Jumat, 28 Oktober 2016

APA MAKNA DARI KEMERDEKAAN DI DALAM KRISTUS?

KEMERDEKAAN DI DALAM KRISTUS

            Kemerdekaan di dalam Kristus sangat berbeda dengan kemerdekaan biasa, misalnya kemerdekaan dari penjajahan, dan lain-lain. Kemerdekaan di dalam Kristus memiliki makna yang sangat dalam. Berikut ini, penulis membahas secara ringkas saja mengenai apa yang dimaksud dengan kemerdekaan di dalam Kristus.
A. Tidak Lagi Berada Di Bawah Perhambaan Dosa
       Ketika seseorang menyerahkan dirinya untuk menjadi hamba orang lain, berarti orang tersebut sudah menjadi milik dari orang yang memperhambakannya. Tuannya sudah berkuasa atas orang yang menjadi hambanya itu, bahkan nyawa dari hamba tersebut sudah menjadi tanggung jawab dari tuannya itu. Hal tersebut juga sangat cocok mengenai hamba yang digambarkan secara rohani di dalam Alkitab. Secara rohani, Alkitab mencatat dua perihal utama mengenai hamba yaitu hamba dosa dan hamba kebenaran, dan keduanya dicatat secara jelas di dalam Alkitab. Berikut ini adalah ayat-ayat yang berbicara tentang hamba dosa,
Yohanes 8:34: Kata Yesus kepada mereka “Aku berkata kepada kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.”
Roma 6:6: Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.
Roma 6:17: Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran pengajaran yang telah diteruskan kepadamu.[1]
            Dari beberapa kutipan di atas jelas sekali bahwa Alkitab banyak menyebut tentang hamba dosa. Berarti yang menjadi tuannya itu adalah dosa itu sendiri. Dari beberapa ayat di atas, sangat jelas sekali bahwa yang menjadi hamba dosa adalah orang-orang yang masih hidup di dalam dosa atau orang-orang yang menyerahkan dirinya untuk diperhamba oleh dosa. Orang-orang tersebut tergolong ke dalam kelompok yang masih belum dimerdekakan di dalam Kristus. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa dan bahkan telah kehilangan kemuliaan Allah (Ro. 3:10,23). Jadi pada dasarnya, setiap orang yang lahir di dunia ini sudah berdosa, tidak ada satu pun orang yang bisa berkata bahwa dia tidak berdosa (1 Yoh. 1:10). Ketika seseorang masih berdosa, maka dia berada di bawah kekuasaan dosa atau masih menjadi hamba dosa.
            Oleh karena itu, seseorang bisa lepas dari perhambaan dosa apabila dia sudah dimerdekakan di dalam Yesus Kristus. Cara satu-satunya seseorang bisa lepas dari perhambaan dosa adalah hanya melalui iman yaitu bertobat dan percaya kepada Tuhan. Dr. Suhento Liauw telah memberikan pandangan tentang pertobatan, bertobat artinya menyesali pandangan, sikap dan perbuatan kita yang bertentangan dengan kehendak Allah karena menyadari bahwa semua itu tidak benar. Tanpa pertobatan tidak ada pengampunan, karena sikap membenarkan diri adalah pada hakekatnya adalah sikap yang menyatakan diri benar serta menuduh Allah salah.[2] Intinya bahwa seseorang menyadari dirinya sebagai orang berdosa dan menyesali semua dosa-dosanya dihadapan Tuhan atau bertobat (Mat. 3:2, 4:17; Luk. 5:32, 13:13; Kis. 3:19). Dr. Suhento Liauw juga telah memmberikan penjelasan tentang percaya yaitu percaya bahwa dosa hanya dapat diselesaikan dengan penghukuman, dan penghukuman yang seharusnya dijatuhkan kepada dirinya telah ditanggung oleh Yesus Kristus ketika Ia dihukumkan di kayu salib[3] (Mark. 1:15; Yoh. 3:15-18, 3:36; Rom. 10:9-10). Apabila seseorang sudah bertobat dan percaya dengan segenap hati maka dia sudah dimemerdekakan dari dosa. Dia bukan lagi menjadi hamba dosa tetapi menjadi hamba kebenaran (Rom. 6:18). Orang yang sudah dimerdekakan dari perhambaan dosa sudah bukan lagi menjadi milik dosa, melainkan menjadi milik Kristus (Gal. 5:24). Menjadi hamba kebenaran berarti hidup sesuai menurut kebenaran itu sendiri yaitu firman Tuhan (Yoh. 17:17).     
B. Tidak Terikat Oleh Suatu Hukum atau Tradisi Keagamaan tertentu.
1). Hukum Taurat
            Hukum Taurat adalah hukum yang sudah ada sejak masa Perjanjian Lama. Hukum-hukum dituliskan secara khusus dalam kitab Taurat, mulai dari kita Kejadian hingga kitab Ulangan. Tujuan diberikannya hukum Taurat ini pada masa Perjanjian Lama adalah untuk menunjukkan akan keberdosaan dan pelanggaran-pelanggaran mereka terhadap Allah (Rom. 3:20, 5:13). Sampai pada masa Perjanjian Baru, orang-orang Yahudi masih memelihara, mengajarkan dan mempraktekkan hukum Taurat ini, namun sebagian dari mereka juga masih banyak yang melanggar ketentuan-ketentuan dari hukum Taurat itu sendiri (Rom. 2:21-24). Bahkan, orang-orang Yahudi sudah menganggap bahwa dengan menaati hukum Taurat, mereka sudah menjadi orang dibenarkan atau menjadi orang yang sudah diselamatkan.
            Oleh karena itu, Rasul Paulus dalam surat-suratnya, seringkali membantah argumen-argumen dari orang-orang Yahudi yang menganggap bahwa dirinya dapat diselamatkan melalui hukum Taurat. Pada dasarnya, hukum Taurat jika dilakukan dengan sepenuhnya dan menaatinya secara keseluruhan, maka orang itu dapat diselamatkan. Tetapi, pada kenyataannya tidak ada seorang pun manusia di bumi ini yang sanggup untuk menaati seluruh hukum Taurat, kecuali Yesus Kristus sendiri, karena Dia tidak berdosa sama sekali. Secara khusus, Ada dua kitab yang membahas tentang hukum Taurat maupun juga sunat yaitu kitab Roma maupun kitab Galatia. Dalam kedua kitab itu, Paulus menuliskan argumen-argumennya untuk membantah orang-orang Yahudi agar tidak salah konsep mengenai keselamatan. Paulus beberapa kali menuliskan bahwa hukum Taurat sama sekali tidak menyelamatkan manusia melainkan keselamatan diperolah melalui beriman kepada Yesus Kristus (Rom. 3:20, 28, 4:16;  Gal. 2:16, 3:11). Selain itu, Rasul Paulus secara tegas berkata bahwa jikalau seseorang mengharapkan kebenaran dari hukum Taurat, maka dia lepas dari Kristus (Gal. 5:4). Oleh karena itu, kemerdekaan di dalam Kristus sama sekali tidak ada hubungan atau keterikatan dengan hukum Taurat.
2). Sunat.
            Mengenai sunat juga dicatatkan di dalam Alkitab yang secara spesifik terdapat di dalam kitab Kejadian pasal 17. Sunat merupakan tanda perjanjian antara Allah dengan Musa (Kej. 17:10-11). Orang-orang Yahudi juga menganggap bahwa melakukan sunat adalah hal yang sangat penting, dan hal yang menandakan bahwa mereka sudah menjadi milik Allah jikalau mereka sudah disunat, bahkan mungkin saja ada yang menganggap bahwa melakukan sunat juga dapat menyelamatkan mereka seperti halnya dengan hukum Taurat. Paulus juga membantah anggapan-anggapan ini bahwa sebenarnya sunat tidak memiliki hubungan dengan keselamatan, dan melakukan sunat sama sekali tidak menyelamatkan mereka (Rom. 2:26-27, 3:30, 4:9-12; Gal. 5:6, 6:15). Rasul Paulus sama sekali tidak menolak adanya sunat, Rasul Paulus hanya ingin meluruskan pemahaman mereka yang salah tentang hubungan antara sunat dan keselamatan, dengan hal itulah Rasul Paulus berargumentasi dengan mereka mengenai sunat. Oleh karena itu, baik melakukan sunat maupun menaati hukum Taurat sama sekali tidak dapat membawa seseorang untuk masuk Sorga. Jadi, kemerdekaan di dalam Kristus sama sekali tidak terikat dengan sunat.

C. Tidak Dapat Diperolah Dari Segala Usaha Manusia
            Banyak orang Kristen maupun non-Kristen saat ini berpikir bahwa untuk memperolah keselamatan haruslah melalui segala usaha manusia. Ada yang berkata bahwa untuk masuk Sorga harus rajin untuk melayani, membaca alkitab, berbuat baik, berbuat ama, bertapa dan lain sebagainya yang intinya adalah sebagai usaha manusia. Alkitab secara eksplisit berkata bahwa manusia tidak dapat diselamatkan melalui segala usaha manusia (Yes. 64:6; Ef. 2:8-9; Tit. 3:5). Keselamatan itu hanyalah anugerah Tuhan yang diberikan secara cuma-cuma kepada manusia (Rom. 3:24). Semua orang yang sudah bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus, baik yang hidup sebelum penyaliban Yesus maupun sesudah penyaliban Yesus sudah mendapatkan keselamatan. Dr. Suhento Liauw memberikan tanggapan tentang keselamatan orang-orang yang hidup di P.L dengan orang-orang yang hidup di P.B, dia mengatakan “orang-orang yang hidup sebelum penyaliban Kristus diselamatkan melalui iman kepada Juruselamat yang akan menanggung semua dosa mereka, sedangkan kita yang hidup sesudah penyalibanNya diselamatkan melalui iman kepada Juruselamat yang telah menanggung semua dosa kita.”[4]
            Kemerdekaan di dalam Kristus bisa diperoleh jikalau seseorang sudah dimerdekakan dari dosa. Kemerdekaan dari dosa bukanlah melalui usaha manusia, melainkan pemberian Allah. Orang yang ingin dimerdekakan di dalam Kristus, dia hanya perlu untuk mengaku dosanya dan menyesalinya atau bertobat (dalam bahasa Yunani "metanoia" yang artinya berbalik dari dosa), dan percaya bahwa Yesus telah mati baginya untuk menanggung semua dosanya, beserta membuat komiteman untuk tetap mau hidup bagi Yesus (1 Yoh. 1:9, 2:6, Kis. 13:38-39). Seseorang hanya diselamatkan melalui iman, tidak boleh ditambah dengan melakukan ritual tertentu misalnya dengan baptisan, perjamuan, atau usaha manusia seperti beramal, berpuasa, asketikisme dan lain-lain, oleh   karena itu, sangat patut bagi setiap orang yang sudah dimerdekakan dari dosa untuk selalu bersyukur, bahkan mau berkorban untuk Tuhan. Orang-orang yang sudah dimerdekakan di dalam Kristus akan mendapat sukacita karena memiliki pengharapan di dalam Kristus. 
Maranatha..!!!!




[1]Dikutip dari Lembaga Alkitab Indonesia Versi Terjemahan Baru.
[2] Dr. Suhento Liauw, Doktrin Keselamatan Alkitabiah (Jakarta: GITS, 2007), hal. 78.
[3] Ibid, hal. 79.
[4]Dr. Suhento Liauw, Bukti Saya Telah Lahir Baru (Jakarta: GITS, 2008), hal. 9. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar