Sabtu, 21 Januari 2017

Beberapa Sifat Allah Dalam Kitab Yesaya

            Untuk mengenal Allah lebih dalam, maka perlu untuk mengenal sifat-sifatNya. Hosea 4:6, "UmatKu binasa karena tidak mengenal Allah......" Jadi, Tuhan begitu menghendaki agar manusia mengenal Dia. Ada banyak sifat Allah yang tertulis di dalam Alkitab. Tetapi penulis hanya memberikan beberapa saja, dan khusunya di dalam kitab Yesaya. Sifat-sifat Allah dalam kitab Yesaya diantaranya:
A. Allah Yang Mahakudus
            Salah satu sifat Allah yang banyak dituliskan di dalam kitab Yesaya adalah sifat Allah yang Mahakudus. Istilah “Allah yang Mahakudus Allah Israel” merupakan istilah yang dipakai oleh penulis kitab Yesaya untuk menggambarkan kekudusan Allah sekaligus menunjukkan bahwa Allah yang dia maksud adalah Allah bangsa Israel pencipta langit dan bumi. Istilah ini banyak dipakai oleh nabi Yesaya dalam tulisannya sehingga menjadi salah satu tema penting di dalam kitab Yesaya. Istilah “Allah yang Mahakudus Allah Israel” muncul 12 kali di pasal 1-39 dan 13 kali dipasal 40-66 (1:4; 5:16; 30:9-16; 37:23; 48:17-19; 57:15-21 dll), dan di luar kitab Yesaya hanya muncul 6 kali.
            Banyaknya pemakaian istilah ini oleh nabi Yesaya mengindikasikan bahwa dirinya adalah orang yang sudah diselamatkan (bdg Yes. 6), sehingga dia dengan penuh keyakinan berani menyebut beberapa kali istilah “Allah yang Mahakudus”. Jika seseorang tahu bahwa Allah itu Mahakudus, sementara dia belum sadar bahwa seharusnya dia dikuduskan atau diselamatkan karena Allah itu kudus, maka itu menimbulkan dosa bagi dirinya. Istilah “Allah yang Mahakudus Allah Israel” juga mengindikasikan bahwa tidak ada Allah yang Mahakudus selain Allah pencipta langit dan bumi. Bahkan bukan hanya nabi Yesaya yang mengaku bahwa Allah itu Mahakudus, melainkan Malaikat di sorga yaitu para Serafim pun mengaku bahwa Allah itu Mahakudus (Yes. 6:3). Kekudusan Allah di sorga membuat para serafim tidak bisa melihat Tuhan, sehingga menutupi muka mereka dengan sayap (Yes. 6:2).
            Allah yang Mahakudus tidak memungkinkan manusia yang masih berdosa (belum diselamatkan) bisa masuk sorga, bahkan dosa sekecil apapun karena sorga adalah tempat yang Mahakudus. Seperti orang-orang Yehuda pada zaman Yesaya, mereka adalah orang-orang yang berdosa, sehingga korban bakaran mereka, hari-hari raya mereka, bahkan doa mereka kepada Tuhan, sama sekali tidak berkenan di hadapan Tuhan (Yes. 1:11-15). Oleh karena itu mereka harus bertobat dari semua dosa-dosa mereka. Begitu juga dengan manusia saat ini, jika tidak bertobat (Kis. 17:30) dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat (Rom 10:9-10), maka mereka tidak akan masuk sorga, bahkan segala usaha mereka di dunia ini tidak ada gunanya karena semuanya itu akan menuju kebinasaaan (Mat. 16:26). Jadi, sifat Mahakudus hanya dimiliki oleh Allah sendiri. Mungkin timbul sebuah pertanyaan, jika Allah Mahakudus mengapa Dia membiarkan kejahatan ada, bukankah itu bertentangan dengan sifat Mahakudus-Nya? Hal pertama yang harus dimengerti adalah bahwa kejahatan muncul akibat perbuatan manusia, oleh karena mereka memiliki kehendak bebas untuk taat kepada Allah atau melawan Allah. Lalu bagaimanakah dengan kekudusan Allah? Kekudusan Allah tidak membiarkan kejahatan bertahan. Oleh sebab itulah Alkitab memberitahu kita bahwa pada akhirnya kejahatan dan dosa akan dihilangkan.[1]
B. Allah Yang Maha Berdaulat
            Sifat Allah yang lain yang disebut di dalam kitab  Yesaya adalah Allah yang Maha Berdaulat (6;24:1-3,23;37:15-20;43:8-11). Allah yang Mahakuasa pencipta langit dan bumi, pasti sanggup mengontrol segala ciptaan-Nya. Kalau Ia hanya mampu menciptakan alam semesta namun tidak sanggup mengontrolnya, maka tentu Ia bukan Allah yang Mahakuasa.[2] Karena kedaulatan-Nya maka Dia sanggup melakukan apa yang dikehendaki-Nya kepada setiap ciptaan-Nya. Seperti yang digambarkan didalam Yesaya 24:1-3, bahwa Tuhanlah yang menanduskan bumi ini, mengancurkannya dan juga mengubah setiap nasib seseorang. Intinya adalah bahwa Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu baik itu menciptakan, menghancurkan maupun untuk mengubah segala sesuatu sesuai kehendak-nya, itu semua membuktikan bahwa Allah itu Maha Berdaulat.
            Ketika Yesus datang ke dunia, Dia mengharapkan agar orang Israel percaya kepada-Nya dan menerima Dia sebagai Juruselamat mereka. Tetapi faktanya, orang Israel menolak Dia (Yoh.1:11), tidak percaya kepada-Nya sehingga mereka menyalibkan-Nya. Mungkin timbul pertanyaan bagi seseorang, dimanakah kedaulatan Allah? Bukankah Dia Allah yang Maha berdaulat, yang sanggup membuat bangsa Israel tunduk kepada-Nya?
Dalam  menjawab ini, pertama seseorang harus percaya bahwa Allah itu Maha berdaulat. Kedua, dia juga harus percaya bahwa manusia itu diciptakan dengan memiliki kehendak bebas (Kej. 3:6, Yes. 57:17b). Jadi, dalam kasus tersebut kedaulatan Allah tidak menghalangi kehendak bebas manusia, karena kehendak bebas itu diberikan-Nya sendiri. Tuhan sebenarnya bisa membuat bangsa Israel tunduk kepadanya, tetapi karena ada kehendak bebas maka Tuhan tidak melakukannya. Dengan demikian, harus dimengerti bahwa kedaulatan Allah tetap ada,  tetapi kedaulatan Allah tidak bertentangan dengan kehendak bebas manusia. Manusia bisa memilih apa saja yang diinginkannya, tetapi Allah yang Maha berdaulat akan tetap memberikan konsekuensi terhadap kehendak bebas manusia.
C. Allah Yang Maha Adil
            Sifat Allah lainnya yang tertulis didalam kitab Yesaya adalah bahwa Allah itu Maha Adil (Yes. 24:16). Kata “Maha Adil” hanya dituliskan dua kali dari keseluruhan Alkitab yaitu di Amsal 21:12 dan Yesaya 24:16. Walaupun hanya dua kali disebutkan, tetapi bukan berarti Allah tidak Maha Adil, Allah tetap Maha Adil. Di dalam Alkitab untuk menggambarkan keadilan Allah, cukup dituliskan dengan kata “keadilan-Nya” (Ayb. 37:23; Mzm. 7:17, 50:6, 111:3; Yes.5:16, 59:16, Rom. 3:25 dll). Ayat- ayat tersebut sudah cukup membuktikan bahwa Allah itu sungguh Maha Adil. Keadilan Allah sudah nyata di dalam kehidupan setiap orang percaya kepada Allah. Setiap orang yang hidup dalam dosa dan tidak mau bertobat dan percaya maka dia pasti masuk neraka (Yoh. 3:18, Luk. 13:3), dan setiap orang yang sudah bertobat dan percaya maka pasti diselamatkan (Rom. 5:9-10, 10:9-10), itulah contoh nyata yang terdapat di dalam Alkitab.
             Alkitab juga menuliskan bahwa Allah yang Maha adil akan mengadili semua bangsa-bangsa di muka bumi ini (Ayb. 36:31; Mzm. 7:8, Yes. 3:13 dll). Jika seseorang berkata bahwa Allah tidak Maha adil, maka bagaimana bisa Allah yang tidak Maha adil bisa mengadili semua bangsa-bangsa didunia ini? Oleh karena itu hanya yang Maha adil yang sanggup melakukan semua itu. Oleh karena keadilan Allah, maka seharusnya masing-masing orang harus bisa menguasai dirinya dalam hal apapun, karena Allah yang Maha adil tidak segan-segan memberikan konsekuensi terhadap apa yang dilakukan oleh masing-masing orang. Keadilan Allah berlaku bagi semua orang tanpa perbedaan (Rom. 2:6,11).
D. Allah Yang Maha Murka
            Sifat Allah yang juga banyak disebutkan didalam kitab Yesaya adalah Allah yang Maha murka (Yes.5:25; 9:12,17,19,21; 10:4-6,25, 12:1 dll.). Bukan hanya didalam kitab Yesaya  menyebut Allah yang Maha murka, tetapi hampir keseluruhan Alkitab menuliskan hal yang sama, Misalnya di Kej. 18:30, Kel. 4:14, Im. 10:6, Yer. 23:20 dll. Mungkin orang yang tidak percaya sepenuhnya dengan Alkitab membaca Alkitab dan menemukan bahwa Allah itu Maha murka, bisa saja dia menggambarkan bahwa Allah itu memiliki sifat yang sangat kejam, Allah tidak memiliki kasih, tentu orang yang percaya sepenuhnya pada Alkitab tidak berpikir demikian. Sifat Allah yang Maha murka, adalah kebalikan dari sifat Allah yang Maha kasih. Jika kasih-Nya seratus persen maka Murka-Nya juga seratus Persen.
            Untuk mempermudah memahami ini, biasanya diilustrasikan  dengan sebuah koin dengan kedua sisinya. Sisi yang satu menggambarkan kasih-Nya yang seratus persen dan yang satu menggambarkan murka-Nya yang seratus persen. Jika kita melihat dari sisi kasih-Nya maka murka-Nya tidak nampak, begitu sebaliknya jika kita melihat dari sisi Murka-Nya maka kasih-Nya tidak nampak, itulah sifat Allah yang sempurna. Jadi, untuk menilai ini tergantung dari sudut pandang seseorang. Orang yang mengatakan Allah itu maha kejam murka memang benar, tetapi bukan berarti Allah tidak Mahakasih (bdg. Yoh. 3:16).
            Dalam Yesaya 5:25 berbunyi “Sebab itu bangkitlah murka TUHAN....”, dalam ayat ini mengindikasikan bahwa murka Tuhan bangkit karena disebabkan oleh suatu hal, bukan tanpa alasan. Jadi, hal apakah yang membuat murka Tuhan bisa bangkit berdasarkan ayat itu? Jawabannya terdapat di ayat sebelumnya mulai ayat 8-24, tentang pelbagai keburukan moral yang ditimbulkan oleh umat-Nya. Sehingga Allah murka terhadap mereka dan membinasakan mereka. Contoh lain yang terdapat di dalam Alkitab yaitu Allah murka terhadap kejahatan manusia pada zaman Nuh. Sampai pada zaman Nuh, kejahatan manusia semakin meningkat dan moral mereka semakin buruk, Ayah tidak mengajarkan lagi kepada anak-anaknya tentang ibadah simbolik yang baik. Sehingga bangkitlah murka Allah kepada mereka, dan hendak memusnahkan mereka (Kej. 6:13). Hanya Nuh dan sekeluarga yang tinggal, kerena Nuh adalah orang benar dihadapan Tuhan (Kej. 6:9). Dan masih banyak lagi di Alkitab yang menyebut bagaimana Allah murka terhadap umat-Nya.
Berdasarkan sifat Allah yang satu ini, maka seharusnya setiap orang perlu menyadari betapa perlunya pertobatan itu, karena orang yang belum bertobat murka Allah akan nyata atas mereka. Begitu juga dengan orang yang sudah mengerti kebenaran, namun masih melakukan dosa, maka murka Tuhan tetap ada padanya. Terlebih lagi dengan orang yang sudah diselamatkan dan akhirnya dia murtad, maka murka Tuhan lebih berat atas orang tersebut. Jadi ini salah satu sifat Allah yang perlu diwaspadai oleh setiap orang.




[1] Steven E. Liauw, Ketiadasalahan Alkitab  (Jakarta: GITS, 2005), hal. 148

[2] Suhento Liauw, Doktrin Keselamatan Alkitabiah (Jakarta: GITS, 2007), hal.12.

1 komentar: