oleh GI Hasan Karman
Tahun Baru Imlek merupakan salah satu hari raya terpenting dalam
tradisi dan budaya Tionghoa. Ada kalangan yang menganggap hari raya ini sebagai
hari raya keagamaan, namun sebenarnya hari raya ini sama sekali bukan milik
pemeluk keyakinan tertentu seperti agama Budha, Khonghucu maupun Taoisme atau umat Sam
Kauw (San
jiao ??,
tiga agama). Ini dapat dibuktikan bahwa jauh sebelum ketiga keyakinan
tersebut berakar di negeri Tiongkok, Tahun Baru Imlek sudah dirayakan. Memang
benar Tahun Baru Imlek senantiasa dikaitkan dengan berbagai ritual penyembahan,
legenda dan mitos yang membuat kalangan Kristen tertentu menganggap bahwa Tahun
Baru Imlek itu bertentangan dengan ajaran Kristen. Ini adalah kesalahpahaman
yang harus diluruskan. Menurut penulis, merayakan Tahun Baru Imlek sama sekali
tidak bertentangan dengan iman Kristen, sejauh orang Kristen tidak ikut-ikutan
dalam penyembahan yang bertentangan dengan Alkitab. Orang Kristen boleh dengan
tenang dan damai merayakan Tahun Baru Imlek sebagai sebuah peristiwa budaya dan
tradisi yang positif sama seperti menyambut Tahun Baru Internasional. Jika ada
cerita legenda dan mitos yang dikaitkan dengan Tahun Baru Imlek, anggap saja
sebagai dongeng karena negeri Tiongkok yang berusia ribuan tahun itu memang
penuh dengan legenda dan mitos. Ritual penyembahan yang melekat erat dalam
tradisi Imlek yang tidak selaras dengan ajaran Kristen itu sebenarnya baru
ditambahkan kemudian setelah ajaran Sam Kauw mengakar
luas disana. Padahal Tahun Baru Imlek adalah perayaan dalam rangka menyambut
pergantian Musim Dingin ke Musim Semi yang sekaligus dihitung sebagai pergantian
tahun dan masuk tahun yang baru dengan rasa syukur kepada Tuhan.
Asal-usul
Sebelum Dinasti Qin (Qín Cháo, ??, ± 221- 206 SM [Sebelum Masehi]), tanggal perayaan permulaan
tahun baru masih belum jelas. Ada kemungkinan awal tahun bermula pada bulan 1
(pertama) semasa Dinasti Xia (Xià Cháo, ??, ± 2070–1600 SM), bulan
12 semasa Dinasti Shang (Sh?ng Cháo, ??,
± 1766-1122 SM), dan bulan 11 semasa Dinasti Zhou (Zh?u Cháo, ??, ?± 1046–256 SM) di Tiongkok. Bulan kabisat (Run Yue, ??) yang dipakai untuk memastikan agar kalendar Tionghoa yang
berpatok pada peredaran bulan (Im) sejalan dengan edaran mengelilingi
matahari (Yang), selalu ditambah setelah bulan 12 sejak Dinasti Shang
(menurut catatan tulang ramalan) dan Zhou (menurut Sima Qian, ??? atau ???, sejarawan besar Tiongkok yang hidup sekitar
tahun 145 atau 135 – 86 SM). Kaisar pertama Tiongkok, Qin
Shi Huang (???) menukar
dan menetapkan bahwa tahun Tionghoa berawal di bulan 10 pada 221 SM. Pada 104
SM, Kaisar Wu (Han Wudi, ???,
156–87 SM) yang memerintah sewaktu Dinasti Han menetapkan bulan 1 sebagai
awal tahun sampai sekarang.
Tahun pertama Tahun Baru Imlek dihitung berdasarkan tahun pertama
kelahiran Kongfuzi (???, Khonghucu) baru ditetapkan oleh Kaisar Han Wudi pada tahun 104 SM
sebagai penghormatan kepada Kongfuzi, yang telah mencanangkan agar menggunakan
sistem penanggalan Dinasti Xia dimana Tahun Baru dimulai pada tanggal 1 bulan
kesatu. Oleh sebab itu sistem penanggalan ini dikenal pula sebagai Kongzili
(Kalender Kongzi) yang tahun ini merupakan Tahun 2566. Itulah sebabnya umat
Khonghucu mengklaim bahwa Tahun Baru Imlek sebagai hari ulang tahun Khonghucu.
Istilah atau sebutan untuk Tahun Baru Imlek
Secara tradisi, perayaan-perayaan seputar Tahun Baru Imlek dikenal
sebagai Festival Nian atau Nián Jié (?? atau ??), yang berarti “Festival Tahunan” atau “Festival Tahun Baru”.
Istilah turunannya yang dikenal dengan Guò Nián (?? atau ??), secara literal artinya
“melewati tahun”, secara umum masih digunakan untuk merujuk kegiatan perayaan
menyambut datangnya tahun baru itu. Sebutan lain untuk Tahun Baru Imlek adalah
“Tahun Baru Kalender Pertanian” atau Nónglì X?nnían (???? atau ????). Kalender Pertanian (Nónglì, ?? atau ??) merupakan sebutan yang sangat
umum untuk penanggalan ini di Tiongkok.
Secara tradisi Hari Tahun Baru disebut Yuándàn (??), secara literal berarti “pertama kali matahari terbit”, namun
pada tahun 1913 pemerintah Republik Tiongkok yang baru terbentuk menyesuaikan
nama tersebut dengan Tahun Baru Tionghoa yang disebut “Festival Musim Semi” (Ch?njié, ?? atau ??) sebagai rujukan daripada menggunakan Hari Tahun Baru yang
baru diadopsi dari Kalender Gregorian (Tahun Internasional). Ini merupakan
sebutan resmi hari libur publik Tahun Baru di Tiongkok Daratan maupun di
Taiwan. Sebelum tahun 1913, “Festival Musim Semi” malah merujuk pada Lichun (4
atau 5 Februari), periode Solar pertama dalam Kalender Imlek
yang menandakan berakhirnya Musim Dingin dan mulainya Musim Semi.
Sebutan alternatif lainnya untuk Tahun Baru Imlek adalah (Dà)
Nián Ch?y? [(?) ???] yang secara literal berarti “Hari Pertama Tahun (Raya).” Di
Hongkong dan Macau dikenal dengan sebutan Nónglì
Nián Ch?y? (????? atau ?????), yang berarti “Hari Pertama
Tahun Kalender Pertanian”, sedangkan sebutan resmi dalam bahasa Inggris adalah
“The First Day of Lunar New Year”. Malam Tahun Baru, hari dimana keluarga
Tionghoa berkumpul untuk makan malam bersama tahunan (Nian Ye Fan, ???), disebut “Malam dari yang
Berlalu” (Chúx?, ??).
Legenda dan Mitos
Sebutan Tahun Baru Imlek kontemporer berasal dari 2 kata: “Guò
Nián” [secara literal berarti “melewati Nián atau
lolos dari Nián”]. Menurut
legenda dan mitos yang berkembang kemudian, “Nián” (?) adalah seekor hewan buas mistis. Hewan ini akan
keluar pada hari pertama Tahun Baru Imlek untuk memakan ternak, hasil panen,
bahkan juga penduduk desa, terutama anak-anak. Untuk melindungi diri, penduduk
desa akan meletakkan makanan didepan pintu pada awal setiap tahun. Mereka
percaya bahwa setelah Nián menghabiskan makanan yang
disediakan, ia tidak akan menyerang penduduk lagi. Suatu hari seorang penduduk
desa memutuskan untuk melawan Nián. Seorang rahib yang sedang
berkunjung memberitahu kepadanya untuk menempelkan kertas merah di rumahnya dan
membakar petasan. Akhirnya penduduk desa mengerti bahwa Nián takut
dengan warna merah dan bunyi ledakan. Ketika Tahun Baru tiba, penduduk desa
menggantungkan lampion merah dan gulungan merah berbentuk spiral di pintu dan
jendela. Penduduk juga menggunakan petasan untuk mengusir Nián.
Sejak saat itu, Nián tidak
pernah datang lagi ke desa tersebut. Menurut pemeluk Sam Kauw, Niánditangkap
oleh Hóngj?n L?oz? (???? atau ????),
yakni salah satu dewa dalam ajaran Tao yang menyamar sebagai rahib yang
berkunjung ke desa. Nián kemudian menjadi tunggangan Hóngj?n
L?oz?. Tentu ini adalah mitos yang dikembangkan kemudian. Yang jelas kata Nián ini
diartikan sebagai “Tahun”, dan merayakan Tahun Baru disebut “Guò
Nián”.
Penutup
Sebenarnya masih banyak pernak-pernik dibalik perayaan Tahun Baru
Imlek, namun kebanyakan adalah tradisi yang dikembangkan oleh umat Sam Kauw
dalam perkembangan sejarah Tiongkok yang telah berusia ribuan tahun.
Pernak-pernik ini erat berhubungan dengan tahyul, ritual dan penyembahan.
Mungkin karena masalah inilah ada kalangan Kristen tertentu yang merasa alergi
merayakan Tahun Baru ini karena takut dicap penyembah berhala. Yang jelas Tahun
Baru Imlek itu sendiri adalah netral karena intinya hanya menyambut pergantian
tahun dan bersyukur kepada Tuhan karena telah menyertai dan memberkati kita
selama tahun yang lewat, kini masuk tahun baru. Bagi orang Kristen alkitabiah
yang berasal dari keturunan Tionghoa, tidak ada salahnya menggunakan momentum
ini untuk bersyukur, dan tradisi budaya ini sama positifnya seperti ketika
mereka menyambut pergantian tahun 2014 ke tahun 2015 yang baru lalu. Bedanya
Tahun Imlek yang akan berlalu ini hanya di angka 2565 dan akan segera berubah
menjadi Tahun Baru Imlek 2566 pada tanggal 19 Februari 2015 nanti! Jadi,
silakan merayakan (tambahan: Maaf tulisannya dimiringkan karena artikel ini di posting pada tahun 2015, sehingga tulisan tahunnya berbeda, jadi sengaja dimiringkan, mohon dimaklum).
sumber: http://graphe-ministry.org/articles/2015/02/2182/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar