A.
Mendengarkan
Didikan Atau Nasihat Dari Orang Tua
Salomo
yang sudah pernah mengalami masa muda tentu sangat tahu bagaimana rasanya hidup
sebagai orang muda. Dia juga sangat tahu betapa pentingnya mendengarkan nasihat
orang tua. Oleh karena itu, Salomo dalam suratnya seringkali menantang atau
menasehati orang muda untuk mendengarkan ajaran dari orang tua, baik itu
nasihat atau didikan.
Amsal 1:8-9 “Hai
anakku dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu,
sebab karangan bunga yang indah itu bagi kepalamu, dan suatu kalung bagi
lehermu.”
Amsal 4:1
“Dengarkanlah, hai anak-anak, didikan seorang ayah dah perhatikanlah supaya
engkau memperoleh pengertian.”
Amsal 6:20 “Hai
anakku, peliharalah perintah ayahmu, dan janganlah menyia-nyiakan ajaran ibumu,
tambatkanlah senantiasa semuanya itu pada hatimu, kalungkanlah pada lehermu.”[1]
Orang tua yang Salomo maksudkan dalam
hal ini adalah orang tua yang baik (takut akan Tuhan), dan Salomo juga
memposisikan dirinya sendiri sebagai orang tua dengan mengatakan “hai anakku.”
Tuhan ingin agar setiap anak muda lebih mendengarkan nasihat orang tua yang
takut akan Tuhan dibandingkan nasihat orang tua yang tidak takut pada Tuhan. Tidak
mungkin orang tua yang tidak baik (tidak takut Tuhan) dapat mendidik anaknya
dengan baik. Seperti di dalam Efesus 6:1 dikatakan “Hai anak-anak, taatilah
orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Pada umumnya, Setiap orangtua tidak pernah memiliki
keinginan atau maksud yang buruk dalam mendidik anak-anak mereka. Setiap
orangtua selalu memiliki tujuan yang baik dalam membesarkan anak mereka.[2] Oleh
karena itu betapa pentingnya mendengarkan nasihat dari orang tua.
Dalam ketiga ayat di atas, terlihat
bahwa Salomo bukan hanya menyuruh anak-anaknya untuk mendengarkan orang tuanya,
melainkan Salomo menghendaki agar anak-anaknya tidak boleh melupakan ajaran
atau didikan orang tua, didikan itu senantiasa ditambatkan di dalam hati dan
dikalungkan pada leher (Ams. 16:20). Didikan orang tua bukan hanya saja
didengar, diingat, melainkan harus di pegang teguh “jangan menyia-nyiakan
ajaran ibumu (Ams 1:9).” Salomo juga mengibaratkan didikan orang tua seperti
karangan bunga yang indah (Ams. 1:8). Hal itu menandakan bahwa betapa bergunanya,
berharganya atau bernilainya didikan dari orang tua. Matthew Henry dalam
tafsirannya terhadap kitab Amsal mengatakan:
Ia
menyarankan didikan ini sebagai sesuatu yang sangat mulia dan akan mendatangkan
kehormatan kepada kita: "Didikan-didikan dan ajaran-ajaran orangtuamu,
jika dijalani dan dihayati betul-betul, akan menjadi karangan bunga yang indah bagi
kepalamu (ay. 9;
kjv: perhiasan indah bagi kepalamu -
pen.), suatu perhiasan yang, dalam pandangan Allah, mahal harganya, dan akan
membuatmu tampak besar seperti orang-orang yang mengenakan kalung emas di leher mereka." Biarlah kebenaran-kebenaran dan
perintah-perintah ilahi menjadi bagi kita sebuah mahkota kecil, atau kalung
lencana sebagai lambang pangkat tertinggi. Marilah kita menghargainya, dan
berkeinginan sangat untuk mengejarnya, maka kebenaran-kebenaran dan
perintah-perintah ilahi itu akan menjadi mahkota atau kalung lencana bagi kita.
Orang-orang yang benar-benar berharga, dan yang akan dihargai, adalah mereka
yang lebih menghargai diri mereka sendiri berdasarkan kebajikan dan kesalehan
mereka daripada berdasarkan kekayaan dan kehormatan duniawi mereka.[3]
Ada banyak alasan
mengapa begitu pentingnya mendengarkan nasihat dari orang tua. Berikut ini
adalah sebuah kutipan yang dapat memberikan alasan tentang pentingnya untuk
mendengarkan nasihat atau didikan dari orang tua.
cobalah untuk menyimak 5
alasan mengapa sebaiknya Anda lebih mengikuti anjuran orangtua:
1. Mempererat Hubungan Orang Tua Dan Anak. Hanya dengan mendengarkan dan mempertimbangkan apa yang mereka sarankan bisa membuat Anda dan orang tua punya kedekatan yang lebih berkualitas. Sekalipun Anda tak menggunakan nasehat itu, tapi dengan menghargainya, Anda bisa membuat orang tua lebih tenang. Mereka juga akan merasakan bahwa Anda masih percaya dan menyayangi mereka. Namun tak harus memaksakan apabila yang disarankan orang tua memang meragukan untuk direalisasikan dalam masalah Anda. 2. Bentuk Kepedulian. Saat orang tua memberikan pendapat atau nasehat mereka, itu menunjukkan kalau mereka peduli pada kehidupan anak-anaknya. Yang namanya orang tua, wajar sekali memberi nasehat pada anaknya agar tidak jatuh pada penderitaan. Hanya saja tak semua orang tua bisa memahami bahwa membiarkan anak merasa jatuh bisa melatih anak-anak ini agar lebih tangguh. Akibatnya beberapa orang tua kadang jadi overprotektif lewat nasehat mereka. Nah, dalam poin ini menjadi kewajiban Anda untuk menjelaskan dan membuktikan bahwa Anda bisa dipercaya untuk menjaga diri sendiri. Ini tidak mudah lho. Lakukan hanya bila Anda benar-benar siap, berkemauan kuat dan bertanggung jawab. 3. Mereka Pernah Muda. Jangan pernah mengatakan bahwa orang tua tak mengerti anak muda. Mereka pernah muda walau berbeda jaman dengan kita. Apapun karakter mereka, yang namanya orang tua itu pernah muda dan memahami celah-celah masa muda yang bisa menjatuhkan atau mengangkat kita. Hanya saja kita masih sangat muda untuk tidak penasaran dan mencoba hal tersebut. Kalau bukan mereka yang mengalami sendiri, mungkin mereka juga melihat masa muda itu dari apa yang teman-teman mereka lakukan dan bagaimana mereka sekarang. Bagaimanapun, hargai anjuran yang mereka berikan. Kalau tidak hari ini, besok kita akan mengerti kenapa kita perlu mendengarkan apa yang dinasehatkan ayah dan ibu. 4. Mengurangi Rasa Penyesalan. Banyak anak yang akhirnya mengakui bahwa apa yang d ikatakan orang tuanya bukanlah kesia-siaan atau teori belaka. Penyesalan memang datang belakangan. Tapi setidaknya Anda bisa mengurangi resiko menyesal di depan dengan tidak mengabaikan nasehat orang tua. Rasa penasaran kita memang besar karena ketidaktahuan kita di masa muda ini pun masih banyak. Meski tak masalah sesekali jadi anak bandel, tapi selalu dengarkan nasehat baik yang diberikan orang tua. Seiring kita bertumbuh, kita bisa memfilter nasehat mana yang benar dan mana yang perlu 'dimodifikasi'. 5. Perspektif Yang Obyektif. Orang tua adalah sosok yang tidak berhubungan langsung dengan kehidupan Anda di luar rumah. Misalnya dengan kehidupan Anda di kampus, sekolah atau kantor. Maka sudah pasti mereka bisa memberikan pandangan yang cukup objektif. Jangan sembarangan membanting pintu saat orang tua sedang bertanya atau memberi nasehat. Mungkin saja apa yang ia katakan adalah apa yang kita butuhkan. Meski saat itu biasanya kita hanya ingin mendengar apa yang ingin kita dengarkan.[4]
1. Mempererat Hubungan Orang Tua Dan Anak. Hanya dengan mendengarkan dan mempertimbangkan apa yang mereka sarankan bisa membuat Anda dan orang tua punya kedekatan yang lebih berkualitas. Sekalipun Anda tak menggunakan nasehat itu, tapi dengan menghargainya, Anda bisa membuat orang tua lebih tenang. Mereka juga akan merasakan bahwa Anda masih percaya dan menyayangi mereka. Namun tak harus memaksakan apabila yang disarankan orang tua memang meragukan untuk direalisasikan dalam masalah Anda. 2. Bentuk Kepedulian. Saat orang tua memberikan pendapat atau nasehat mereka, itu menunjukkan kalau mereka peduli pada kehidupan anak-anaknya. Yang namanya orang tua, wajar sekali memberi nasehat pada anaknya agar tidak jatuh pada penderitaan. Hanya saja tak semua orang tua bisa memahami bahwa membiarkan anak merasa jatuh bisa melatih anak-anak ini agar lebih tangguh. Akibatnya beberapa orang tua kadang jadi overprotektif lewat nasehat mereka. Nah, dalam poin ini menjadi kewajiban Anda untuk menjelaskan dan membuktikan bahwa Anda bisa dipercaya untuk menjaga diri sendiri. Ini tidak mudah lho. Lakukan hanya bila Anda benar-benar siap, berkemauan kuat dan bertanggung jawab. 3. Mereka Pernah Muda. Jangan pernah mengatakan bahwa orang tua tak mengerti anak muda. Mereka pernah muda walau berbeda jaman dengan kita. Apapun karakter mereka, yang namanya orang tua itu pernah muda dan memahami celah-celah masa muda yang bisa menjatuhkan atau mengangkat kita. Hanya saja kita masih sangat muda untuk tidak penasaran dan mencoba hal tersebut. Kalau bukan mereka yang mengalami sendiri, mungkin mereka juga melihat masa muda itu dari apa yang teman-teman mereka lakukan dan bagaimana mereka sekarang. Bagaimanapun, hargai anjuran yang mereka berikan. Kalau tidak hari ini, besok kita akan mengerti kenapa kita perlu mendengarkan apa yang dinasehatkan ayah dan ibu. 4. Mengurangi Rasa Penyesalan. Banyak anak yang akhirnya mengakui bahwa apa yang d ikatakan orang tuanya bukanlah kesia-siaan atau teori belaka. Penyesalan memang datang belakangan. Tapi setidaknya Anda bisa mengurangi resiko menyesal di depan dengan tidak mengabaikan nasehat orang tua. Rasa penasaran kita memang besar karena ketidaktahuan kita di masa muda ini pun masih banyak. Meski tak masalah sesekali jadi anak bandel, tapi selalu dengarkan nasehat baik yang diberikan orang tua. Seiring kita bertumbuh, kita bisa memfilter nasehat mana yang benar dan mana yang perlu 'dimodifikasi'. 5. Perspektif Yang Obyektif. Orang tua adalah sosok yang tidak berhubungan langsung dengan kehidupan Anda di luar rumah. Misalnya dengan kehidupan Anda di kampus, sekolah atau kantor. Maka sudah pasti mereka bisa memberikan pandangan yang cukup objektif. Jangan sembarangan membanting pintu saat orang tua sedang bertanya atau memberi nasehat. Mungkin saja apa yang ia katakan adalah apa yang kita butuhkan. Meski saat itu biasanya kita hanya ingin mendengar apa yang ingin kita dengarkan.[4]
Dari kutipan di atas sangat jelas bahwa mendengarkan orang
tua adalah sangat perlu. Tetapi, kadang-kadang timbul permasalahan apabila
seorang anak tidak mendengar nasihat orang tuanya. Apa permasalahannya apabila
seorang anak tidak mendengarkan orang tuanya? Tentu ada banyak faktor yang bisa
terjadi, seperti yang diungkapkan oleh seorang Psikolog Klinis berikut ini:
"Orangtua
yang tidak didengarkan anak sangat mungkin juga jarang mendengarkan pendapat
anak. Yang penting adalah menemani anak, termasuk dengan mendengarkan agar pada
akhirnya anak dapat membuat keputusan dewasa dari dirinya," kata Psikolog
Klinis dari Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Heri Widodo, M.Psi, dalam
surat elektronik yang diterima Liputan6.com, Jakarta, Jumat (25/10/2013). Menurut
Heri, maraknya perilaku amoral di kalangan remaja seperti tindakan cabul,
mesum, bisa karena orangtua, teknologi atau kedua faktor itu secara bersamaan.
Keluarga yang mengabaikan anaknya yang sedang tumbuh remaja, baik karena ada
masalah atau kesibukan, akan mendorong anak mencari `tempat bernaung` di luar
keluarga. "Hal ini membuat
remaja tidak terkontrol dan tidak memiliki teman/pendamping yang tepat sehingga
mempermudahnya terjerumus dalam tindakan amoral," ujarnya.[5]
Hal-hal yang
diungkapkan oleh Psikolog di atas merupakan sebuah observasi sering terjadi
kepada seorang anak yang masih muda. Oleh karena itulah, Salomo dalam kitab
Amsal bukan hanya menasihatkan seorang anak untuk mendengarkan orang tuanya
melainkan Salomo juga menasihatkan orang tua untuk bisa mendindik anaknya
dengan baik. Amsal 22:6 berbunyi “didiklah orang muda menurut jalan yang patut
baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan
itu.” Seorang anak harus bisa mendengarkan nasihat orang tuanya dan orang tua
harus bisa mendidik anaknya dengan baik.
B.
Berhati-Hati Dalam Memilih Teman
Salomo juga
banyak menasihatkan anak-anak muda untuk berhati-hati dalam memilih teman.
Salomo yang juga pernah mengalami masa muda tentu saja tahu bagaimana cara
berteman yang baik atau yang tidak baik, dia tentu memiliki banyak pengalaman
pada masa mudanya, sehingga dia bisa sharing
melalui tulisan-tulisannya di dalam Amsal, dan semuanya itu di dasarkan atas inspiration dari Tuhan.
Amsal
13:20 (ITB) “siapa bergaul dengan orang bijak akan menjadi bijak, tetapi siapa
berteman dengan orang bebal akan menjadi malang.”
Amsal
18:24 (ITB) “ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat
yang lebih karib dari pada seorang saudara.”
Amsal
22:24-25 (ITB) “jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan bergaul
dengan seorang pemarah, supaya engkau jangan menjadi biasa dengan tingkah
lakunya dan memasang jerat bagi dirimu sendiri.”
Dari
ketiga ayat di atas, Salomo mencatat nasihatnya secara eksplisit dan dengan
kalimat yang mudah dipahami oleh setiap pembaca. Salomo menasihatkan bahwa
apabila seseorang ingin menjadi bijak, maka dia harus memilih teman yang bijak
juga. Tidak ada seseorang yang bisa baik atau bijak dengan sendirinya tanpa dia
belajar dari orang lain. Sifat atau karakter seseorang bisa saja berubah,
tergantung kepada siapakah dia bergaul. Sekarang ini, begitu maraknya pergaulan
bebas yang terjadi di kalangan anak muda, yang sudah susah untuk dihindarkan
dari mereka. Pergaulan bebas
adalah pergaulan yang buruk. Paulus berkata “janganlah kamu sesat: pergaulan
yang buruk dapat merusakkan kebiasaan yang baik” (1 Kor. 15:33). Jadi, Paulus
menyebut hal itu sebagai sebuah kesesatan. Teman dapat menuntun kita ke arah
yang positif dan negatif dimana sebagian besar pergaulan bebas terjadi karena
berteman dengan orang yang tidak baik.[6]
Tidak semua teman itu baik, karena ada teman yang bisa mendatangkan kecelakaan.
Teman yang baik dapat dilihat dari kehidupannya sehari-hari baik dalam sikap
ataupun perilakunya.
Seringkali dikatakan bahwa bersahabat itu lebih baik dari
pada sekedar berteman. Bahkan, Salomo berkata bahwa ada seorang sahabat yang
lebih karib dari pada seorang saudara (Ams. 18;24). Salomo bukan bermaksud
supaya seseorang tidak perlu memiliki saudara atau merendahkan nilai
persaudaraan dibanding persahabatan, tetapi ini hanyalah sebuah observasi, yang
juga bisa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Yesus sendiri menyebut dirinya
sebagai seorang sahabat yang sejati yang memberikan nyawanya bagi
sahabat-sahabatnya (Yoh. 15:13-15). Syarat untuk menjadi sahabat Yesus adalah
melakukan apa yang telah diperintahkan-Nya lewat Firman-Nya (Yoh. 15:14).
Jadi, Salomo ingin
agar setiap orang berhati-hati dalam memilih teman, teman yang baik adalah
teman yang dapat membangun, memotivasi, mendorong dalam hal yang baik, dan
terlebih memiliki sikap takut akan Tuhan. Warren Buffet berkata “Berkawanlah
dengan orang-orang yang lebih baik darimu. Pilihlah sahabat-sahabat yang
memiliki kepribadian lebih baik darimu, maka anda akan mencoba melakukan hal
yang sama.”[7]
C. Sifat Malas Dapat Merugikan
Selain Salomo menasihatkan
anak-anaknya untuk berhati-hati dalam memilih teman, Salomo juga menasihatkan
agar anak-anaknya tidak mempunyai sifat malas dalam diri mereka. Malas
merupakan sifat yang memang ada dalam diri manusia. Tetapi, Tuhan tidak ingin
seseorang menuruti sifat malas itu, sehingga dia terpuruk dalam sifat kemalasan
itu. Apalagi seorang pemuda yang masih
memiliki masa depan yang panjang, dia harus bisa melawan sifat kemasalan itu
dalam dirinya. Salah tema yang sering dibahas dalam kitab Amsal adalah tema
tentang kemasalan.
Amsal 6:6-11 (ITB) “Hai pemalas,
pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak. Biarpun tidak
ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim
panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen. Hai pemalas berapa lama
lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? Tidur sebentar
lagi mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal
berbaring. Maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan
kekurangan seperti orang yang bersenjata.”
Amsal 10:26 (ITB) “seperti cuka bagi
gigi dan asap bagi mata, demikianlah si pemalas bagi orang yang menyuruhnya.”
Amsal 12:24,27 (ITB) “tangan orang rajin
memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa. Orang malas
tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang
berharga.”
Amsal 13:4 (ITB) “hati si pemalas penuh
keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan”
Amsal 18:9 (ITB) “orang yang
bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara dari si perusak”
Amsal 19:15 (ITB) “kemalasan
mendatangkan tidur nyenyak, dan orang yang lamban akan menderita lapar.
Amsal 20:4 “pada musim dingin si pemalas
tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa”
Amsal 26:13-16 “Berkatalah si pemalas:
ada singa di jalan! Ada singa di lorong! Seperti pintu berputar pada engselnya,
demikianlah si pemalas di tempat tidurnya. Si pemalas mencelupkan tangannya ke
dalam pinggan, tetapi ia terlalu lelah untuk mengembalikannya ke mulutnya. Si
pemalas menganggap dirinya lebih bijak dari pada tujuh orang yang menjawab
dengan bijaksana.”
Dari ayat-ayat di atas, dapat dilihat beberapa ciri-ciri
dari seorang pemalas. Pertama, pemalas memiliki kesukaan untuk tidur (Amsal
6:6-11). Salomo bukan melarang anak-anaknya untuk tidur atau tidur itu kurang
baik, melainkan Salomo ingin agar tidak terlalu menyukai tidur atau kebanyakan
tidur. Waktu yang seharusnya dipakai untuk beraktifitas, malah dipakai untuk
tidur. Sehingga, waktu yang berharga dapat terlewatkan begitu saja. Efesus 5:16
“dan pergunakanlah (redeeming =
menebus) waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.” Paulus ingin agar
setiap orang mempergunakan waktunya dengan baik. Tuhan ingin agar anak-anaknya
memiliki sifat rajin, bukan bermalas-malasan.
Ciri yang kedua dari si pemalas adalah bekerja dengan
terpaksa (Amsal 12:24). Hal ini juga sering terjadi bagi si pemalas. Bekerja dengan unsur keterpaksaan sudah pasti
dilakukan dengan tidak sepenuh hati, terburu-buru, dan sembarang saja. Sehingga
hasilnya tidak semaksimal mungkin. Bahkan di Amsal 18:9, dikatakan bahwa orang
yang bermasalas-malasan dalam bekerja karena di lakukan dengan terpaksa akan
menjadi saudara dari si perusak. Pekerjaan yang seharusnya dilakukan dengan baik
dan memberikan hasil yang baik, namun tidak dilakukan dengan baik, malah
dilakukan dengan terpaksa, asal-asalan atau dia memilih untuk tidur, orang itu
akan menjadi saudara dari si perusak.
Ciri yang ketiga dari si pemalas
adalah memiliki banyak keinginan yang sia-sia (Amsal 13:4). Semua orang memang memiliki keinginan baik orang yang malas
maupun orang yang rajin. Keinginan orang malas kadang sia-sia, bisa saja karena
dia tidak melakukannya, atau dia melakukannya namun tidak dilakukan dengan baik
mungkin karena terpaksa. Sehingga pekerjaan itu percuma untuk dilakukan atau
hanya sia-sia saja. Sebaliknya, orang rajin memiliki keinginan yang dapat
tercapai (success) karena ada usaha
yang dilakukan dengan baik.
Coba
bayangkan bila Anda sedang berusaha membangun sebuah usaha mulai dari awal
dengan sebuah perencanaan yang sudah sempurna, tapi tiba-tiba ketika akan
menjalankan usaha tersebut malah tersandung rasa malas yang hingga pada diri
Anda. Tentu hal itu akan menjadi penghambat Anda dalam meraih sebuah
kesuksesan. Rasa malas tidak hanya menghalangi Anda dalam hal mengejar
kesuksesan. Tapi hampir semua kegiatan yang positif selalu di hambat oleh rasa
malas yang ada pada diri Anda. Biasanya orang-orang yang sukses dalam bidang
yang ditekuninnya tidak pernah berhenti mencoba dan selalu berusaha untuk
mencari solusi dari masalah yang dihadapinya sehingga bisa bersemangat dalam
menjalankan aktivitas harian.[8]
Ciri yang keempat dari si pemalas adalah pandai mencari-cari
alasan (Amsal 26:13). Sebuah alasan memang dapat dibenarkan jika alasan itu
benar dan masuk akal. Si pemalas memiliki banyak alasan yang sengaja dibuat
untuk menghindar dari sebuah pekerjaan tertentu. Tuhan tidak menginginkan hal
itu terjadi pada diri orang percaya. Tuhan sangat marah kepada Musa ketika Musa
memiliki banyak alasan yang sebenarnya tidak masuk akal (Kel. 4:13-14), hal itu
dilakukannya untuk menghindar dari tugas yang dipercayakan oleh Tuhan kepadanya.
Apa konsekuensi dari sifat kemalasan? Dari ayat-ayat di atas
Salomo sudah menjelaskannya. Salomo mengatakan bahwa orang malas akan jatuh
dalam kemiskinan, selalu berkekurangan, tidak mendapat keberhasilan dalam
pekerjaannya. Semua yang digambarkan oleh salomo adalah hal yang bersifat
negatif, tidak ada hal yang positif yang bisa di dapatkan dari kemalasan. Belajar
untuk rajin dapat diperoleh dari semut (Ams. 6:6-11). Semut itu rajin biar pun
tidak ada pemimpin yang mengaturnya atau mengawasinya. Semut itu pandai dalam
menggunakan waktunya dengan efisien. Itulah yang diajarkan oleh Salomo agar
semua anak-anaknya menjadi rajin.
D. Jangan Terlibat Dalam Minuman Beralkohol
Siapakah yang tidak tahu tentang meniman beralkohol?
Minuman ini sudah beredar di seluruh dunia. Minuman beralkohol atau kadang disingkat minol adalah minuman yang
mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan
penurunan kesadaran. Di berbagai negara, penjualan minuman beralkohol dibatasi
ke sejumlah kalangan saja, umumnya orang-orang yang telah melewati batas usia
tertentu.[9]
Tetapi, minuman ini sudah dikonsumsi juga oleh kalangan anak remaja hingga saat
ini.
Di masa ini para remaja sulit membedakan mana hal yang boleh
dilakukan dan mana hal yang tidak boleh dilakukan. Karena bagi remaja semua hal
yang dilakukannya dianggap benar. Faktanya kita dapat melihat dari lingkungan
kita sendiri bahwabanyak kenakalan remaja sekarang ini sudah melebihi batas
yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba,
dan miras, tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi banyak juga dari
kalangan para remaja.[10]
Amsal 23:29-35 merupakan salah satu
perikop yang menasehati semua orang untuk tidak terlibat dalam minuman
beralkohol yang memabukkan karena memiliki efek yang sangat besar.
Amsal 23:29-35
(ITB) “siapa mengaduh? Siapa mengeluh? Siapa bertengkar siapa berkeluh kesah?
Siapa mendapat cidera tanpa sebab? Siapa merah matanya? Yakni mereka yang duduk
dengan anggur sampai jauh malam, mereka yang datang mengecap anggur campuran.
Jangan melihat kepada anggur, kalau merah menarik warnanya, dan mengilau dalam
cawan, yang mengalir masuk dengan nikmat, kemudian memagut seperti ular, dan
menyeburkan bisa seperti beludak. Lalu matamu akan melihat hal-hal yang aneh,
dan hatimu mengucapkan kata-kata yang kacau. Engkau seperti orang di tengah
ombak laut, seperti orang di atas tiang kapal. Engkau akan berkata: orang
memukul aku, tetapi aku tidak merasa sakit. Orang memalu aku, tetapi tidak
kurasa. Bilakah aku siuman? Aku akan mencari anggur lagi.
Minuman
anggur (wine) yang disebutkan dalam
ayat di atas merupakan anggur yang beralkohol. Wine adalah minuman
beralkohol yang terbuat dari fermentasi anggur atau buah-buahan lain.[11] Dari ayat di atas, terlihat dengan jelas
betapa besarnya efek negatif (kerugian) yang disebabkan oleh minuman yang beralkohol.
Minuman yang beralkohol (memabukkan) seperti yag dituliskan pada ayat di atas
mengakibatkan keluh kesah, pertengkaran, cidera, mata menjadi merah,
berhalusinasi, timbul perkataan yang kacau, pusing, kecanduan, dan lain-lain.
Oleh karena itu, Salomo berkata “anggur adalah pencemooh, minuman keras adalah
peribut, tidaklah bijak orang yang terhuyung-huyung karenanya” (Amsal 20:1). Yesaya
juga mengatakan bahwa “celakalah mereka yang menjadi jago minum dan juara dalam
mencampur minuman keras” (Yesaya 5:22).
Mungkin
saja ada orang yang berkata bahwa minum minuman beralkohol tidak masalah
jikalau diminum secara tidak berlebihan dan tidak memabukkan, diminum sedikit
saja. Mungkin saja ada yang memakai ayat di dalam 1 Timotius 5:23 untuk
membenarkan bahwa minum anggur tidak masalah, yang penting tidak mabuk. Menurut
penulis hal demikian tidaklah benar. Dalam 1 Timotius 5:23 tersirat bahwa
Timotius bukanlah orang yang terbiasa untuk minum minuman yang beralkohol atau
anggur. Jikalau Timotius sudah biasa minum anggur, tentu Paulus tidak perlu
menasihatkan dia untuk menggunakan sedikit anggur. Lagi pula, Timotius pada
saat itu sedang mengalami gangguan pencernaan. Jadi, tujuan Timotius untuk
minum anggur adalah untuk pengobatan. Berbeda halnya dengan kondisi saat ini,
banyak orang yang sudah terbiasa untuk minum anggur dan tujuannya hanya untuk
memuaskan hawa nafsu saja. Ayat tersebut tidak membenarkan bahwa orang Kristen
diperbolehkan untuk minum anggur.
Orang
Kristen yang sudah mengenal kebenaran, terlebih bagi orang yang sudah lahir
baru, tidaklah baik dan tidaklah bijak untuk meminum anggur (beralkohol), baik
sedikit maupun banyak. Sebenarnya, masalahnya bukan hanya tergantung pada
sedikit atau banyaknya anggur yang diminum melainkan tergantung pada
keseluruhan prinsip atau kebenaran yang diajarkan di dalam Alkitab. Anggur memiliki
efek kecanduan yang membuat seseorang ingin terus meminumnya, dan semakin lama
akan menjadi suatu kebiasaan yang susah dilepaskan. Selain itu, Alkitab juga
mengajar orang percaya untuk tidak membuat orang lain menjadi tersandung oleh
karena melakukan sesuatu. Paulus berkata “tetapi jagalah, supaya kebebasanmu
ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah” (1 Korintus 8:9). Orang
yang sudah menyatakan dirinya sudah lahir baru, dan ia memiliki jabatan dalam
jemaat, harus bisa menjaga dirinya untuk tidak membuat jemaat menjadi
tersandung. Oleh karena itu, orang lahir baru lebih baik untuk tidak minum
minuman yang beralkohol, supaya tidak membuat orang yang belum percaya menjadi
tersandung.
E. Mendapatkan Hikmat Dari Tuhan
Apa itu hikmat? Hikmat bisa dipahami sebagai suatu pengetahuan,
kemampuan, kepandaian, pengertian, kecerdasan, kebijaksanaan untuk melakukan,
memahami, memikirkan, memandang, dan merencanakan sesuatu untuk mencapai hasil
yang baik, sesuai dengan yang dikehendaki (Ams 1:7, 2:2,10, 3:13, 14:8).
A. W. Tozer dan J. I. Packer mendefinisikan hikmat sebagai
berikut:
“Didalam hikmat Kitab Suci, saat digunakan pada Tuhan dan manusia
yang baik, selalu mengandung konotasi moral yang kuat. Itu dibayangkan sebagai
kemurnian, kasih, dan baik … Hikmat, diantara hal lainnya, adalah kemampuan
membuat akhir yang sempurna dan mencapai akhir itu melalui cara yang paling sempurna.
Itu melihat akhir dari permulaan, sehingga tidak perlu menebak atau menerka.
Hikmat melihat segala sesuatu terfokus, setiap bagian dalam hubungan yang benar
dengan semua, dan mampu mencapai tujuan dengan ketepatan yang sempurna.”
“Hikmat adalah kekuatan untuk melihat, dan kecenderungan untuk
memilih, sisi praktis dari kebaikan moral. Hal seperti itu hanya ditemukan
kepenuhannya didalam Tuhan. Dia saja yang secara alami dan sepenuhnya berhikmat.”[12]
Kitab Amsal adalah kitab yang penuh berbagai macam hikmat
yang praktis. Tujuan Salomo menuliskan kitab Amsal adalah untuk mengajarkan
hikmat kepada anak-anaknya. Amsal 4:5 (ITB) “perolehlah hikmat, perolehlah
pengertian, jangan lupa, dan jangan menyimpang dari perkataan mulutku.” Tuhan
ingin agar semua orang mendapatkan hikmat karena itu adalah hal yang paling
utama. Tuhan sendiri mengatakan bahwa “hikmat itu lebih berharga dari pada
permata, apa pun yang diinginkan orang, tidak dapat menyamainya” (Ams. 8:11).
Banyak orang menginginkan kekayaan, kedudukan, jabatan, kekuatan secara materi,
politik, dan lain-lain, tetapi semuanya itu tidak dapat menyamai hikmat, hikmat
jauh lebih berharga dari pada itu semua.
Amsal 3:13 (ITB) “berbahagialah orang yang mendapatkan
hikmat, orang yang memperoleh kepandaian.” Alkitab tidak pernah menyebut orang
kaya, orang yang memiliki jabatan dan lain-lain, sebagai orang yang berbahagia.
Berdasarkan kitab Amsal, orang yang paling berbahagia adalah orang yang
memiliki hikmat. Orang yang berhikmat memiliki kecerdasan, pengetahuan dan
kebijaksanaan (Ams. 8:12). Ada dua sumber utama dari hikmat yaitu Tuhan (Ams.
2:6) dan orang tua (Ams. 5:1). Hikmat dari Tuhan didapatkan lewat Firman-Nya
yang sudah diinspirasikan secara tertulis. Hikmat dari orang tua di dapatkan
dari mendengarkan nasihat atau didikan dari orang tua. Permulaan hikmat adalah
takut akan Tuhan (Ams 9:1).
Apa manfaat dari hikmat? Hikmat dapat membuat seseorang
mengenal akan Allah (Amsal 2:5). Hikmat yang dimaksud disini adalah hikmat yang
berasal dari Allah sendiri, bukan hikmat duniawi (bdg. 1 Kor 1:20). Allah
sangat ingin agar semua manusia mengenal Dia (Hosea. 4:6), sifat-sifatNya,
karyaNya, keaanggunganNya, kekuasaanNya, kekuatanNya, dan lain-lain. Manusia
memang tidak bisa memahami Allah dengan sempurna. Manusia hanya bisa mengenal
Allah sebatas Firman-Nya yang bersifat tertulis.
Hikmat dapat menyenangkan jiwa seseorang (Ams 2:10).
Hikmat itu dapat membuat seseorang terpelihara dan terjaga dari berbagai hal
yang dapat merusak tubuh dan jiwanya (Amsal 4:6). Hikmat dapat membuat
seseorang terjaga dari segala jalan yang jahat. Ada jalan yang disangka orang
lurus, tetapi ujungnya menuju maut (Ams. 14:12). Oleh karena itu, dengan hikmat
seseorang dapat mengetahui jalan yang lurus yang ujungnya menuju pada kehidupan
yang kekal. Jalan yang benar adalah Yesus Kristus, Dia adalah jalan
satu-satunya menuju ke Sorga (Yoh. 14:6). Tidak ada jalan lain selain Yesus
Kristus (Kis. 4:12). Hikmat juga dapat membuat seseorang terlepas dari wanita
asing (Ams 2:16). Wanita ini adalah wanita yang tidak benar, wanita yang asing
terhadap Firman Tuhan. Dia mencoba menjatuhkan setiap orang lewat kecantikannya
(Ams 6:25), pakaiannya (Ams 7:10), kata-katanya yang licin (Ams 2:16, 6:24),
dan tindakan sensualnya (Ams. 6:25, 7:13, 18). Hal ini sangat ditekankan bagi
orang muda yang masih mencari pasangan, jangan sampai jatuh ke dalam pencobaan
wanita asing.
Apa yang menjadi kesimpulan dari pembahasan ini? Menurut penulis kesimpulan yang baik dari pembahasan ini adalah Allah begitu mengasihi anak-anaknya dan mengharapkan agar anak-anaknya tidak jatuh. Tuhan tidak ingin agar anak-anaknya jatuh dalam kemalasan, dalam minuman yang beralkohol, dalam pergaulan yang salah, dalam jalan yamng jahat, dan lain-lain. Tuhan ingin agar-agar anak-anaknya dapat mengejar dan memperoleh hikmat, baik lewat Firman Tuhan maupun dari nasihat atau didikan dari orang tua. Tuhan ingin agar hidup anak-anaknya senantiasa menyenangkan hati-Nya.
Bukti kasih Tuhan yang sangat besar adalah pengorbanan-Nya di atas kayu salib (Yoh. 3:16). Dia rela berkorban demi menyelamatkan umat manusia. Sehingga, orang yang bertobat dan percaya kepada-Nya akan diselamatkan. Bukti kasih Tuhan lainnya adalah dengan memberikan berbagai nasihat, didikan dan motivasi yang dapat membangun anak-anakNya. Tuhan juga ingin agar setiap orang mengejar, mendapatkan dan mempergunakan hikmat itu dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang kerkurangan hikmat hendaklah ia memintanya kepada Tuhan (Yakobus 1:5).
God Bless All, Maranatha...!!!!
[1] Dikutip dari Indonesia
Terjemahan Baru (ITB), cetakan ke 102 tahun 2010
[5]
http://health.liputan6.com/read/729817/ini-penyebab-anak-suka-tak-dengarkan-omongan-orangtua (disadur, 4 Oktober 2016)
[6]
http://www.artikelsiana.com/2015/09/pengertian-pergaulan-bebas-penyebab.html
(disadur, 24 Oktober 2016).
[8] http://sarungpreneur.com/21-tips-sakti-cara-menghilangkan-rasa-malas/
(disadur, 26 oktober 2016).
[10] http://www.kompasiana.com/irmarahmayani/miras-di-kalangan-remaja-kenakalan-remaja_54f97f23a3331176038b5153
(disadur, 31 oktober 2016).
[12] https://bible.org/foreign/indonesian/attrib/letmeseethyglory_in-05.htm#P501_150534 (disadur 02 november 2016).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar