Alkitab
adalah satu-satunya Firman Tuhan. Semua yang tercatat di dalam Alkitab diinspirasikan
(inspiration) oleh Tuhan, sehingga tidak
mengandung kesalahan (2 Timotius 3:16). Kebenaran Alkitab dapat dibuktikan melalui
arkeologi. Ilmu yang mempelajari tentang
kebudayaan dan sejarah kuno yang berhubungan dengan Alkitab disebut Arkeologi
Alkitab. Arkeologi Alkitab memiliki dua fungsi yaitu menerangi (iluminasi)
Alkitab dan mengukuhkan (konfirmasi) Alkitab. Arkeologi dapat menerangi Alkitab
dengan cara memberikan informasi yang berharga dan juga memberikan informasi
yang tadinya tidak diketahui atau tidak dijelaskan dalam Alkitab, informasi itu
akhirnya dapat diketahui melalui Arkeologi. Arkeologi juga dapat mengukuhkan Alkitab melalui memberikan
bukti-bukti yang real, yang bisa dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Oleh sebab itu, Arkeologi Alkitab sangat berguna bagi kehidupan
setiap orang Kristen.
Mengingat begitu banyaknya penemuan para
arkeolog Alkitab, yang dapat menerangi dan mengukuhkan kebenaran Alkitab, maka
penulis hanya memberikan beberapa bukti saja. Pembahasan ini tentu sangat
menarik bagi setiap orang yang suka mempelajari Alkitab.
A.
Penemuan Arkeologi Mengenai Lokasi Bet-Sean
Salah satu lokasi yang pernah
ditemukan oleh para Arkeolog adalah lokasi Bet-Sean. Bet-Sean merupakan tempat
penting dalam sejarah Alkitab karena ke tempat itulah jenazah Saul dibawa setelah
ia gugur dalam pertempuran melawan bangsa Filistin di pegunungan Gilboa (I Sam.
31:8-10).[1]
Warga kota Yabesh-Gilead yang disebutkan dalam Alkitab, pernah mencuri
tulang-tulang Saul di Bet-Sean, sehingga Daud mengambilnya kembali dari warga
kota itu (II Sam. 21:12). Lokasi ini telah ditemukan oleh para Arkeolog dari
University Of Pennsylvania sekitar tahun 1921-1933. Menurut keterangan dari
para Arkeolog ini, lokasi Beat-Sean berada di pertemuan antara lembah Yizreel
dan lembah Yordan, sekitar 22,5 km di sebelah selatan danau Galilea, dan
sekarang ini dikenal dengan nama Tell el-Husn. Dengan adanya penemuan ini,
dapat dimengerti bahwa lokasi-lokasi yang tertulis di dalam Alkitab adalah
lokasi yang memang benar-benar ada, dan membuktikan bahwa Alkitab tidak ada
salah.
B. Penemuan Perpustakaan Raja
Ashurbanipal
Arkeolog juga telah menemukan
lempeng-lempeng tanah liat atau lembaran tanah liat yang mengisahkan tentang
mitos-mitos penciptaan yang mirip dengan kisah penciptaan yang ada di Kejadian
pasal satu. Yang paling terkenal dari tempat-tempat peninggalan kepurbakalaan
yang menghasilkan lembaran-lembaran seperti itu ialah perputakaan Ashurbanipal,
yang digali di Niniwe, ibukota kuno Kerajaan Asyur, oleh Austen H. Layard,
Hormuzd Rassam dan George Smith dari tahun 1848 hingga tahun 1876.[2]
Dari
pemeriksaan oleh para Arkeolog, mereka menemukan beberapa persamaan antara
kisah Babilonia dengan kisah penciptaan manusia di kitab Kejadian. Dari ketujuh
lempeng tanah liat yang ditemukan, tertulis tujuh kisah Babel mengenai
penciptaan, hal ini mungkin disamakan dengan tujuh hari penciptaan yang
tertulis di dalam kitab Kejadian. Pada lempeng yang keenam, juga ditemukan
kisah tentang penciptaan manusia, hal ini mirip dengan penciptaan manusia yaitu
pada hari keenam di dalam kitab Kejadian.
Penemuan
ini merupakan salah satu bukti bahwa kisah penciptaan di dalam Kitab Kejadian
bukanlah suatu kisah biasa atau dongeng melainkan suatu kebenaran yang absolut.
Mungkin saja ada orang yang berkata bahwa kisah penciptaan di dalam kitab
Kejadian adalah tiruan dari kisah penciptaan di Babilonia, hal ini tentu saja
salah. Hal yang harus dimengerti adalah bahwa kisah penciptaan yang di Babel
dengan kisah penciptaan di kitab Kejadian memiliki lebih banyak perbedaan
dibanding persamaannya. Lagi pula, kisah di dalam kitab Kejadian sudah ada jauh
sebelumnya dibandingkan dengan kisah di Babel. Oleh karena itu, jelas sekali
bahwa Alkitab tidak mungkin meniru kisah babel, melainkan bisa saja kisah Babel
meniru kisah penciptaan di kitab Kejadian. Jadi, kisah penciptaan ini bukanlah
suatu rekayasa melainkan suatu kebenaran.
C. Penemuan Kota Asal Goliat
Salah satu kota yang ditemukan oleh para Arkeolog adalah
kota asal Goliat. Kota asal Goliat yang ditemukan adalah kota Gat, sama
dengan nama kota yang disebutkan di dalam I Samuel 17:52. Aren Maeir, pemimpin penggalian di Tel Tzafit (Gat),
mengatakan bahwa nama-nama Filistin telah ditemukan yang mirip dengan nama
“Goliat” dan bahwa mereka menemukan bukti Gat adalah kota besar pada zaman itu
(“Archaeologists Uncover Goliath’s Hometown,” Arutz Sheva, 13 Juli 2010).[3]
Selain kota asal Goliat, masih banyak kota lain yang sudah ditemukan oleh para
Arkeolog. Oleh karena itu, penemuan ini mengukuhkan kebenaran Alkitab.
D. Penemuan Lokasi
Taman Eden
Setelah
manusia diciptakan, Tuhan menempatkan mereka di taman Eden untuk mengusahakan
dan memelihara taman itu (Kej. 2:15). Sampai sekarang ini, ada banyak
penelitian mengenai keberadaan lokasi taman tersebut. Alkitab juga tidak
menjelaskan secara spesifik mengenai lokasi taman itu, melainkan Alkitab hanya
memberitahu bahwa taman itu berada disebelah timur (Kej.2:8). Kemungkinan,
penulis Alkitab bermaksud bahwa sebelah timur yang dimaksud adalah sebelah
timur Israel, tetapi masih belum jelas di manakah timur yang dimaksud.
Sehingga, para Arkeolog sekarang ini berusaha untuk mencari tahu di manakah
lokasi taman itu.
Ada beberapa
pandangan dari para peneliti mengenai keberadaan lokasi taman Eden. Dr. Juris Zarins dari Southwest Missouri State University di Springfield, telah mengadakan
penelitian lebih dari 10 tahun untuk mengungkapkan rahasia di mana letaknya
taman Eden. Ia tidak hanya sekedar membaca dan menghafal seluruh ayat-ayat di
Alkitab yang ada kaitannya dengan Taman Eden, bahkan ia menyelidiki foto-foto
dari satelit, dan berdasarkan hasil penelitiannya ternyata taman Eden itu telah
tenggelam dan sekarang berada di bawah permukaan laut di teluk Persia.[4]
Sebuah klaim mutakhir oleh arkaeolog David
Rohl menempatkan taman ini di timur laut Iran. Menurutnya, Taman ini adalah sebuah lembah sungai di
sebelah timur Gunung Sahand, dekat Tabriz. Ia mengutip sejumlah kesamaan geologis dengan deskripsi
Alkitab dan berbagai paralel linguistik sebagai buktinya.[5]
Menurut
banyak ahli Alkitab, Eden yang diceritakan dalam Kejadian 2:8-10 terletak
di wilayah Asia berdekatan dengan Sungai Efrat, dan tidak jauh dari lokasi yang
diduga adalah Babel.[6]
Jadi, ada banyak lokasi alternatif yang sudah diberikan oleh para peneliti
untuk mencari tahu keberadaan lokasi taman Eden.
Joseph P. Free dalam bukunya tentang
Arkeologi, mencatat bahwa berdasarkan penemuan lempeng-lempeng tanah liat di Babilonia,
terdapat beberapa bukti yang menunjukkan bahwa lokasi taman Eden berada di
daerah Tigris dan Efrat yang dikenal secara geografis sebagai Mesopotamia.[7]
Selain itu, Joseph Free juga menambahkan bahwa adanya tempat yang sedemikian
sempurna seperti taman Eden tampaknya dicerminkan dalam kisah bangsa Sumer
tentang tanah Dilmun, yang tidak tercemar, bersih, dan terang.[8]
Jadi, dari beberapa keterangan yang telah diberikan oleh para Arkeolog, sudah
dapat diketahui bahwa taman Eden memang benar-benar ada, bukan hanya sebuah
mitos saja, dan taman Eden kemungkinan besar berada di Mesopotamia, seperti
yang diungkapkan oleh Joseph P. Free. Berdasarkan penemuan-penemuan ini, sudah
ada bukti bahwa taman Eden memang benar adanya, dan sekaligus membuktikan juga bahwa
Alkitab tidak ada salah.
E. Penemuan Materai-Materai
Pencobaan
Alkitab mencatat bahwa setelah Adam
dan Hawa diciptakan, Tuhan menempatkan mereka di taman Eden. Di taman Edenlah,
pertama kalinya manusia jatuh ke dalam dosa, yaitu dengan memakan buah pohon
pengetahuan yang baik dan jahat. Dengan adanya penemuan-penemuan dari para
Arkeolog, maka sudah banyak bukti bahwa kisah tersebut memang benar-benar
terjadi. Di Tepe Gawra, beberapa km di utara Niniwe, tempat penggalian
dilakukan pada tahun 1930-1932 oleh E. A Speiser dari University Of
Pennsylvania, sebuah materai ditemukan yang melukiskan seorang laki-laki,
seorang wanita, dan seekor ular.[9]
Lukisan di materai ini mirip dengan apa yang dikatakan Alkitab pada waktu
kejatuhan manusia ke dalam dosa, yaitu melukiskan Adam, Hawa, dan seekor ular.
Sebelumnya,
para Arkeolog juga pernah menggali tempat tersebut dan menemukan hal yang sama.
Temuan Arkeolog sebelumnya mengenai materai-materai tersebut, menunjukkan bahwa
di materai itu terlukis sebuah pohon, seorang laki-laki di sebelah kanan,
seorang wanita yang sedang memetik buah pohon , dan seekor ular yang sedang
berdiri tegak di belakang wanita itu. Hal ini juga mirip dengan apa yang
dituliskan di dalam Alkitab. Oleh karena itu, temuan ini membuktikan bahwa kisah
di taman Eden adalah suatu kisah yang nyata, sehingga ada orang yang mencoba
untuk melukiskannya di sebuah materai. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa
catatan-catatan yang ada di dalam Alkitab, tidak pernah salah. Walaupun ada
banyak orang yang menganggap Alkitab salah, tetapi kenyataannya tidak demikian.
F. Penemuan Mengenai Umur Panjang
Manusia
Panjang
umur manusia sekarang ini, berbeda dengan panjang umur manusia zaman dahulu.
Alkitab menuliskan bahwa umur manusia pada zaman dahulu bisa mencapai ratusan
tahun. Contohnya, Lamekh yang mencapai umur 770 tahun (Kej. 5:31), Metusalah
yang berumur hingga 969 tahun (Kej. 5:27), Yared yang mencapai umur 962 tahun
(Kej. 5:20), dan lain-lain. Sedangkan zaman sekarang ini, manusia hanya
mencapai umur maksimal 100 tahun, itu pun jarang. Hal itu bisa saja terjadi
karena beberapa faktor, mungkin faktor lingkungan, faktor makanan dan
lain-lain.
Penemuan Arkeologi juga telah membuktikan
bahwa memang manusia pernah mencapai umur yang paling tua pada zaman purba. Lempeng
tanah liat di Babilonia yang sudah ditemukan oleh para Arkeolog, mengisahkan
seorang raja yang memerintah selama ribuan tahun, yaitu seorang raja yang
bernama Dumuzi, memegang kekuasaan selama delapan belas ribu tahun dan seorang
raja lain memerintah selama tiga puluh enam ribu tahun.[10]
Tentu saja raja-raja yang memerintah ini memiliki umur yang sangat panjang.
Mungkin saja kisah ini adalah mitos, tetapi barangkali ini adalah catatan yang
mengisahkan umur manusia yang begitu panjang. Hal ini memberikan gambaran bahwa
manusia pernah memiliki umur yang panjang. Jadi, apa yang dikatakan oleh
Alkitab mengenai umur manusia, tidak salah.
Penemuan para Arkeolog ini sudah
membuktikan bahwa Alkitab tidak pernah salah. Orang Kristen seharusnya tidak
perlu untuk meragukan kebenaran Alkitab walaupun ada banyak serangan dari
orang-orang yang tidak percaya terhadap Alkitab. Alkitab sendiri sudah
membuktikan bahwa dirinya adalah Firman Allah, yaitu Firman yang tidak ada
salah. Allah yang Mahatahu dan yang Mahakuasa, sengaja menghadirkan Arkeologi
Alkitab ini, untuk membantu setiap orang percaya dalam menghadapai
serangan-serangan terhadap Alkitab. Seandainya saja para Arkeologi ini tidak
ada, maka orang Kristen pun tidak usah takut untuk menghadapi para penyesat itu,
Sebab Allah pasti mempunyai banyak cara untuk membantu umat-Nya dalam
menghadapi para penyesat tersebut.
Arkeologi
Alkitab merupakan salah satu ilmu yang sangat penting untuk diketahui oleh
seluruh orang Kristen. Namun, ada banyak orang Kristen yang masih belum tahu
apa-apa tentang Arkeologi Alkitab. Hal ini dapat membuat orang Kristen sukar
untuk mempertahankan kebenaran Alkitab. Oleh karena itu, untuk menguatkan
kepercayaan setiap orang Kristen terhadap Alkitab, maka orang Kristen
seharusnya mempelajari Arkeologi Alkitab ini. Dengan adanya penemuan-penemuan
ini, maka sudah tebukti dengan jelas bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan yang
tidak ada salah.
MARANATHA...!!!
(silahkan memberikan masukan, kritikan, dan lain-lain)
[1] Joseph P. Free, Arkeologi dan Sejarah Alkitab (Malang:
Gandum Mas,2001), hal. 19.
[2] Fritz Ridenour, Dapatkah Alkitab Dipercaya, Penerbit:BPK
Gunung Mulia, hal.117 (Dalam bentuk E-book). Alamat Website: http://books.google.co.id/books?id=xHSN7aC8t_cC&pg=PA117&lpg=PA117&dq=perpustakaan+raja+Ashurbanipal+yang+ditemukan&source=bl&ots=wTlnfF1RUV&sig=iGlVVWpXlZVfpBjWAiBj
4Uq4I&hl=id&sa=X&ei=-7VpVLr1MNaUuASYz4H4Dw&redir_esc=y#v=onepage&q=perpustakaan%20raja%20Ashurbanipal%20yang%20ditemukan&f=false
[7] Joseph P. Free, Arkeologi dan
Sejarah Alkitab (Malang: Gandum Mas,2001), hal. 41.
[8] Ibid, hal. 42.
[9] Ibid, hal. 45.
[10] Ibid, hal 52.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar