Untuk mengenal Allah lebih dalam, maka perlu untuk mengenal sifat-sifatNya. Hosea 4:6, "UmatKu binasa karena tidak mengenal Allah......" Jadi, Tuhan begitu menghendaki agar manusia mengenal Dia. Ada banyak sifat Allah yang tertulis di dalam Alkitab. Tetapi penulis hanya memberikan beberapa saja, dan khusunya di dalam kitab Yesaya. Sifat-sifat Allah dalam kitab Yesaya diantaranya:
A.
Allah Yang Mahakudus
Salah satu sifat Allah yang banyak
dituliskan di dalam kitab
Yesaya adalah sifat Allah yang Mahakudus. Istilah “Allah yang Mahakudus Allah
Israel” merupakan istilah yang dipakai oleh penulis kitab Yesaya untuk
menggambarkan kekudusan Allah sekaligus menunjukkan bahwa Allah yang dia maksud
adalah Allah bangsa Israel pencipta langit dan bumi. Istilah ini banyak dipakai
oleh nabi Yesaya dalam tulisannya sehingga menjadi salah satu tema penting di dalam
kitab Yesaya. Istilah “Allah yang Mahakudus Allah Israel” muncul 12 kali di
pasal 1-39 dan 13 kali dipasal 40-66 (1:4; 5:16; 30:9-16; 37:23; 48:17-19;
57:15-21 dll), dan di luar
kitab Yesaya hanya muncul 6 kali.
Banyaknya pemakaian istilah ini oleh nabi
Yesaya mengindikasikan bahwa dirinya adalah orang yang sudah diselamatkan (bdg
Yes. 6), sehingga dia dengan penuh keyakinan berani menyebut beberapa kali
istilah “Allah yang Mahakudus”. Jika seseorang tahu bahwa Allah itu Mahakudus, sementara
dia belum sadar bahwa seharusnya dia dikuduskan atau diselamatkan karena Allah
itu kudus, maka itu menimbulkan dosa bagi dirinya. Istilah “Allah yang
Mahakudus Allah Israel” juga mengindikasikan bahwa tidak ada Allah yang
Mahakudus selain Allah pencipta langit dan bumi. Bahkan bukan hanya nabi Yesaya
yang mengaku bahwa Allah itu Mahakudus, melainkan Malaikat di sorga yaitu para Serafim pun mengaku
bahwa Allah itu Mahakudus (Yes. 6:3). Kekudusan Allah di sorga membuat para serafim tidak bisa
melihat Tuhan, sehingga menutupi muka mereka dengan sayap (Yes. 6:2).
Allah yang Mahakudus tidak
memungkinkan manusia yang masih berdosa (belum diselamatkan) bisa masuk sorga,
bahkan dosa sekecil apapun karena sorga adalah tempat yang Mahakudus. Seperti
orang-orang Yehuda pada zaman Yesaya, mereka adalah orang-orang yang berdosa,
sehingga korban bakaran mereka, hari-hari raya mereka, bahkan doa mereka kepada
Tuhan, sama sekali tidak berkenan di hadapan
Tuhan (Yes. 1:11-15). Oleh karena itu mereka harus bertobat dari semua
dosa-dosa mereka. Begitu juga dengan manusia saat ini, jika tidak bertobat
(Kis. 17:30) dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat (Rom 10:9-10), maka
mereka tidak akan masuk sorga, bahkan segala usaha mereka di dunia ini tidak
ada gunanya karena semuanya itu akan menuju kebinasaaan (Mat. 16:26). Jadi, sifat
Mahakudus hanya dimiliki oleh Allah sendiri. Mungkin timbul sebuah pertanyaan,
jika Allah Mahakudus mengapa Dia membiarkan kejahatan ada, bukankah itu
bertentangan dengan sifat Mahakudus-Nya? Hal pertama yang harus dimengerti
adalah bahwa kejahatan muncul akibat perbuatan manusia, oleh karena mereka
memiliki kehendak bebas untuk taat kepada Allah atau melawan Allah. Lalu
bagaimanakah dengan kekudusan Allah? Kekudusan Allah tidak membiarkan kejahatan
bertahan. Oleh sebab itulah Alkitab memberitahu kita bahwa pada akhirnya
kejahatan dan dosa akan dihilangkan.[1]
B.
Allah Yang Maha Berdaulat
Sifat Allah yang
lain yang disebut di dalam
kitab Yesaya adalah Allah yang Maha
Berdaulat (6;24:1-3,23;37:15-20;43:8-11). Allah yang Mahakuasa pencipta langit
dan bumi, pasti sanggup mengontrol segala ciptaan-Nya. Kalau Ia hanya mampu
menciptakan alam semesta namun tidak sanggup mengontrolnya, maka tentu Ia bukan
Allah yang Mahakuasa.[2]
Karena kedaulatan-Nya maka Dia sanggup melakukan apa yang dikehendaki-Nya
kepada setiap ciptaan-Nya. Seperti yang digambarkan didalam Yesaya 24:1-3,
bahwa Tuhanlah yang menanduskan bumi ini, mengancurkannya dan juga mengubah
setiap nasib seseorang. Intinya adalah bahwa Tuhan sanggup melakukan segala
sesuatu baik itu menciptakan, menghancurkan maupun untuk mengubah segala
sesuatu sesuai kehendak-nya, itu semua membuktikan bahwa Allah itu Maha
Berdaulat.
Ketika Yesus datang ke dunia, Dia mengharapkan agar orang
Israel percaya kepada-Nya dan menerima Dia sebagai Juruselamat mereka. Tetapi
faktanya, orang Israel menolak Dia (Yoh.1:11), tidak percaya kepada-Nya
sehingga mereka menyalibkan-Nya. Mungkin timbul pertanyaan bagi seseorang,
dimanakah kedaulatan Allah? Bukankah Dia Allah yang Maha berdaulat, yang
sanggup membuat bangsa Israel tunduk kepada-Nya?
Dalam
menjawab ini, pertama seseorang harus percaya bahwa Allah itu Maha
berdaulat.
Kedua, dia juga harus percaya bahwa manusia itu
diciptakan dengan memiliki kehendak bebas (Kej. 3:6, Yes. 57:17b). Jadi, dalam
kasus tersebut kedaulatan Allah tidak menghalangi kehendak bebas manusia,
karena kehendak bebas itu diberikan-Nya sendiri. Tuhan sebenarnya bisa membuat
bangsa Israel tunduk kepadanya, tetapi karena ada kehendak bebas maka Tuhan
tidak melakukannya. Dengan demikian, harus dimengerti bahwa kedaulatan Allah
tetap ada, tetapi kedaulatan Allah tidak
bertentangan dengan kehendak bebas manusia. Manusia bisa memilih apa saja yang
diinginkannya, tetapi Allah yang Maha berdaulat akan tetap memberikan
konsekuensi terhadap kehendak bebas manusia.
C.
Allah Yang Maha Adil
Sifat Allah
lainnya yang tertulis didalam kitab Yesaya adalah bahwa Allah itu Maha Adil
(Yes. 24:16). Kata “Maha Adil” hanya dituliskan dua kali dari keseluruhan
Alkitab yaitu di Amsal 21:12 dan Yesaya 24:16. Walaupun hanya dua kali
disebutkan, tetapi bukan berarti Allah tidak Maha Adil, Allah tetap Maha Adil.
Di dalam Alkitab untuk menggambarkan
keadilan Allah, cukup dituliskan dengan kata “keadilan-Nya” (Ayb. 37:23; Mzm.
7:17, 50:6, 111:3; Yes.5:16, 59:16, Rom. 3:25 dll). Ayat- ayat tersebut sudah
cukup membuktikan bahwa Allah itu sungguh Maha Adil. Keadilan Allah sudah nyata
di dalam kehidupan setiap orang percaya
kepada Allah. Setiap
orang yang hidup dalam dosa dan tidak mau bertobat dan percaya maka dia pasti masuk
neraka (Yoh. 3:18, Luk. 13:3),
dan setiap orang yang sudah bertobat dan percaya maka pasti diselamatkan (Rom.
5:9-10, 10:9-10), itulah contoh nyata yang terdapat di dalam Alkitab.
Alkitab juga menuliskan bahwa Allah yang Maha
adil akan mengadili semua bangsa-bangsa di muka
bumi ini (Ayb. 36:31; Mzm. 7:8, Yes. 3:13 dll). Jika seseorang berkata bahwa
Allah tidak Maha adil, maka bagaimana bisa Allah yang tidak Maha adil bisa
mengadili semua bangsa-bangsa didunia ini? Oleh karena itu hanya yang Maha adil yang
sanggup melakukan semua itu. Oleh karena keadilan Allah, maka seharusnya
masing-masing orang harus bisa menguasai dirinya dalam hal apapun, karena Allah
yang Maha adil tidak segan-segan memberikan konsekuensi terhadap apa yang
dilakukan oleh masing-masing orang. Keadilan Allah berlaku bagi semua orang
tanpa perbedaan (Rom. 2:6,11).
D.
Allah Yang Maha Murka
Sifat Allah yang
juga banyak disebutkan didalam kitab Yesaya adalah Allah yang Maha murka
(Yes.5:25; 9:12,17,19,21; 10:4-6,25, 12:1 dll.). Bukan hanya didalam kitab
Yesaya menyebut Allah yang Maha murka,
tetapi hampir keseluruhan Alkitab menuliskan hal yang sama, Misalnya di Kej.
18:30, Kel. 4:14, Im. 10:6, Yer. 23:20 dll. Mungkin orang yang tidak percaya
sepenuhnya dengan Alkitab membaca Alkitab dan menemukan bahwa Allah itu Maha
murka, bisa saja dia menggambarkan bahwa Allah itu memiliki sifat yang sangat
kejam, Allah tidak memiliki kasih, tentu orang yang percaya sepenuhnya pada
Alkitab tidak berpikir demikian. Sifat Allah yang Maha murka, adalah kebalikan
dari sifat Allah yang Maha kasih. Jika kasih-Nya seratus persen maka Murka-Nya
juga seratus Persen.
Untuk mempermudah memahami ini,
biasanya diilustrasikan dengan sebuah
koin dengan kedua sisinya. Sisi yang satu menggambarkan kasih-Nya yang seratus
persen dan yang satu menggambarkan murka-Nya yang seratus persen. Jika kita
melihat dari sisi kasih-Nya maka murka-Nya tidak nampak, begitu sebaliknya jika
kita melihat dari sisi Murka-Nya maka kasih-Nya tidak nampak, itulah sifat
Allah yang sempurna. Jadi, untuk menilai ini tergantung dari sudut pandang
seseorang. Orang yang mengatakan Allah itu maha kejam murka memang benar,
tetapi bukan berarti Allah tidak Mahakasih (bdg. Yoh. 3:16).
Dalam Yesaya 5:25 berbunyi “Sebab
itu bangkitlah murka TUHAN....”, dalam ayat ini mengindikasikan bahwa murka
Tuhan bangkit karena disebabkan oleh suatu hal, bukan tanpa alasan. Jadi, hal
apakah yang membuat murka Tuhan bisa bangkit berdasarkan ayat itu? Jawabannya terdapat di ayat sebelumnya
mulai ayat 8-24, tentang pelbagai keburukan moral yang ditimbulkan oleh
umat-Nya. Sehingga Allah murka terhadap mereka dan membinasakan mereka. Contoh
lain yang terdapat di dalam
Alkitab yaitu
Allah murka terhadap kejahatan manusia pada zaman Nuh. Sampai pada zaman Nuh, kejahatan manusia
semakin meningkat dan moral mereka semakin buruk, Ayah tidak mengajarkan lagi
kepada anak-anaknya tentang ibadah simbolik yang baik. Sehingga bangkitlah
murka Allah kepada mereka, dan hendak memusnahkan mereka (Kej. 6:13). Hanya Nuh
dan sekeluarga yang tinggal, kerena Nuh adalah orang benar dihadapan Tuhan
(Kej. 6:9). Dan masih banyak lagi di Alkitab yang menyebut bagaimana Allah
murka terhadap umat-Nya.
Berdasarkan
sifat Allah yang satu ini, maka seharusnya setiap orang perlu menyadari betapa
perlunya pertobatan itu, karena orang yang belum bertobat murka Allah akan
nyata atas mereka. Begitu juga
dengan
orang yang sudah mengerti kebenaran, namun masih melakukan dosa, maka murka Tuhan tetap
ada padanya. Terlebih lagi
dengan
orang yang sudah diselamatkan dan akhirnya dia murtad, maka murka Tuhan lebih
berat atas
orang tersebut.
Jadi ini salah satu sifat Allah yang perlu diwaspadai oleh setiap orang.
[1] Steven E. Liauw, Ketiadasalahan Alkitab (Jakarta: GITS, 2005), hal. 148
[2] Suhento Liauw, Doktrin Keselamatan Alkitabiah (Jakarta:
GITS, 2007), hal.12.
Amin, Haleluyah
BalasHapus