KEMERDEKAAN DI DALAM KRISTUS
Kemerdekaan di dalam Kristus sangat
berbeda dengan kemerdekaan biasa, misalnya kemerdekaan dari penjajahan, dan
lain-lain. Kemerdekaan di dalam Kristus memiliki makna yang sangat dalam.
Berikut ini, penulis membahas secara ringkas saja mengenai apa yang dimaksud
dengan kemerdekaan di dalam Kristus.
A. Tidak Lagi Berada Di Bawah
Perhambaan Dosa
Ketika seseorang menyerahkan dirinya
untuk menjadi hamba orang lain, berarti orang tersebut sudah menjadi milik dari
orang yang memperhambakannya. Tuannya sudah berkuasa atas orang yang menjadi
hambanya itu, bahkan nyawa dari hamba tersebut sudah menjadi tanggung jawab
dari tuannya itu. Hal tersebut juga sangat cocok mengenai hamba yang
digambarkan secara rohani di dalam Alkitab. Secara rohani, Alkitab mencatat dua
perihal utama mengenai hamba yaitu hamba dosa dan hamba kebenaran, dan keduanya
dicatat secara jelas di dalam Alkitab. Berikut ini adalah ayat-ayat yang
berbicara tentang hamba dosa,
Yohanes 8:34:
Kata Yesus kepada mereka “Aku berkata kepada kepadamu, sesungguhnya setiap
orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.”
Roma 6:6: Karena
kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa
kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.
Roma 6:17:
Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang
kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran pengajaran yang telah
diteruskan kepadamu.[1]
Dari beberapa kutipan di atas jelas
sekali bahwa Alkitab banyak menyebut tentang hamba dosa. Berarti yang menjadi
tuannya itu adalah dosa itu sendiri. Dari beberapa ayat di atas, sangat jelas
sekali bahwa yang menjadi hamba dosa adalah orang-orang yang masih hidup di
dalam dosa atau orang-orang yang menyerahkan dirinya untuk diperhamba oleh
dosa. Orang-orang tersebut tergolong ke dalam kelompok yang masih belum
dimerdekakan di dalam Kristus. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa semua
orang telah berbuat dosa dan bahkan telah kehilangan kemuliaan Allah (Ro.
3:10,23). Jadi pada dasarnya, setiap orang yang lahir di dunia ini sudah
berdosa, tidak ada satu pun orang yang bisa berkata bahwa dia tidak berdosa (1
Yoh. 1:10). Ketika seseorang masih berdosa, maka dia berada di bawah kekuasaan
dosa atau masih menjadi hamba dosa.
Oleh karena itu, seseorang bisa
lepas dari perhambaan dosa apabila dia sudah dimerdekakan di dalam Yesus
Kristus. Cara satu-satunya seseorang bisa lepas dari perhambaan dosa adalah
hanya melalui iman yaitu bertobat dan percaya kepada Tuhan. Dr. Suhento Liauw
telah memberikan pandangan tentang pertobatan, bertobat artinya menyesali
pandangan, sikap dan perbuatan kita yang bertentangan dengan kehendak Allah
karena menyadari bahwa semua itu tidak benar. Tanpa pertobatan tidak ada
pengampunan, karena sikap membenarkan diri adalah pada hakekatnya adalah sikap
yang menyatakan diri benar serta menuduh Allah salah.[2] Intinya
bahwa seseorang menyadari dirinya sebagai orang berdosa dan menyesali semua dosa-dosanya
dihadapan Tuhan atau bertobat (Mat. 3:2, 4:17; Luk. 5:32, 13:13; Kis. 3:19).
Dr. Suhento Liauw juga telah memmberikan penjelasan tentang percaya yaitu
percaya bahwa dosa hanya dapat diselesaikan dengan penghukuman, dan penghukuman
yang seharusnya dijatuhkan kepada dirinya telah ditanggung oleh Yesus Kristus
ketika Ia dihukumkan di kayu salib[3]
(Mark. 1:15; Yoh. 3:15-18, 3:36; Rom. 10:9-10). Apabila seseorang sudah
bertobat dan percaya dengan segenap hati maka dia sudah dimemerdekakan dari
dosa. Dia bukan lagi menjadi hamba dosa tetapi menjadi hamba kebenaran (Rom.
6:18). Orang yang sudah dimerdekakan dari perhambaan dosa sudah bukan lagi
menjadi milik dosa, melainkan menjadi milik Kristus (Gal. 5:24). Menjadi hamba
kebenaran berarti hidup sesuai menurut kebenaran itu sendiri yaitu firman Tuhan
(Yoh. 17:17).
B. Tidak Terikat Oleh Suatu Hukum atau
Tradisi Keagamaan tertentu.
1). Hukum Taurat
Hukum Taurat adalah hukum yang sudah
ada sejak masa Perjanjian Lama. Hukum-hukum dituliskan secara khusus dalam
kitab Taurat, mulai dari kita Kejadian hingga kitab Ulangan. Tujuan diberikannya
hukum Taurat ini pada masa Perjanjian Lama adalah untuk menunjukkan akan
keberdosaan dan pelanggaran-pelanggaran mereka terhadap Allah (Rom. 3:20, 5:13).
Sampai pada masa Perjanjian Baru, orang-orang Yahudi masih memelihara,
mengajarkan dan mempraktekkan hukum Taurat ini, namun sebagian dari mereka juga
masih banyak yang melanggar ketentuan-ketentuan dari hukum Taurat itu sendiri
(Rom. 2:21-24). Bahkan, orang-orang Yahudi sudah menganggap bahwa dengan
menaati hukum Taurat, mereka sudah menjadi orang dibenarkan atau menjadi orang
yang sudah diselamatkan.
Oleh karena itu, Rasul Paulus dalam
surat-suratnya, seringkali membantah argumen-argumen dari orang-orang Yahudi
yang menganggap bahwa dirinya dapat diselamatkan melalui hukum Taurat. Pada
dasarnya, hukum Taurat jika dilakukan dengan sepenuhnya dan menaatinya secara
keseluruhan, maka orang itu dapat diselamatkan. Tetapi, pada kenyataannya tidak
ada seorang pun manusia di bumi ini yang sanggup untuk menaati seluruh hukum
Taurat, kecuali Yesus Kristus sendiri, karena Dia tidak berdosa sama sekali.
Secara khusus, Ada dua kitab yang membahas tentang hukum Taurat maupun juga
sunat yaitu kitab Roma maupun kitab Galatia. Dalam kedua kitab itu, Paulus
menuliskan argumen-argumennya untuk membantah orang-orang Yahudi agar tidak
salah konsep mengenai keselamatan. Paulus beberapa kali menuliskan bahwa hukum
Taurat sama sekali tidak menyelamatkan manusia melainkan keselamatan diperolah
melalui beriman kepada Yesus Kristus (Rom. 3:20, 28, 4:16; Gal. 2:16, 3:11). Selain itu, Rasul Paulus
secara tegas berkata bahwa jikalau seseorang mengharapkan kebenaran dari hukum
Taurat, maka dia lepas dari Kristus (Gal. 5:4). Oleh karena itu, kemerdekaan di
dalam Kristus sama sekali tidak ada hubungan atau keterikatan dengan hukum
Taurat.
2). Sunat.
Mengenai sunat juga dicatatkan di
dalam Alkitab yang secara spesifik terdapat di dalam kitab Kejadian pasal 17.
Sunat merupakan tanda perjanjian antara Allah dengan Musa (Kej. 17:10-11). Orang-orang
Yahudi juga menganggap bahwa melakukan sunat adalah hal yang sangat penting,
dan hal yang menandakan bahwa mereka sudah menjadi milik Allah jikalau mereka
sudah disunat, bahkan mungkin saja ada yang menganggap bahwa melakukan sunat
juga dapat menyelamatkan mereka seperti halnya dengan hukum Taurat. Paulus juga
membantah anggapan-anggapan ini bahwa sebenarnya sunat tidak memiliki hubungan
dengan keselamatan, dan melakukan sunat sama sekali tidak menyelamatkan mereka
(Rom. 2:26-27, 3:30, 4:9-12; Gal. 5:6, 6:15). Rasul Paulus sama sekali tidak
menolak adanya sunat, Rasul Paulus hanya ingin meluruskan pemahaman mereka yang
salah tentang hubungan antara sunat dan keselamatan, dengan hal itulah Rasul Paulus
berargumentasi dengan mereka mengenai sunat. Oleh karena itu, baik melakukan
sunat maupun menaati hukum Taurat sama sekali tidak dapat membawa seseorang
untuk masuk Sorga. Jadi, kemerdekaan di dalam Kristus sama sekali tidak terikat
dengan sunat.
C.
Tidak Dapat Diperolah Dari Segala Usaha Manusia
Banyak orang Kristen maupun
non-Kristen saat ini berpikir bahwa untuk memperolah keselamatan haruslah
melalui segala usaha manusia. Ada yang berkata bahwa untuk masuk Sorga harus
rajin untuk melayani, membaca alkitab, berbuat baik, berbuat ama, bertapa dan
lain sebagainya yang intinya adalah sebagai usaha manusia. Alkitab secara
eksplisit berkata bahwa manusia tidak dapat diselamatkan melalui segala usaha
manusia (Yes. 64:6; Ef. 2:8-9; Tit. 3:5). Keselamatan itu hanyalah anugerah
Tuhan yang diberikan secara cuma-cuma kepada manusia (Rom. 3:24). Semua orang
yang sudah bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus, baik yang hidup sebelum
penyaliban Yesus maupun sesudah penyaliban Yesus sudah mendapatkan keselamatan.
Dr. Suhento Liauw memberikan tanggapan tentang keselamatan orang-orang yang
hidup di P.L dengan orang-orang yang hidup di P.B, dia mengatakan “orang-orang
yang hidup sebelum penyaliban Kristus diselamatkan melalui iman kepada
Juruselamat yang akan menanggung semua dosa mereka, sedangkan kita yang hidup
sesudah penyalibanNya diselamatkan melalui iman kepada Juruselamat yang telah
menanggung semua dosa kita.”[4]
Kemerdekaan di dalam Kristus bisa
diperoleh jikalau seseorang sudah dimerdekakan dari dosa. Kemerdekaan dari dosa
bukanlah melalui usaha manusia, melainkan pemberian Allah. Orang yang ingin dimerdekakan di dalam Kristus, dia hanya perlu untuk mengaku dosanya dan menyesalinya atau bertobat (dalam bahasa Yunani "metanoia" yang artinya berbalik dari dosa), dan percaya bahwa Yesus telah mati baginya untuk menanggung semua dosanya, beserta membuat komiteman untuk tetap mau hidup bagi Yesus (1 Yoh. 1:9, 2:6, Kis. 13:38-39). Seseorang hanya diselamatkan melalui iman, tidak boleh ditambah dengan melakukan ritual tertentu misalnya dengan baptisan, perjamuan, atau usaha manusia seperti beramal, berpuasa, asketikisme dan lain-lain, oleh karena itu, sangat patut bagi
setiap orang yang sudah dimerdekakan dari dosa untuk selalu bersyukur, bahkan mau berkorban untuk Tuhan. Orang-orang yang sudah dimerdekakan di dalam Kristus akan
mendapat sukacita karena memiliki pengharapan di dalam Kristus.
Maranatha..!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar