Minggu, 30 Oktober 2016

PENEMUAN PARA ARKEOLOG YANG MENGUKUHKAN KEBENARAN ALKITAB


Alkitab adalah satu-satunya Firman Tuhan. Semua yang tercatat di dalam Alkitab diinspirasikan (inspiration) oleh Tuhan, sehingga tidak mengandung kesalahan (2 Timotius 3:16). Kebenaran Alkitab dapat dibuktikan melalui arkeologi.  Ilmu yang mempelajari tentang kebudayaan dan sejarah kuno yang berhubungan dengan Alkitab disebut Arkeologi Alkitab. Arkeologi Alkitab memiliki dua fungsi yaitu menerangi (iluminasi) Alkitab dan mengukuhkan (konfirmasi) Alkitab. Arkeologi dapat menerangi Alkitab dengan cara memberikan informasi yang berharga dan juga memberikan informasi yang tadinya tidak diketahui atau tidak dijelaskan dalam Alkitab, informasi itu akhirnya dapat diketahui melalui Arkeologi. Arkeologi  juga dapat mengukuhkan Alkitab melalui memberikan bukti-bukti yang real, yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Oleh sebab itu, Arkeologi Alkitab sangat berguna bagi kehidupan setiap orang Kristen.
            Mengingat begitu banyaknya penemuan para arkeolog Alkitab, yang dapat menerangi dan mengukuhkan kebenaran Alkitab, maka penulis hanya memberikan beberapa bukti saja. Pembahasan ini tentu sangat menarik bagi setiap orang yang suka mempelajari Alkitab.
A. Penemuan Arkeologi Mengenai Lokasi Bet-Sean
            Salah satu lokasi yang pernah ditemukan oleh para Arkeolog adalah lokasi Bet-Sean. Bet-Sean merupakan tempat penting dalam sejarah Alkitab karena ke tempat itulah jenazah Saul dibawa setelah ia gugur dalam pertempuran melawan bangsa Filistin di pegunungan Gilboa (I Sam. 31:8-10).[1] Warga kota Yabesh-Gilead yang disebutkan dalam Alkitab, pernah mencuri tulang-tulang Saul di Bet-Sean, sehingga Daud mengambilnya kembali dari warga kota itu (II Sam. 21:12). Lokasi ini telah ditemukan oleh para Arkeolog dari University Of Pennsylvania sekitar tahun 1921-1933. Menurut keterangan dari para Arkeolog ini, lokasi Beat-Sean berada di pertemuan antara lembah Yizreel dan lembah Yordan, sekitar 22,5 km di sebelah selatan danau Galilea, dan sekarang ini dikenal dengan nama Tell el-Husn. Dengan adanya penemuan ini, dapat dimengerti bahwa lokasi-lokasi yang tertulis di dalam Alkitab adalah lokasi yang memang benar-benar ada, dan membuktikan bahwa Alkitab tidak ada salah.
B. Penemuan Perpustakaan Raja Ashurbanipal
            Arkeolog juga telah menemukan lempeng-lempeng tanah liat atau lembaran tanah liat yang mengisahkan tentang mitos-mitos penciptaan yang mirip dengan kisah penciptaan yang ada di Kejadian pasal satu. Yang paling terkenal dari tempat-tempat peninggalan kepurbakalaan yang menghasilkan lembaran-lembaran seperti itu ialah perputakaan Ashurbanipal, yang digali di Niniwe, ibukota kuno Kerajaan Asyur, oleh Austen H. Layard, Hormuzd Rassam dan George Smith dari tahun 1848 hingga tahun 1876.[2]
Dari pemeriksaan oleh para Arkeolog, mereka menemukan beberapa persamaan antara kisah Babilonia dengan kisah penciptaan manusia di kitab Kejadian. Dari ketujuh lempeng tanah liat yang ditemukan, tertulis tujuh kisah Babel mengenai penciptaan, hal ini mungkin disamakan dengan tujuh hari penciptaan yang tertulis di dalam kitab Kejadian. Pada lempeng yang keenam, juga ditemukan kisah tentang penciptaan manusia, hal ini mirip dengan penciptaan manusia yaitu pada hari keenam di dalam kitab Kejadian.
Penemuan ini merupakan salah satu bukti bahwa kisah penciptaan di dalam Kitab Kejadian bukanlah suatu kisah biasa atau dongeng melainkan suatu kebenaran yang absolut. Mungkin saja ada orang yang berkata bahwa kisah penciptaan di dalam kitab Kejadian adalah tiruan dari kisah penciptaan di Babilonia, hal ini tentu saja salah. Hal yang harus dimengerti adalah bahwa kisah penciptaan yang di Babel dengan kisah penciptaan di kitab Kejadian memiliki lebih banyak perbedaan dibanding persamaannya. Lagi pula, kisah di dalam kitab Kejadian sudah ada jauh sebelumnya dibandingkan dengan kisah di Babel. Oleh karena itu, jelas sekali bahwa Alkitab tidak mungkin meniru kisah babel, melainkan bisa saja kisah Babel meniru kisah penciptaan di kitab Kejadian. Jadi, kisah penciptaan ini bukanlah suatu rekayasa melainkan suatu kebenaran.
C. Penemuan Kota Asal Goliat
            Salah satu kota yang ditemukan oleh para Arkeolog adalah kota asal Goliat. Kota asal Goliat yang ditemukan adalah kota Gat, sama dengan nama kota yang disebutkan di dalam I Samuel 17:52. Aren Maeir, pemimpin penggalian di Tel Tzafit (Gat), mengatakan bahwa nama-nama Filistin telah ditemukan yang mirip dengan nama “Goliat” dan bahwa mereka menemukan bukti Gat adalah kota besar pada zaman itu (“Archaeologists Uncover Goliath’s Hometown,” Arutz Sheva, 13 Juli 2010).[3] Selain kota asal Goliat, masih banyak kota lain yang sudah ditemukan oleh para Arkeolog. Oleh karena itu, penemuan ini mengukuhkan kebenaran Alkitab.
D. Penemuan Lokasi Taman Eden
            Setelah manusia diciptakan, Tuhan menempatkan mereka di taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu (Kej. 2:15). Sampai sekarang ini, ada banyak penelitian mengenai keberadaan lokasi taman tersebut. Alkitab juga tidak menjelaskan secara spesifik mengenai lokasi taman itu, melainkan Alkitab hanya memberitahu bahwa taman itu berada disebelah timur (Kej.2:8). Kemungkinan, penulis Alkitab bermaksud bahwa sebelah timur yang dimaksud adalah sebelah timur Israel, tetapi masih belum jelas di manakah timur yang dimaksud. Sehingga, para Arkeolog sekarang ini berusaha untuk mencari tahu di manakah lokasi taman itu.
            Ada beberapa pandangan dari para peneliti mengenai keberadaan lokasi taman Eden. Dr. Juris Zarins dari Southwest Missouri State University di Springfield, telah mengadakan penelitian lebih dari 10 tahun untuk mengungkapkan rahasia di mana letaknya taman Eden. Ia tidak hanya sekedar membaca dan menghafal seluruh ayat-ayat di Alkitab yang ada kaitannya dengan Taman Eden, bahkan ia menyelidiki foto-foto dari satelit, dan berdasarkan hasil penelitiannya ternyata taman Eden itu telah tenggelam dan sekarang berada di bawah permukaan laut di teluk Persia.[4] Sebuah klaim mutakhir oleh arkaeolog David Rohl menempatkan taman ini di timur laut Iran. Menurutnya, Taman ini adalah sebuah lembah sungai di sebelah timur Gunung Sahand, dekat Tabriz. Ia mengutip sejumlah kesamaan geologis dengan deskripsi Alkitab dan berbagai paralel linguistik sebagai buktinya.[5] Menurut banyak ahli Alkitab, Eden yang diceritakan dalam Kejadian 2:8-10 terletak di wilayah Asia berdekatan dengan Sungai Efrat, dan tidak jauh dari lokasi yang diduga adalah Babel.[6] Jadi, ada banyak lokasi alternatif yang sudah diberikan oleh para peneliti untuk mencari tahu keberadaan lokasi taman Eden.
            Joseph P. Free dalam bukunya tentang Arkeologi, mencatat bahwa berdasarkan penemuan lempeng-lempeng tanah liat di Babilonia, terdapat beberapa bukti yang menunjukkan bahwa lokasi taman Eden berada di daerah Tigris dan Efrat yang dikenal secara geografis sebagai Mesopotamia.[7] Selain itu, Joseph Free juga menambahkan bahwa adanya tempat yang sedemikian sempurna seperti taman Eden tampaknya dicerminkan dalam kisah bangsa Sumer tentang tanah Dilmun, yang tidak tercemar, bersih, dan terang.[8] Jadi, dari beberapa keterangan yang telah diberikan oleh para Arkeolog, sudah dapat diketahui bahwa taman Eden memang benar-benar ada, bukan hanya sebuah mitos saja, dan taman Eden kemungkinan besar berada di Mesopotamia, seperti yang diungkapkan oleh Joseph P. Free. Berdasarkan penemuan-penemuan ini, sudah ada bukti bahwa taman Eden memang benar adanya, dan sekaligus membuktikan juga bahwa Alkitab tidak ada salah.
E. Penemuan Materai-Materai Pencobaan
            Alkitab mencatat bahwa setelah Adam dan Hawa diciptakan, Tuhan menempatkan mereka di taman Eden. Di taman Edenlah, pertama kalinya manusia jatuh ke dalam dosa, yaitu dengan memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat. Dengan adanya penemuan-penemuan dari para Arkeolog, maka sudah banyak bukti bahwa kisah tersebut memang benar-benar terjadi. Di Tepe Gawra, beberapa km di utara Niniwe, tempat penggalian dilakukan pada tahun 1930-1932 oleh E. A Speiser dari University Of Pennsylvania, sebuah materai ditemukan yang melukiskan seorang laki-laki, seorang wanita, dan seekor ular.[9] Lukisan di materai ini mirip dengan apa yang dikatakan Alkitab pada waktu kejatuhan manusia ke dalam dosa, yaitu melukiskan Adam, Hawa, dan seekor ular.
Sebelumnya, para Arkeolog juga pernah menggali tempat tersebut dan menemukan hal yang sama. Temuan Arkeolog sebelumnya mengenai materai-materai tersebut, menunjukkan bahwa di materai itu terlukis sebuah pohon, seorang laki-laki di sebelah kanan, seorang wanita yang sedang memetik buah pohon , dan seekor ular yang sedang berdiri tegak di belakang wanita itu. Hal ini juga mirip dengan apa yang dituliskan di dalam Alkitab. Oleh karena itu, temuan ini membuktikan bahwa kisah di taman Eden adalah suatu kisah yang nyata, sehingga ada orang yang mencoba untuk melukiskannya di sebuah materai. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa catatan-catatan yang ada di dalam Alkitab, tidak pernah salah. Walaupun ada banyak orang yang menganggap Alkitab salah, tetapi kenyataannya tidak demikian.
F. Penemuan Mengenai Umur Panjang Manusia
Panjang umur manusia sekarang ini, berbeda dengan panjang umur manusia zaman dahulu. Alkitab menuliskan bahwa umur manusia pada zaman dahulu bisa mencapai ratusan tahun. Contohnya, Lamekh yang mencapai umur 770 tahun (Kej. 5:31), Metusalah yang berumur hingga 969 tahun (Kej. 5:27), Yared yang mencapai umur 962 tahun (Kej. 5:20), dan lain-lain. Sedangkan zaman sekarang ini, manusia hanya mencapai umur maksimal 100 tahun, itu pun jarang. Hal itu bisa saja terjadi karena beberapa faktor, mungkin faktor lingkungan, faktor makanan dan lain-lain.
 Penemuan Arkeologi juga telah membuktikan bahwa memang manusia pernah mencapai umur yang paling tua pada zaman purba. Lempeng tanah liat di Babilonia yang sudah ditemukan oleh para Arkeolog, mengisahkan seorang raja yang memerintah selama ribuan tahun, yaitu seorang raja yang bernama Dumuzi, memegang kekuasaan selama delapan belas ribu tahun dan seorang raja lain memerintah selama tiga puluh enam ribu tahun.[10] Tentu saja raja-raja yang memerintah ini memiliki umur yang sangat panjang. Mungkin saja kisah ini adalah mitos, tetapi barangkali ini adalah catatan yang mengisahkan umur manusia yang begitu panjang. Hal ini memberikan gambaran bahwa manusia pernah memiliki umur yang panjang. Jadi, apa yang dikatakan oleh Alkitab mengenai umur manusia, tidak salah.
            Penemuan para Arkeolog ini sudah membuktikan bahwa Alkitab tidak pernah salah. Orang Kristen seharusnya tidak perlu untuk meragukan kebenaran Alkitab walaupun ada banyak serangan dari orang-orang yang tidak percaya terhadap Alkitab. Alkitab sendiri sudah membuktikan bahwa dirinya adalah Firman Allah, yaitu Firman yang tidak ada salah. Allah yang Mahatahu dan yang Mahakuasa, sengaja menghadirkan Arkeologi Alkitab ini, untuk membantu setiap orang percaya dalam menghadapai serangan-serangan terhadap Alkitab. Seandainya saja para Arkeologi ini tidak ada, maka orang Kristen pun tidak usah takut untuk menghadapi para penyesat itu, Sebab Allah pasti mempunyai banyak cara untuk membantu umat-Nya dalam menghadapi para penyesat tersebut.         
Arkeologi Alkitab merupakan salah satu ilmu yang sangat penting untuk diketahui oleh seluruh orang Kristen. Namun, ada banyak orang Kristen yang masih belum tahu apa-apa tentang Arkeologi Alkitab. Hal ini dapat membuat orang Kristen sukar untuk mempertahankan kebenaran Alkitab. Oleh karena itu, untuk menguatkan kepercayaan setiap orang Kristen terhadap Alkitab, maka orang Kristen seharusnya mempelajari Arkeologi Alkitab ini. Dengan adanya penemuan-penemuan ini, maka sudah tebukti dengan jelas bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan yang tidak ada salah.

MARANATHA...!!!

(silahkan memberikan masukan, kritikan, dan lain-lain)


[1] Joseph P. Free, Arkeologi dan Sejarah Alkitab (Malang: Gandum Mas,2001), hal. 19.

[7] Joseph P. Free, Arkeologi dan Sejarah Alkitab (Malang: Gandum Mas,2001), hal. 41.

[8] Ibid, hal. 42.

[9] Ibid, hal. 45.
[10] Ibid, hal 52.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar