Jumat, 11 November 2016

Apa Saja Nasihat bagi "Orang Pemuda" Dalam Kitab Amsal ?...

               Apa saja sih nasihat Firman Tuhan bagi orang muda ? Ada banyak nasihatNya, beberapa berikut ini..
    A.    Mendengarkan Didikan Atau Nasihat Dari Orang Tua
Salomo yang sudah pernah mengalami masa muda tentu sangat tahu bagaimana rasanya hidup sebagai orang muda. Dia juga sangat tahu betapa pentingnya mendengarkan nasihat orang tua. Oleh karena itu, Salomo dalam suratnya seringkali menantang atau menasehati orang muda untuk mendengarkan ajaran dari orang tua, baik itu nasihat atau didikan.
Amsal 1:8-9 “Hai anakku dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu, sebab karangan bunga yang indah itu bagi kepalamu, dan suatu kalung bagi lehermu.”
Amsal 4:1 “Dengarkanlah, hai anak-anak, didikan seorang ayah dah perhatikanlah supaya engkau memperoleh pengertian.”
Amsal 6:20 “Hai anakku, peliharalah perintah ayahmu, dan janganlah menyia-nyiakan ajaran ibumu, tambatkanlah senantiasa semuanya itu pada hatimu, kalungkanlah pada lehermu.”[1]
Orang tua yang Salomo maksudkan dalam hal ini adalah orang tua yang baik (takut akan Tuhan), dan Salomo juga memposisikan dirinya sendiri sebagai orang tua dengan mengatakan “hai anakku.” Tuhan ingin agar setiap anak muda lebih mendengarkan nasihat orang tua yang takut akan Tuhan dibandingkan nasihat orang tua yang tidak takut pada Tuhan. Tidak mungkin orang tua yang tidak baik (tidak takut Tuhan) dapat mendidik anaknya dengan baik. Seperti di dalam Efesus 6:1 dikatakan “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Pada umumnya, Setiap orangtua tidak pernah memiliki keinginan atau maksud yang buruk dalam mendidik anak-anak mereka. Setiap orangtua selalu memiliki tujuan yang baik dalam membesarkan anak mereka.[2] Oleh karena itu betapa pentingnya mendengarkan nasihat dari orang tua.
Dalam ketiga ayat di atas, terlihat bahwa Salomo bukan hanya menyuruh anak-anaknya untuk mendengarkan orang tuanya, melainkan Salomo menghendaki agar anak-anaknya tidak boleh melupakan ajaran atau didikan orang tua, didikan itu senantiasa ditambatkan di dalam hati dan dikalungkan pada leher (Ams. 16:20). Didikan orang tua bukan hanya saja didengar, diingat, melainkan harus di pegang teguh “jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu (Ams 1:9).” Salomo juga mengibaratkan didikan orang tua seperti karangan bunga yang indah (Ams. 1:8). Hal itu menandakan bahwa betapa bergunanya, berharganya atau bernilainya didikan dari orang tua. Matthew Henry dalam tafsirannya terhadap kitab Amsal mengatakan:
Ia menyarankan didikan ini sebagai sesuatu yang sangat mulia dan akan mendatangkan kehormatan kepada kita: "Didikan-didikan dan ajaran-ajaran orangtuamu, jika dijalani dan dihayati betul-betul, akan menjadi karangan bunga yang indah bagi kepalamu (ay. 9; kjv: perhiasan indah bagi kepalamu - pen.), suatu perhiasan yang, dalam pandangan Allah, mahal harganya, dan akan membuatmu tampak besar seperti orang-orang yang mengenakan kalung emas di leher mereka." Biarlah kebenaran-kebenaran dan perintah-perintah ilahi menjadi bagi kita sebuah mahkota kecil, atau kalung lencana sebagai lambang pangkat tertinggi. Marilah kita menghargainya, dan berkeinginan sangat untuk mengejarnya, maka kebenaran-kebenaran dan perintah-perintah ilahi itu akan menjadi mahkota atau kalung lencana bagi kita. Orang-orang yang benar-benar berharga, dan yang akan dihargai, adalah mereka yang lebih menghargai diri mereka sendiri berdasarkan kebajikan dan kesalehan mereka daripada berdasarkan kekayaan dan kehormatan duniawi mereka.[3]
            Ada banyak alasan mengapa begitu pentingnya mendengarkan nasihat dari orang tua. Berikut ini adalah sebuah kutipan yang dapat memberikan alasan tentang pentingnya untuk mendengarkan nasihat atau didikan dari orang tua.
cobalah untuk menyimak 5 alasan mengapa sebaiknya Anda lebih mengikuti anjuran orangtua:
1. Mempererat Hubungan Orang Tua Dan Anak. Hanya dengan mendengarkan dan mempertimbangkan apa yang mereka sarankan bisa membuat Anda dan orang tua punya kedekatan yang lebih berkualitas. Sekalipun Anda tak menggunakan nasehat itu, tapi dengan menghargainya, Anda bisa membuat orang tua lebih tenang. Mereka juga akan merasakan bahwa Anda masih percaya dan menyayangi mereka. Namun tak harus memaksakan apabila yang disarankan orang tua memang meragukan untuk direalisasikan dalam masalah Anda. 2. Bentuk Kepedulian. Saat orang tua memberikan pendapat atau nasehat mereka, itu menunjukkan kalau mereka peduli pada kehidupan anak-anaknya. Yang namanya orang tua, wajar sekali memberi nasehat pada anaknya agar tidak jatuh pada penderitaan. Hanya saja tak semua orang tua bisa memahami bahwa membiarkan anak merasa jatuh bisa melatih anak-anak ini agar lebih tangguh. Akibatnya beberapa orang tua kadang jadi overprotektif lewat nasehat mereka. Nah, dalam poin ini menjadi kewajiban Anda untuk menjelaskan dan membuktikan bahwa Anda bisa dipercaya untuk menjaga diri sendiri. Ini tidak mudah lho. Lakukan hanya bila Anda benar-benar siap, berkemauan kuat dan bertanggung jawab. 3. Mereka Pernah Muda. Jangan pernah mengatakan bahwa orang tua tak mengerti anak muda. Mereka pernah muda walau berbeda jaman dengan kita. Apapun karakter mereka, yang namanya orang tua itu pernah muda dan memahami celah-celah masa muda yang bisa menjatuhkan atau mengangkat kita. Hanya saja kita masih sangat muda untuk tidak penasaran dan mencoba hal tersebut. Kalau bukan mereka yang mengalami sendiri, mungkin mereka juga melihat masa muda itu dari apa yang teman-teman mereka lakukan dan bagaimana mereka sekarang. Bagaimanapun, hargai anjuran yang mereka berikan. Kalau tidak hari ini, besok kita akan mengerti kenapa kita perlu mendengarkan apa yang dinasehatkan ayah dan ibu. 4. Mengurangi Rasa Penyesalan. Banyak anak yang akhirnya mengakui bahwa apa yang d ikatakan orang tuanya bukanlah kesia-siaan atau teori belaka. Penyesalan memang datang belakangan. Tapi setidaknya Anda bisa mengurangi resiko menyesal di depan dengan tidak mengabaikan nasehat orang tua. Rasa penasaran kita memang besar karena ketidaktahuan kita di masa muda ini pun masih banyak. Meski tak masalah sesekali jadi anak bandel, tapi selalu dengarkan nasehat baik yang diberikan orang tua. Seiring kita bertumbuh, kita bisa memfilter nasehat mana yang benar dan mana yang perlu 'dimodifikasi'. 5. Perspektif Yang Obyektif. Orang tua adalah sosok yang tidak berhubungan langsung dengan kehidupan Anda di luar rumah. Misalnya dengan kehidupan Anda di kampus, sekolah atau kantor. Maka sudah pasti mereka bisa memberikan pandangan yang cukup objektif. Jangan sembarangan membanting pintu saat orang tua sedang bertanya atau memberi nasehat. Mungkin saja apa yang ia katakan adalah apa yang kita butuhkan. Meski saat itu biasanya kita hanya ingin mendengar apa yang ingin kita dengarkan.[4]


            Dari kutipan di atas sangat jelas bahwa mendengarkan orang tua adalah sangat perlu. Tetapi, kadang-kadang timbul permasalahan apabila seorang anak tidak mendengar nasihat orang tuanya. Apa permasalahannya apabila seorang anak tidak mendengarkan orang tuanya? Tentu ada banyak faktor yang bisa terjadi, seperti yang diungkapkan oleh seorang Psikolog Klinis berikut ini:
"Orangtua yang tidak didengarkan anak sangat mungkin juga jarang mendengarkan pendapat anak. Yang penting adalah menemani anak, termasuk dengan mendengarkan agar pada akhirnya anak dapat membuat keputusan dewasa dari dirinya," kata Psikolog Klinis dari Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Heri Widodo, M.Psi, dalam surat elektronik yang diterima Liputan6.com, Jakarta, Jumat (25/10/2013). Menurut Heri, maraknya perilaku amoral di kalangan remaja seperti tindakan cabul, mesum, bisa karena orangtua, teknologi atau kedua faktor itu secara bersamaan. Keluarga yang mengabaikan anaknya yang sedang tumbuh remaja, baik karena ada masalah atau kesibukan, akan mendorong anak mencari `tempat bernaung` di luar keluarga. "Hal ini membuat remaja tidak terkontrol dan tidak memiliki teman/pendamping yang tepat sehingga mempermudahnya terjerumus dalam tindakan amoral," ujarnya.[5]
            Hal-hal yang diungkapkan oleh Psikolog di atas merupakan sebuah observasi sering terjadi kepada seorang anak yang masih muda. Oleh karena itulah, Salomo dalam kitab Amsal bukan hanya menasihatkan seorang anak untuk mendengarkan orang tuanya melainkan Salomo juga menasihatkan orang tua untuk bisa mendindik anaknya dengan baik. Amsal 22:6 berbunyi “didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” Seorang anak harus bisa mendengarkan nasihat orang tuanya dan orang tua harus bisa mendidik anaknya dengan baik.
B. Berhati-Hati Dalam Memilih Teman
            Salomo juga banyak menasihatkan anak-anak muda untuk berhati-hati dalam memilih teman. Salomo yang juga pernah mengalami masa muda tentu saja tahu bagaimana cara berteman yang baik atau yang tidak baik, dia tentu memiliki banyak pengalaman pada masa mudanya, sehingga dia bisa sharing melalui tulisan-tulisannya di dalam Amsal, dan semuanya itu di dasarkan atas inspiration dari Tuhan.
Amsal 13:20 (ITB) “siapa bergaul dengan orang bijak akan menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal akan menjadi malang.”
Amsal 18:24 (ITB) “ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara.”
Amsal 22:24-25 (ITB) “jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan bergaul dengan seorang pemarah, supaya engkau jangan menjadi biasa dengan tingkah lakunya dan memasang jerat bagi dirimu sendiri.”
                Dari ketiga ayat di atas, Salomo mencatat nasihatnya secara eksplisit dan dengan kalimat yang mudah dipahami oleh setiap pembaca. Salomo menasihatkan bahwa apabila seseorang ingin menjadi bijak, maka dia harus memilih teman yang bijak juga. Tidak ada seseorang yang bisa baik atau bijak dengan sendirinya tanpa dia belajar dari orang lain. Sifat atau karakter seseorang bisa saja berubah, tergantung kepada siapakah dia bergaul. Sekarang ini, begitu maraknya pergaulan bebas yang terjadi di kalangan anak muda, yang sudah susah untuk dihindarkan dari mereka. Pergaulan bebas adalah pergaulan yang buruk. Paulus berkata “janganlah kamu sesat: pergaulan yang buruk dapat merusakkan kebiasaan yang baik” (1 Kor. 15:33). Jadi, Paulus menyebut hal itu sebagai sebuah kesesatan. Teman dapat menuntun kita ke arah yang positif dan negatif dimana sebagian besar pergaulan bebas terjadi karena berteman dengan orang yang tidak baik.[6] Tidak semua teman itu baik, karena ada teman yang bisa mendatangkan kecelakaan. Teman yang baik dapat dilihat dari kehidupannya sehari-hari baik dalam sikap ataupun perilakunya.
            Seringkali dikatakan bahwa bersahabat itu lebih baik dari pada sekedar berteman. Bahkan, Salomo berkata bahwa ada seorang sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara (Ams. 18;24). Salomo bukan bermaksud supaya seseorang tidak perlu memiliki saudara atau merendahkan nilai persaudaraan dibanding persahabatan, tetapi ini hanyalah sebuah observasi, yang juga bisa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Yesus sendiri menyebut dirinya sebagai seorang sahabat yang sejati yang memberikan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya (Yoh. 15:13-15). Syarat untuk menjadi sahabat Yesus adalah melakukan apa yang telah diperintahkan-Nya lewat Firman-Nya (Yoh. 15:14).
 Jadi, Salomo ingin agar setiap orang berhati-hati dalam memilih teman, teman yang baik adalah teman yang dapat membangun, memotivasi, mendorong dalam hal yang baik, dan terlebih memiliki sikap takut akan Tuhan. Warren Buffet berkata “Berkawanlah dengan orang-orang yang lebih baik darimu. Pilihlah sahabat-sahabat yang memiliki kepribadian lebih baik darimu, maka anda akan mencoba melakukan hal yang sama.”[7]
C. Sifat Malas Dapat Merugikan
            Selain Salomo menasihatkan anak-anaknya untuk berhati-hati dalam memilih teman, Salomo juga menasihatkan agar anak-anaknya tidak mempunyai sifat malas dalam diri mereka. Malas merupakan sifat yang memang ada dalam diri manusia. Tetapi, Tuhan tidak ingin seseorang menuruti sifat malas itu, sehingga dia terpuruk dalam sifat kemalasan itu. Apalagi  seorang pemuda yang masih memiliki masa depan yang panjang, dia harus bisa melawan sifat kemasalan itu dalam dirinya. Salah tema yang sering dibahas dalam kitab Amsal adalah tema tentang kemasalan.
Amsal 6:6-11 (ITB) “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak. Biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen. Hai pemalas berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? Tidur sebentar lagi mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring. Maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.”            
Amsal 10:26 (ITB) “seperti cuka bagi gigi dan asap bagi mata, demikianlah si pemalas bagi orang yang menyuruhnya.”
Amsal 12:24,27 (ITB) “tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa. Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang berharga.”
Amsal 13:4 (ITB) “hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan”
Amsal 18:9 (ITB) “orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara dari si perusak”
Amsal 19:15 (ITB) “kemalasan mendatangkan tidur nyenyak, dan orang yang lamban akan menderita lapar.
Amsal 20:4 “pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa”
Amsal 26:13-16 “Berkatalah si pemalas: ada singa di jalan! Ada singa di lorong! Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya. Si pemalas mencelupkan tangannya ke dalam pinggan, tetapi ia terlalu lelah untuk mengembalikannya ke mulutnya. Si pemalas menganggap dirinya lebih bijak dari pada tujuh orang yang menjawab dengan bijaksana.”
            Dari ayat-ayat di atas, dapat dilihat beberapa ciri-ciri dari seorang pemalas. Pertama, pemalas memiliki kesukaan untuk tidur (Amsal 6:6-11). Salomo bukan melarang anak-anaknya untuk tidur atau tidur itu kurang baik, melainkan Salomo ingin agar tidak terlalu menyukai tidur atau kebanyakan tidur. Waktu yang seharusnya dipakai untuk beraktifitas, malah dipakai untuk tidur. Sehingga, waktu yang berharga dapat terlewatkan begitu saja. Efesus 5:16 “dan pergunakanlah (redeeming = menebus) waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.” Paulus ingin agar setiap orang mempergunakan waktunya dengan baik. Tuhan ingin agar anak-anaknya memiliki sifat rajin, bukan bermalas-malasan.
            Ciri yang kedua dari si pemalas adalah bekerja dengan terpaksa (Amsal 12:24). Hal ini juga sering terjadi bagi si pemalas.  Bekerja dengan unsur keterpaksaan sudah pasti dilakukan dengan tidak sepenuh hati, terburu-buru, dan sembarang saja. Sehingga hasilnya tidak semaksimal mungkin. Bahkan di Amsal 18:9, dikatakan bahwa orang yang bermasalas-malasan dalam bekerja karena di lakukan dengan terpaksa akan menjadi saudara dari si perusak. Pekerjaan yang seharusnya dilakukan dengan baik dan memberikan hasil yang baik, namun tidak dilakukan dengan baik, malah dilakukan dengan terpaksa, asal-asalan atau dia memilih untuk tidur, orang itu akan menjadi saudara dari si perusak.
            Ciri yang ketiga dari si pemalas adalah memiliki banyak keinginan yang sia-sia (Amsal 13:4). Semua orang memang  memiliki keinginan baik orang yang malas maupun orang yang rajin. Keinginan orang malas kadang sia-sia, bisa saja karena dia tidak melakukannya, atau dia melakukannya namun tidak dilakukan dengan baik mungkin karena terpaksa. Sehingga pekerjaan itu percuma untuk dilakukan atau hanya sia-sia saja. Sebaliknya, orang rajin memiliki keinginan yang dapat tercapai (success) karena ada usaha yang dilakukan dengan baik.
Coba bayangkan bila Anda sedang berusaha membangun sebuah usaha mulai dari awal dengan sebuah perencanaan yang sudah sempurna, tapi tiba-tiba ketika akan menjalankan usaha tersebut malah tersandung rasa malas yang hingga pada diri Anda. Tentu hal itu akan menjadi penghambat Anda dalam meraih sebuah kesuksesan. Rasa malas tidak hanya menghalangi Anda dalam hal mengejar kesuksesan. Tapi hampir semua kegiatan yang positif selalu di hambat oleh rasa malas yang ada pada diri Anda. Biasanya orang-orang yang sukses dalam bidang yang ditekuninnya tidak pernah berhenti mencoba dan selalu berusaha untuk mencari solusi dari masalah yang dihadapinya sehingga bisa bersemangat dalam menjalankan aktivitas harian.[8]
Ciri yang keempat dari si pemalas adalah pandai mencari-cari alasan (Amsal 26:13). Sebuah alasan memang dapat dibenarkan jika alasan itu benar dan masuk akal. Si pemalas memiliki banyak alasan yang sengaja dibuat untuk menghindar dari sebuah pekerjaan tertentu. Tuhan tidak menginginkan hal itu terjadi pada diri orang percaya. Tuhan sangat marah kepada Musa ketika Musa memiliki banyak alasan yang sebenarnya tidak masuk akal (Kel. 4:13-14), hal itu dilakukannya untuk menghindar dari tugas yang dipercayakan oleh Tuhan kepadanya.
Apa konsekuensi dari sifat kemalasan? Dari ayat-ayat di atas Salomo sudah menjelaskannya. Salomo mengatakan bahwa orang malas akan jatuh dalam kemiskinan, selalu berkekurangan, tidak mendapat keberhasilan dalam pekerjaannya. Semua yang digambarkan oleh salomo adalah hal yang bersifat negatif, tidak ada hal yang positif yang bisa di dapatkan dari kemalasan. Belajar untuk rajin dapat diperoleh dari semut (Ams. 6:6-11). Semut itu rajin biar pun tidak ada pemimpin yang mengaturnya atau mengawasinya. Semut itu pandai dalam menggunakan waktunya dengan efisien. Itulah yang diajarkan oleh Salomo agar semua anak-anaknya menjadi rajin.
D. Jangan Terlibat Dalam Minuman Beralkohol
            Siapakah yang tidak tahu tentang meniman beralkohol? Minuman ini sudah beredar di seluruh dunia. Minuman beralkohol atau kadang disingkat minol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Di berbagai negara, penjualan minuman beralkohol dibatasi ke sejumlah kalangan saja, umumnya orang-orang yang telah melewati batas usia tertentu.[9] Tetapi, minuman ini sudah dikonsumsi juga oleh kalangan anak remaja hingga saat ini.
Di masa ini para remaja sulit membedakan mana hal yang boleh dilakukan dan mana hal yang tidak boleh dilakukan. Karena bagi remaja semua hal yang dilakukannya dianggap benar. Faktanya kita dapat melihat dari lingkungan kita sendiri bahwabanyak kenakalan remaja sekarang ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, dan miras, tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para remaja.[10]

Amsal 23:29-35 merupakan salah satu perikop yang menasehati semua orang untuk tidak terlibat dalam minuman beralkohol yang memabukkan karena memiliki efek yang sangat besar.
Amsal 23:29-35 (ITB) “siapa mengaduh? Siapa mengeluh? Siapa bertengkar siapa berkeluh kesah? Siapa mendapat cidera tanpa sebab? Siapa merah matanya? Yakni mereka yang duduk dengan anggur sampai jauh malam, mereka yang datang mengecap anggur campuran. Jangan melihat kepada anggur, kalau merah menarik warnanya, dan mengilau dalam cawan, yang mengalir masuk dengan nikmat, kemudian memagut seperti ular, dan menyeburkan bisa seperti beludak. Lalu matamu akan melihat hal-hal yang aneh, dan hatimu mengucapkan kata-kata yang kacau. Engkau seperti orang di tengah ombak laut, seperti orang di atas tiang kapal. Engkau akan berkata: orang memukul aku, tetapi aku tidak merasa sakit. Orang memalu aku, tetapi tidak kurasa. Bilakah aku siuman? Aku akan mencari anggur lagi. 
            Minuman anggur (wine) yang disebutkan dalam ayat di atas merupakan anggur yang beralkohol. Wine adalah minuman beralkohol yang terbuat dari fermentasi anggur atau buah-buahan lain.[11] Dari ayat di atas, terlihat dengan jelas betapa besarnya efek negatif (kerugian) yang disebabkan oleh minuman yang beralkohol. Minuman yang beralkohol (memabukkan) seperti yag dituliskan pada ayat di atas mengakibatkan keluh kesah, pertengkaran, cidera, mata menjadi merah, berhalusinasi, timbul perkataan yang kacau, pusing, kecanduan, dan lain-lain. Oleh karena itu, Salomo berkata “anggur adalah pencemooh, minuman keras adalah peribut, tidaklah bijak orang yang terhuyung-huyung karenanya” (Amsal 20:1). Yesaya juga mengatakan bahwa “celakalah mereka yang menjadi jago minum dan juara dalam mencampur minuman keras” (Yesaya 5:22).
            Mungkin saja ada orang yang berkata bahwa minum minuman beralkohol tidak masalah jikalau diminum secara tidak berlebihan dan tidak memabukkan, diminum sedikit saja. Mungkin saja ada yang memakai ayat di dalam 1 Timotius 5:23 untuk membenarkan bahwa minum anggur tidak masalah, yang penting tidak mabuk. Menurut penulis hal demikian tidaklah benar. Dalam 1 Timotius 5:23 tersirat bahwa Timotius bukanlah orang yang terbiasa untuk minum minuman yang beralkohol atau anggur. Jikalau Timotius sudah biasa minum anggur, tentu Paulus tidak perlu menasihatkan dia untuk menggunakan sedikit anggur. Lagi pula, Timotius pada saat itu sedang mengalami gangguan pencernaan. Jadi, tujuan Timotius untuk minum anggur adalah untuk pengobatan. Berbeda halnya dengan kondisi saat ini, banyak orang yang sudah terbiasa untuk minum anggur dan tujuannya hanya untuk memuaskan hawa nafsu saja. Ayat tersebut tidak membenarkan bahwa orang Kristen diperbolehkan untuk minum anggur.
            Orang Kristen yang sudah mengenal kebenaran, terlebih bagi orang yang sudah lahir baru, tidaklah baik dan tidaklah bijak untuk meminum anggur (beralkohol), baik sedikit maupun banyak. Sebenarnya, masalahnya bukan hanya tergantung pada sedikit atau banyaknya anggur yang diminum melainkan tergantung pada keseluruhan prinsip atau kebenaran yang diajarkan di dalam Alkitab. Anggur memiliki efek kecanduan yang membuat seseorang ingin terus meminumnya, dan semakin lama akan menjadi suatu kebiasaan yang susah dilepaskan. Selain itu, Alkitab juga mengajar orang percaya untuk tidak membuat orang lain menjadi tersandung oleh karena melakukan sesuatu. Paulus berkata “tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah” (1 Korintus 8:9). Orang yang sudah menyatakan dirinya sudah lahir baru, dan ia memiliki jabatan dalam jemaat, harus bisa menjaga dirinya untuk tidak membuat jemaat menjadi tersandung. Oleh karena itu, orang lahir baru lebih baik untuk tidak minum minuman yang beralkohol, supaya tidak membuat orang yang belum percaya menjadi tersandung.
E. Mendapatkan Hikmat Dari Tuhan
            Apa itu hikmat? Hikmat bisa dipahami sebagai suatu pengetahuan, kemampuan, kepandaian, pengertian, kecerdasan, kebijaksanaan untuk melakukan, memahami, memikirkan, memandang, dan merencanakan sesuatu untuk mencapai hasil yang baik, sesuai dengan yang dikehendaki (Ams 1:7, 2:2,10, 3:13, 14:8).
A. W. Tozer dan J. I. Packer mendefinisikan hikmat sebagai berikut:
“Didalam hikmat Kitab Suci, saat digunakan pada Tuhan dan manusia yang baik, selalu mengandung konotasi moral yang kuat. Itu dibayangkan sebagai kemurnian, kasih, dan baik … Hikmat, diantara hal lainnya, adalah kemampuan membuat akhir yang sempurna dan mencapai akhir itu melalui cara yang paling sempurna. Itu melihat akhir dari permulaan, sehingga tidak perlu menebak atau menerka. Hikmat melihat segala sesuatu terfokus, setiap bagian dalam hubungan yang benar dengan semua, dan mampu mencapai tujuan dengan ketepatan yang sempurna.”
“Hikmat adalah kekuatan untuk melihat, dan kecenderungan untuk memilih, sisi praktis dari kebaikan moral. Hal seperti itu hanya ditemukan kepenuhannya didalam Tuhan. Dia saja yang secara alami dan sepenuhnya berhikmat.”[12]       
Kitab Amsal adalah kitab yang penuh berbagai macam hikmat yang praktis. Tujuan Salomo menuliskan kitab Amsal adalah untuk mengajarkan hikmat kepada anak-anaknya. Amsal 4:5 (ITB) “perolehlah hikmat, perolehlah pengertian, jangan lupa, dan jangan menyimpang dari perkataan mulutku.” Tuhan ingin agar semua orang mendapatkan hikmat karena itu adalah hal yang paling utama. Tuhan sendiri mengatakan bahwa “hikmat itu lebih berharga dari pada permata, apa pun yang diinginkan orang, tidak dapat menyamainya” (Ams. 8:11). Banyak orang menginginkan kekayaan, kedudukan, jabatan, kekuatan secara materi, politik, dan lain-lain, tetapi semuanya itu tidak dapat menyamai hikmat, hikmat jauh lebih berharga dari pada itu semua.
            Amsal 3:13 (ITB) “berbahagialah orang yang mendapatkan hikmat, orang yang memperoleh kepandaian.” Alkitab tidak pernah menyebut orang kaya, orang yang memiliki jabatan dan lain-lain, sebagai orang yang berbahagia. Berdasarkan kitab Amsal, orang yang paling berbahagia adalah orang yang memiliki hikmat. Orang yang berhikmat memiliki kecerdasan, pengetahuan dan kebijaksanaan (Ams. 8:12). Ada dua sumber utama dari hikmat yaitu Tuhan (Ams. 2:6) dan orang tua (Ams. 5:1). Hikmat dari Tuhan didapatkan lewat Firman-Nya yang sudah diinspirasikan secara tertulis. Hikmat dari orang tua di dapatkan dari mendengarkan nasihat atau didikan dari orang tua. Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan (Ams 9:1).
            Apa manfaat dari hikmat? Hikmat dapat membuat seseorang mengenal akan Allah (Amsal 2:5). Hikmat yang dimaksud disini adalah hikmat yang berasal dari Allah sendiri, bukan hikmat duniawi (bdg. 1 Kor 1:20). Allah sangat ingin agar semua manusia mengenal Dia (Hosea. 4:6), sifat-sifatNya, karyaNya, keaanggunganNya, kekuasaanNya, kekuatanNya, dan lain-lain. Manusia memang tidak bisa memahami Allah dengan sempurna. Manusia hanya bisa mengenal Allah sebatas Firman-Nya yang bersifat tertulis.
            Hikmat dapat menyenangkan jiwa seseorang (Ams 2:10). Hikmat itu dapat membuat seseorang terpelihara dan terjaga dari berbagai hal yang dapat merusak tubuh dan jiwanya (Amsal 4:6). Hikmat dapat membuat seseorang terjaga dari segala jalan yang jahat. Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut (Ams. 14:12). Oleh karena itu, dengan hikmat seseorang dapat mengetahui jalan yang lurus yang ujungnya menuju pada kehidupan yang kekal. Jalan yang benar adalah Yesus Kristus, Dia adalah jalan satu-satunya menuju ke Sorga (Yoh. 14:6). Tidak ada jalan lain selain Yesus Kristus (Kis. 4:12). Hikmat juga dapat membuat seseorang terlepas dari wanita asing (Ams 2:16). Wanita ini adalah wanita yang tidak benar, wanita yang asing terhadap Firman Tuhan. Dia mencoba menjatuhkan setiap orang lewat kecantikannya (Ams 6:25), pakaiannya (Ams 7:10), kata-katanya yang licin (Ams 2:16, 6:24), dan tindakan sensualnya (Ams. 6:25, 7:13, 18). Hal ini sangat ditekankan bagi orang muda yang masih mencari pasangan, jangan sampai jatuh ke dalam pencobaan wanita asing.
            Apa yang menjadi kesimpulan dari pembahasan ini? Menurut penulis kesimpulan yang baik dari pembahasan ini adalah Allah begitu mengasihi anak-anaknya dan mengharapkan agar anak-anaknya tidak jatuh. Tuhan tidak ingin agar anak-anaknya jatuh dalam kemalasan, dalam minuman yang beralkohol, dalam pergaulan yang salah, dalam jalan yamng jahat, dan lain-lain. Tuhan ingin agar-agar anak-anaknya dapat mengejar dan memperoleh hikmat, baik lewat Firman Tuhan maupun dari nasihat atau didikan dari orang tua. Tuhan ingin agar hidup anak-anaknya senantiasa menyenangkan hati-Nya.
            Bukti kasih Tuhan yang sangat besar adalah pengorbanan-Nya di atas kayu salib (Yoh. 3:16). Dia rela berkorban demi menyelamatkan umat manusia. Sehingga, orang yang bertobat dan percaya kepada-Nya akan diselamatkan. Bukti kasih Tuhan lainnya adalah dengan memberikan berbagai nasihat, didikan dan motivasi yang dapat membangun anak-anakNya. Tuhan juga ingin agar setiap orang mengejar, mendapatkan dan mempergunakan hikmat itu dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang kerkurangan hikmat hendaklah ia memintanya kepada Tuhan (Yakobus 1:5).

God Bless All, Maranatha...!!!!



[1] Dikutip dari Indonesia Terjemahan Baru (ITB), cetakan ke 102 tahun 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar