usul manusia,[6] dan penulis setuju dengan pernyataan seperti itu. Pemahaman seseorang terhadap Alkitab tentu berbeda-beda, hal ini tergantung pada metode penafsiran yang dipakai. Ada tiga metode penafsiran yang benar terhadap Alkitab yaitu penafsiran secara literal (harfiah), penafsiran secara grammatikal (tata bahasa), dan penafsiran secara historikal (konteks sejarah). Penafsiran secara alegorikal (kiasan) bisa saja dipakai apabila terdapat suatu ayat yang tidak bisa dipahami secara literal. Oleh karena itu, seluruh kisah penciptaan dalam Kejadian pasal 1-2 tidak benar apabila ditafsirkan secara alegorikal melainkan lebih tepat jika ditafsirkan secara literal karena masih bisa dipahami secara literal. Bahkan, kebanyakan ayat-ayat di dalam Alkitab lebih cocok apabila menggunakan penafsiran yang literal dan kesimpulan yang dihasilkan dari penafsiran literal akan lebih masuk akal, sesuai dalam penerapannya dan tidak bertentangan dengan berbagai ayat-ayat lainnya dalam Alkitab. Ada beberapa ayat di dalam Alkitab bahwa Allah menciptakan manusia secara langsung (Kej. 1:27, 2:7, 5:1, 6:6-7; Ul. 4:32; Mzm. 100:3; I Tim. 2:13). Oleh karena itu, kisah penciptaan dalam Alkitab adalah kisah penciptaan yang literal dan bukan berasal dari sumber manapun, melainkan Firman dari Allah sendiri.
2). Penciptaan Manusia Terjadi Pada Hari Keenam Yang Literal      
            Alkitab menuliskan dengan jelas bahwa manusia diciptakan oleh Allah pada hari yang keenam (Kej. 1:26, 31). Namun, dewasa ini muncullah sebuah teori yang mencoba menjelaskan bahwa hari-hari yang disebut di dalam Alkitab merupakan suatu periode yang begitu panjang, teori ini disebut Teori Hari-zaman. John Davis dalam bukunya menjelaskan tentang teori ini.
Teori Hari-zaman, yang disebut juga teori hari geologis karena usahanya yang menghubungkan zaman-zaman geologis dengan tujuh hari dalam Kejadian 1, menafsirkan “hari-hari” ini lebih secara metaforis bukannya secara harfiah. Para penyokong teori ini berpendapat bahwa ungkapan “petang dan pagi” merupakan kiasan untuk “awal dan akhir.” Petang memberikan gambaran tentang penyelesaian pekerjaan berangsur-angsur dari tiap periode penciptaan, yang digantikan oleh pagi dengan kegiatan yang dimulai lagi.[7]
            Jadi, menurut teori ini baik hari pertama sampai hari ketujuh dalam penciptaan merupakan suatu kiasan dari suatu masa yang begitu panjang, bukan secara literal. Tentu saja penulis tidak setuju dengan pandangan ini. Ada beberapa alasan mengapa penulis tidak menyetujui pandangan ini, yang pertama adalah karena pandangan ini di dasarkan pada penafsiran yang alegorikal dan tidak ada dasar yang kuat yang bisa dijadikan alasan mengapa hari-hari tersebut harus dipahami secara alegorikal. Yang kedua adalah ketika  kata “hari” atau “yom” dalam bahasa Ibrani dipasangkan dengan suatu angka, misalnya hari kesatu atau dalam bahasa Ibrani disebut “yom echad”, maka lebih tepat jika ditafsirkan secara literal yaitu benar-benar hari pertama. Yang ketiga adalah kata “petang dan pagi” dalam KJV diterjemahkan “evening and morning” sama sekali tidak sesuai jika ditafsirkan dengan “awal dan akhir”, seandainya Allah memaksudkan bahwa itu adalah “awal dan akhir”, mengapa Allah tidak menulis secara langsung bahwa itu “awal dan akhir?” Mengapa yang ditulis hanya “petang dan pagi?” Jelas, bahwa maksud Tuhan adalah hari secara harfiah. Yang keempat adalah dalam Keluaran 20:11 tercatat bahwa Tuhan menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya hanya selama enam hari. Dengan demikian, maka dapat diketahui bahwa manusia juga diciptakan pada hari yang keenam.
3). Penciptaan Manusia Hanya Terjadi Satu Kali Saja
            Salah satu teori yang lain yang bertentangan dengan pandangan Alkitab adalah teori mengenai adanya manusia sebelum Adam dan Hawa diciptakan. Teori ini dikenal dengan sebutan Teori Kesenjangan. Teori kesenjangan menyatakan dengan tegas bahwa pada waktu lampau yang kekal Allah telah menciptakan langit dan bumi yang sempurna. Bumi didiami oleh suatu suku bangsa pra-Adam dan diperintah oleh Iblis, yang menghuni taman Eden.[8]
Teori ini didasarkan pada penafsiran terhadap Kejadian 1:2 tentang bumi yang belum berbentuk dan kosong. Kejadian 1:2 dalam KJV diterjemahkan “the eart was without form and void,” akan lebih cocok jika diterjemahkan bumi menjadi tandus (tohu) dan kosong (bohu). Para penganut teori kesenjangan berpendapat bahwa bumi menjadi tandus dan kosong adalah menggambarkan keadaan yang sangat buruk akibat hukuman ilahi dari Allah kepada manusia pra-Adam. Pandangan ini tentu saja tidak dapat dibenarkan karena beberapa hal, yang pertama adalah Alkitab sama sekali tidak mencatat secara eksplisit bahwa adanya manusia pra-Adam. Yang kedua adalah tidak ada bukti atau dasar yang kuat untuk mendukung pandangan tersebut, melainkan hanya didasarkan pada penafsiran yang bersifat alegoris dan asumsi-asumsi dasar yang salah. Yang ketiga adalah jika Allah telah menciptakan manusia pra-Adam berarti Allah tidak hanya menciptakan manusia dan segala isi langit dan bumi selama enam hari, melainkan Allah menciptakan di luar dari enam hari yang sudah ditetapkan, jika demikian halnya maka Keluaran 20:11 yang menyatakan bahwa Allah hanya menciptakan selama enam hari, sudah otomatis salah. Oleh karena itu, teori ini tidak sesuai dengan apa yang Alkitab tuliskan.
4). Manusia Pertama Diciptakan Langsung Oleh Allah Sebagai Laki-laki dan Perempuan
            Para penganut teori evolusi selalu berkata bahwa manusia berasal dari suatu sel tertentu ataupun makhluk tertentu yang berevolusi menjadi manusia. Jikalau para evolusioner berkata bahwa binatang lebih dulu diciptakan dari pada manusia, maka itu benar karena Alkitab mencatat demikian. Tetapi, Alkitab sama sekali tidak mencatat bahwa binatang-binatang tersebut berevolusi menjadi manusia. Salah satu pandangan evolusioner adalah menganggap bahwa manusia berasar dari kera, dan telah ditemukan adanya fosil manusia-kera yang mereka sebut sebagai hominid. Henry Morris mencatat bahwa fosil-fosil dari apa yang disebut hominid ini tidak lengkap dan diragukan. Karena banyak fosil kera yang sesungguhnya dan fosil manusia yang sesungguhnya telah ditemukan, maka sangat sedikitnya fosil-fosil yang dapat dianggap sebagai bentuk antara kera dan manusia.[9] Oleh karena itu, fosil ini sama sekali tidak dapat membuktikan apa-apa yang dapat mendukung bahwa manusia berevolusi dari binatang.
            Beberapa ayat di dalam Alkitab bahwa Allah menciptakan langsung manusia pertama yaitu Adam dan Hawa sebagai laki-laki dan perempuan bukan berevolusi dari makhluk lain, misalnya Kejadian 1:27, 2:7,21; Matius 19:4; 1 Korintus 11:8. Dari ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa Adam diciptakan langsung oleh Allah dari debu tanah (Kej. 2:7), dan Hawa diciptakan langsung dari tulang rusuk Adam (Kej. 2:21-23). Para evolusioner tidak bisa memahami bahwa laki-laki dan perempuan yang dimaksud dalam Kejadian 1:27 adalah mengacu kepada Adam dan Hawa.
Salah seorang dari pendukung teori evolusi bernama Agus Miradi mencatat dalam bukunya dengan mengatakan bahwa “tanpa terpengaruh oleh tafsiran sebelumnya yang sudah mendarah daging dan turun temurun, kita teliti kembali untuk siapakah ayat tersebut dimaksud, ayat tersebut ada dua kemungkinan, bisa untuk manusia Adam dan bisa juga untuk manusia lain sebelum Adam[10]. Jelas, bahwa Agus Miradi masih percaya dengan manusia pra-Adam, dan seperti yang penulis jelaskan sebelumnya bahwa teori tentang manusia pra-Adam tidak bisa dibenarkan. Lagi pula Agus Miradi tidak melihat hubungan ayat tersebut dengan Kejadian pasal 2:7, 22.
5). Manusia Diciptakan Segambar Dan Serupa Dengan Allah
            Alkitab mencatat bahwa manusia pada awalnya diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26). Banyak orang mempertanyakan mengenai apa yang dimaksud dengan segambar dan serupa dengan Allah, sehingga banyak menimbulkan penafsiran mengenai hal tersebut. Penulis memberikan dua penafsiran mengenai hal itu, yang pertama adalah bahwa yang dimaksud dengan segambar dan serupa dengan Allah berarti manusia diberikan akal budi, hati nurani, dan kehendak bebas. Baik akal budi, hati nurani, maupun kehendak bebas juga dimiliki oleh Allah. Akal budi (knowledge) diberikan dengan tujuan agar manusia bisa berpikir dan memperoleh pengetahuan. Tuhan menginginkan agar setiap manusia yang diberikan akal budi memikirkan hal-hal yang positif atau yang berkenan dihadapan Tuhan (Filipi 4:8). Contoh bahwa manusia sudah memiliki akal budi, dapat terlihat pada tindakan Adam yang memberikan nama-nama kepada binatang yang telah diciptakan oleh Tuhan (Kejadian 2:19-20). Tidak mungkin Tuhan menyuruh Adam untuk memberikan nama kepada binatang tersebut tanpa Adam diberikan akal budi untuk memikirkan nama yang cocok pada binatang-binatang itu. Dalam Kejadian 3:22, Tuhan berkata bahwa manusia tahu tentang yang baik dan yang jahat. Manusia bisa mengetahui yang baik dan yang jahat karena manusia telah memiliki akal budi.
            hati nurani juga berkaitan tentang perasaan (feeling) manusia. Hati nurani menyatakan tindakan dan keadaan kita agar menaati atau tidak menaati standar yang ada serta menyatakan bahwa tindakan dan keadaan yang selaras dengan standar itu adalah sesuatu yang wajib bagi kita.[11] Pada saat seseorang diperhadapkan dengan suatu pilihan, maka sudah pasti hati nuraninya akan bekerja. Salah satu contoh yang dapat menggambarkan hal ini dalam Alkitab adalah peristiwa tentang kejatuhan manusia dalam dosa (Kej. 3). Adam dan Hawa pada waktu itu, harus memilih apakah mereka taat pada perintah Tuhan atau taat pada perintah Iblis. Keputusan yang mereka ambil pada waktu itu untuk memilih taat pada perintah Iblis pastilah berdasarkan pertimbangan hati nurani mereka. Pada akhirnya, Adam dan Hawa menyadari bahwa apa yang mereka lakukan telah salah dan merupakan dosa. Tentulah kesadaran ini juga timbul dari hati nurani mereka sendiri yang menyatakan bahwa mereka sudah berdosa di hadapan Tuhan.
            Kehendak bebas (freewill) juga telah diberikan oleh Allah kepada manusia, karena Allah hanya ingin disembah oleh makhluk yang memiliki kehendak bebas. Allah memberikan kehendak bebas kepada manusia dengan tujuan agar manusia mau memilih untuk taat kepada-Nya. Konsekuensi dari kehendak bebas ini adalah manusia bisa memilih untuk taat kepada Allah dan manusia juga bisa memilih untuk tidak taat kepada Allah. Banyak orang mempertanyakan mengenai kehendak bebas ini, mereka berkata bahwa seandainya manusia tidak diberikan kehendak bebas maka manusia tidak akan jatuh ke dalam dosa. Tetapi, menurut penulis seandainya manusia tidak diberikan kehendak bebas, maka manusia sama seperti robot. Robot tidak bisa melakukan perintah jikalau robot tersebut tidak diprogram. Seandainya Tuhan menciptakan manusia sama seperti robot, dan memprogram manusia tersebut untuk taat kepadaNya, maka adakah nikmatnya dan untungnya bagi Allah? Jika makhluk berkehendak bebas memilih untuk taat kepada Allah tanpa ada paksaan, maka hal itu menjadi kenikmatan tersendiri bagi Allah. Tuhan menciptakan manusia berkehendak bebas dengan tujuan agar manusia mau memuliakan Dia (Yes. 43:7). Salah satu ayat yang menyatakan bahwa manusia memiliki kehendak bebas terdapat di dalam Yosua 24:14-15.
            Penafsiran kedua tentang manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah adalah bahwa manusia diciptakan dengan memiliki tiga unsur yaitu tubuh, jiwa dan Roh, atau sering disebut dengan teori Trikotomi. Walaupun ada yang menganggap bahwa manusia hanya terdiri dari dua unsur saja (dikhotomi), tetapi penulis lebih cenderung pada teori yang pertama. Ada beberapa pendapat mengatakan bahwa manusia diciptakan dengan tubuh, jiwa, dan roh adalah untuk menggambarkan Allah yang Tritunggal. Allah terdiri dari tiga pribadi dan manusia juga terdiri dari tiga unsur. Walaupun demikian, ini hanyalah suatu gambaran saja. Tidak ada ilustrasi yang sempurna untuk bisa menggambarkan Allah yang Tritunggal.
            Tubuh berhubungan dengan jasmani manusia, jiwa berhubungan dengan kesadaran manusia sedangkan Roh berhubungan dengan kerohanian manusia (hubungan dengan Allah). Ayat yang tegas menyatakan bahwa manusia terdiri dari tiga unsur yaitu 1 Tesalonika 5:23 yang berbunyi “semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. Selain itu Ayat yang ada kata “jiwa” dan “roh” terdapat di Markus 12:30 dan Ibrani 4:12. Ayat yang ada kata “tubuh” terdapat di 1 Korintus 15:40, dan masih banyak lagi ayat-ayat lainnya. Oleh karena itu, teori Trikotomi sangat didukung oleh pengajaran Alkitab.
B. Kejatuhan Manusia
a). Penyebab Kejatuhan Manusia
            Alkitab mencatat mencatat bahwa setelah Adam dan Hawa diciptakan, maka Allah menempatkan mereka di taman Eden untuk mengusakakan taman itu (Kej. 2:8, 15). Di tengah-tengah taman itu, terdapat dua pohon yang sangat spesial yaitu pohon kehidupan dan pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat, dan Allah memerintahkan manusia itu untuk tidak boleh memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat itu, supaya mereka tidak mati (Kej. 2:16). Dalam kejadian 3, terlihat bagaimana Iblis berusaha untuk menjatuhkan manusia ke dalam dosa, Iblis ingin agar mereka memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat itu. Iblis berusaha meyakinkan Adam dan Hawa bahwa mereka tidak akan mati jikalau mereka memakan buah itu (Kej. 3:4), melainkan mereka akan menjadi sama seperti Allah (Kej. 3:5). Tentu saja, hal ini adalah tipuan muslihat dari si Iblis. Apa yang iblis ucapkan adalah kebalikan dari apa yang Tuhan perintahkan. Karena Iblis pada awalnya tidak bisa melawan Allah secara langsung, maka cara satu-satunya iblis untuk bisa melawan Allah adalah dengan menyesatkan semua makhluk ciptaan Tuhan dan membuat mereka menentang Allah.
            Tuhan ingin agar Adam dan Hawa membentuk karakter mereka untuk semakin kudus, yaitu melalui ketaatan pada perintah-Nya. Tetapi, pembentukan kekudusan karakter mereka sudah gagal. Kegagalan tersebut disebabkan karena mereka lebih memilih taat pada perintah Iblis dibandingkan dengan perintah Tuhan. Adam dan Hawa pada waktu itu sudah melanggar perintah Tuhan yaitu dengan memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat (Kej. 3:6-7). Pelanggaran atau ketidaktaatan mereka merupakan dosa dihadapan Tuhan. Oleh karena itulah mereka disebut sebagai orang yang berdosa. Dosa dalam Alkitab disebut sebagai pelanggaran akan hukum Allah (1 Yoh. 3:4). Tuhan telah memberikan kehendak bebas kepada manusia untuk memilih, dan Tuhan sangat ingin agar setiap manusia tidak salah untuk mempergunakan kehendak bebas itu.
b). Akibat Kejatuhan Manusia
            Setiap pelanggaran pasti ada konsekuensinya.  Dalam Kejadian 2:17, Tuhan telah memberitahu konsekuensi jika Adam dan Hawa melanggar perintah-Nya, konsekuensinya adalah kematian. Kematian apa yang dimaksud dalam ayat tersebut? Ada dua penafsiran yang cocok mengenai kata “mati” dalam ayat tersebut. Yang pertama adalah kematian secara rohani. Ketika Adam dan Hawa memakan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat itu, maka pada saat itulah mereka mengalami kematian secara rohani. Kematian rohani yang penulis maksud adalah putusnya hubungan rohani antara Allah dengan manusia yang diakibatkan oleh dosa, atau dengan kata lain manusia terpisah dari Allah. Keterpisahan ini disebabkan karena Allah memiliki sifat yang Mahakudus. Kudus artinya terpisah dari dosa. Oleh karena itu, Allah yang Mahakudus tidak bisa terhampiri oleh dosa (1 Pet. 1:15-16). Allah yang Mahakudus sangat membenci dosa (Ams. 6:16-19; 8:13), dan dosa menjadi pemisah antara Allah dan manusia (Yes. 59:2).
            Sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, mereka terpisah dari Allah. Kematian rohani mereka terlihat ketika Adam dan Hawa menyembunyikan diri dari hadapan Tuhan (Kej. 3:8). Alkitab mencatat bahwa mereka bersembunyi di antara pohon-pohonan dalam taman. Adam dan Hawa merasa takut bertemu dengan Tuhan (Kej. 3:10). Ketakutan ini disebabkan karena mereka merasa bahwa mereka sudah bersalah di hadapan Tuhan. Rasa takut atau bersalah dihadapan Tuhan mulai ada sejak manusia jatuh ke dalam dosa. Sebelum kejatuhan, hubungan antara Allah dan manusia terjadi secara harmonis tanpa ada penghalang.
            Yang kedua adalah bukan saja mereka mengalami kematian secara rohani melainkan mereka juga akan mengalami kematian secara fisik. Dalam Roma 5:12, berbunyi “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa”. Dalam ayat tersebut sangat jelas bahwa kematian secara fisik yang dialami oleh seluruh manusia adalah konsekuensi dari dosa. Dalam Kejadian 5, kata “mati” yang mengacu pada kematian secara fisik muncul beberapa kali dalam ayat tersebut. Memang, pada saat Adam dan Hawa memakan buah itu, mereka tidak langsung mengalami kematian secara fisik melainkan hanya kematian rohani, tetapi mereka pasti akan mati secara fisik.
            Kejatuhan mereka juga membuat mereka diusir dari taman Eden, mereka tidak bisa kembali lagi menikmati keindahan taman Eden. Mereka akhirnya disebut sebagai orang berdosa dan keturunan Adam dan Hawa berposisi sebagai orang yang berdosa (Rom, 3:23). Tetapi, puji syukur kepada Allah yang telah mengutus anak-Nya yaitu Yesus Kristus yang rela untuk menanggung dosa manusia (Yoh. 3:16). Sehingga, tidak semua manusia masuk ke dalam neraka. Melainkan, bagi setiap orang yang sungguh menyesali dosanya dan percaya bahwa dosanya sudah ditanggung oleh Yesus Kristus, maka dia akan selamat dari api neraka yang kekal. Keselamatan hanya melalui iman, bukan dengan usaha manusia, baik beramal, berpuasa, asketikisme, berbuat baik, rajin ke gereja, dll (Ef. 2:8-9), atau dengan ritual tertentu misalnya, baptisan, perjamuan dll, semuanya itu tidak menyelamatkan manusia. Keselamatan hanya diperoleh melalui bertobat dan percaya kepada Yesus (Mark. 1:14).



[1] Millard J. Erickson, hal. 44.
[2]Henry C. Thiessen, Teologi Sitematika (Malang: Gandum Mas, 2010) hal. 232.

[3] Ibid, hal 233

[4] Millard J. Erickson, hal. 47.
[5] Paul Enns, hal. 372
[6] Henry C. Thiessen, hal. 235
[7] John J. Davis, Eksposisi Kitab Kejadian (Malang: Gandum Mas, 2001), hal. 52.
[8] Ibid, hal. 42.
[9] Henry M. Morris, Sains dan Alkitab (Malang: Gandum Mas, 2004) hal. 53.

[10] Agus Miradi, Siapa Manusia Pertama itu? (Jakarta: Yayasan Tunas daud, 2003) hal. 79.
[11] Henry C. Thiessen, hal. 248



(jika ada, kesalahan, kritikan, masukan, dll, silahkan berikan komentar).
Maranatha..!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar