Minggu, 26 Maret 2017

KRISTEN ARTINYA PENGIKUT KRISTUS

ketika  GBIA (GEREJA BAPTIS INDEPENDEN ALKITABIAH) berdiri, GBIA segera  dengan tegas mengumandangkan kebenaran alkitabiah  melalui berbagai  sarana.  Semangat GBIA memberitakan  Injil  dan  memaparkan  kebenaran  bukan  hanya menggetarkan  iblis  namun  juga  menggoncang  rasa  percaya  diri  pemimpin gereja-gereja  di sekitarnya. Pemimpin  gereja  yang  ketakutan anggotanya akan meninggalkan gerejanya karena doktrinnya yang salah, mengeluarkan  pernyataan,  “orang  yang pergi  ke  GBIA  adalah  pengikut SESAT DLL,  sedangkan  yang  tinggal adalah  pengikut  Tuhan.”  Sekilas  terdengar sangat hebat dan benar sehingga anggotanya  yang  bodoh  tentu  akan  tetap  tinggal  sebagai  tindakan  keputusannya  untuk  menjadi  pengikut  Tuhan. Mereka  pasti  akan  berpikir,  tentu  lebih benar  untuk  menjadi  pengikut  Tuhan.

Pada  Zaman  Sekarang  Tidak  Ada Pengikut  Langsung  Yesus  Kristus.
Para  Rasul  dan  sekitar  120  orang murid adalah pengikut langsung  Tuhan Yesus.  Ketika  para  Rasul  mencari seorang  untuk  menggantikan  posisi Yudas,  mereka  menetapkan  syarat bahwa  orang  tersebut  adalah  orang yang  senantiasa  bersama  dengan mereka  sejak  pembaptisan  Yohanes.  Artinya  orang  tersebut  bersama-sama dengan  mereka secara  langsung  menjadi  pengikut  Yesus  Kristus.  Mereka semua  adalah  saksi  mata  atas  segala sesuatu  yang  diperbuat  oleh  Yesus Kristus.
Rasul Paulus, yang  tadinya  bernama  Saulus,  dipanggil  langsung  oleh Yesus Kristus dan diajar langsung  oleh Yesus Kristus. Rasul Paulus tidak diajar oleh para Rasul yang menjadi pengikut langsung  Yesus  Kristus. Ia  dipanggil langsung  oleh Yesus Kristus dan diajar langsung  serta  diutus  langsung  oleh Yesus  Kristus.  Itulah  sebabnya  dalam pembukaan  suratnya  ia  selalu  berkata bahwa  Ia  adalah  Rasul  Yesus  Kristus.
Setelah  kepulangan  Kristus  ke Sorga,  para  Rasul  berpencar  memberitakan  Injil,  dan  memberi  kesaksian tentang  Yesus  Kristus  yang  telah  mati bagi  dosa  manusia,  dan  telah  bangkit serta  telah  kembali  ke  Sorga.  Mereka adalah saksi  mata atas semua  peristiwa tersebut.  Mereka  adalah  utusan  langsung  Yesus  Kristus,  itulah  sebabnya mereka  menyandang  nama  Rasul Yesus  Kristus.
Setelah  Yesus  Kristus  kembali  ke Sorga, hanya Rasul Paulus yang dipilih langsung,  diajar  langsung  serta  diutus langsung  oleh  Yesus  Kristus.  Itulah sebabnya Rasul Paulus berkata bahwa ia  adalah orang  terakhir  yang melihat Yesus  Kristus  (I  Kor.15:8).  Sesudah Rasul Paulus, tidak ada satu orang pun yang  bertemu Yesus Kristus,  atau  diutus Yesus Kristus, apalagi dibawa ke Sorga dan  lain  sebagainya.
Rasul-rasul  menyampaikan  cerita bukan berdasarkan pada ingatan mereka,  melainkan diingatkan  oleh  Roh Kudus  (Yoh.14:26).  Dan semua  pengajaran  mereka  adalah  pengajaran  yang diberikan  Tuhan  kepada  mereka melalui pewahyuan (Ef. 3). Dan Tuhan menggaransi  pengajaran  para  Rasul  adalah pengajaranNya  melalui  memberikan kepada mereka karunia melakukan mujizat.  Itulah  sebabnya  karunia  melakukan  mujizat  adalah  karunia  khusus Rasul  (II Kor.12:12),  dan  yang  bukan Rasul  sudah  pasti  tidak  diberikan karunia  melakukan  mujizat.
Selain  bersaksi  secara  lisan,  para  Rasul  digerakkan  untuk  menuliskan sebagian  pengajaran  mereka.  Yang mereka  sampaikan  secara  lisan  tentu jauh  lebih  banyak  dari  yang  tertulis. Firman  tertulis  adalah  yang  Tuhan ilhamkan  kepada mereka agar tersimpan  dan  menjadi  standar  kebenaran kekal  sepanjang  masa. Rasul Paulus memberitakan Injil  di Asia  Kecil,  Petrus  di Palestina,  dan menurut  tradisi  Thomas  sampai  ke India. Mereka menyampaikan kesaksi-an  mereka sesuai  yang  mereka dengar dan  lihat.  Tentu  tidak  ada  lagi  orang yang  langsung  mengikuti Kristus  Yesus melainkan  semua  orang  selanjutnya adalah  mengikuti  utusan  Yesus  Kristus, yaitu  para  Rasul  Kristus.

Mengikut  Orang  Yang Mengikut  Kristus.
Ketika  Rasul  Paulus  memberitakan  Injil  di  Asia  Kecil  dan  Yunani,  ia  menyampaikan  semua  yang  diberitahukan oleh Yesus Kristus. Tidak ada satu pun  orang  di Yunani,  atau  di  Makedonia,  yang  langsung  menjadi  pengikut Yesus Kristus, tanpa melalui mengikuti Rasul  Paulus.  Rasul  Paulus  sadar akan  hal  itu  oleh  sebab  itu  kepada jemaat  di Korintus ia  menulis, “Jadilah pengikutku,  sama  seperti  aku  juga menjadi  pengikut  Kristus.”  (1  Kor.  11:1).
Orang-orang  di  Palestina  atau  di Babilon  yang  mendengarkan  kesaksian  dan  pengajaran  Petrus,  akan  menjadi  pengikut  Petrus  sama  seperti  Petrus  menjadi pengikut Kristus. Demikian  juga  dengan  orang-orang  di  India yang  mendengarkan  kesaksian  dan pengajaran  Thomas. Sambil  para  Rasul  bersaksi  dan mengajar,  Tuhan  mengilhami  mereka menulis  agar  murid-murid  berikut  memiliki standar kesaksian dan pengajaran.  Sebab  jika  sebuah  kesaksian  dan pengajaran  diestafetkan  secara  lisan dengan  mata  rantai  yang  terlalu  panjang,  maka  pasti  akan  terjadi  pengurangan  atau  penambahan.  Bahkan setelah  memiliki  firman  yang  tertulis, pun  masih  ada  kemungkinan  terjadi  penyimpangan  penafsiran  atau  penambahan  firman.
Ketika  proses  pewahyuan  dan pengilhaman sampai pada kitab Wahyu pasal terakhir ayat terakhir, dan kepada Rasul terakhir, yaitu Yohanes, maka Tuhan tidak  menambahkan wahyu lagi. Selanjutnya proses pemuridan dilaksanakan  berdasarkan  pada  wahyu  yang  telah  tertulis.  Pengajaran murid-murid  berikut  tidak  boleh menyimpang  dari  pengajaran  para  Rasul yang  telah  mereka  tuliskan.  Seandainya  tulisan  para  Rasul  dan para Nabi,  yaitu  Alkitab,  jatuh  ke  tangan seseorang,  dan  setelah  membacanya orang tersebut menjadi percaya, toh ia bukan  pengikut  langsung  Yesus  Kristus,  melainkan pengikut Yesus Kristus melalui  tulisan  Rasul-rasul, artinya  ia sesungguhnya  adalah  pengikut  para Rasul.  Namun  yang  demikian  jarang sekali bahkan hampir tidak ada. Bagaimana mungkin ada orang yang percaya  tanpa  orang  lain  terlibat,  karena orang tersebut  tetap  perlu dibaptiskan oleh seseorang. Ia perlu mendapatkan gereja atau menyurati pemimpin sebuah  gereja  untuk membaptis  dirinya.

Pengikut  Kristus  Setelah Zaman  Rasul-rasul.
Setelah  semua  Rasul  pulang  ke Sorga,  maka  pemuridan  selanjutnya dilaksanakan  oleh  murid  langsung  para Rasul. Kita bisa membaca nama sebagian  mereka dari  surat  para  Rasul. Dan dalam  sejarah  awal  kekristenan juga bisa  kita  dapatkan  nama-nama  mereka.  Selain  Timotius,  Titus,  Lukas  dan lain-lain,  kita  dapatkan Polycarpus, Irenius  dan  masih  banyak  nama  lain  lagi. Orang-orang  yang  diselamatkan oleh  Timotius  adalah  pengikut  Timotius,  yang  adalah  seorang  pengikut Rasul  Paulus,  dan  seorang  pengikut Kristus.  Karena  orang tersebut  tahu kebenaran  dari  Timotius,  tentu  tidak benar jika orang tersebut berkata bahwa ia bukan pengikut Timotius melainkan ia  pengikut Paulus, atau bahkan ia berkata  bahwa  ia  pengikut  Yesus Kristus. Benar sekali bahwa ia  seorang pengikut Yesus Kristus melalui mengikuti  Timotius  yang  adalah  seorang pengikut  Rasul Paulus  yang  adalah seorang  pengikut  setia  Yesus  Kristus.
Setelah  ratusan  bahkan  ribuan tahun,  jenjang  murid-murid  telah  berpuluh-puluh  generasi,  proses pemuridan menjadi  lebih  kompleks.  Misalnya Nestorius, seorang  rahib  yang  membe-ritakan  Injil  ke  semenanjung  Jazirah Arab  menghasilkan  kekristenan  yang disebut  Nestorian.  Salah  satu  doktrin sesat  yang  diajarkan  oleh Nestorius ialah  unitarianisme,  yaitu  penolakan ketritunggalan  Allah.  Keluarga  Muhammad hampir  semuanya adalah  anggota gereja  Nestorian  yang  tidak  percaya pada doktrin tritunggal. Mereka menjadi murid Kristus melalui menjadi murid Nestorius  yang  sesat. Pada  zaman  kejayaan  Katholik, dibangun  banyak  biara  dengan pemimpin-pemimpin biara mereka. Sekalipun pengajaran  mereka  disatukan  secara paksa, toh ada perbedaan pengajaran dan  kebijaksanaan  antara  rahib  biara Agustinus  dengan  yang  lain.
Di  tengah-tengah  kekejaman  Katholik  bangkit  pemimpin  kaum  anabaptis  seperti  Paulisian,  Waldensis, dan diabad pertengahan ada Michael Sattler,  Menno Simon dan  lain-lain.  Semua pemimpin sesudah Rasul memegang Alkitab  di  tangan  dan  mengajar kepada  pengikut-pengikut  mereka untuk menaati Yesus Kristus. Jadi, ada kaum anabaptis  yang  menjadi  murid Yesus  Kristus  melalui  Michael  Sattler, atau melalui Menno Simon. Dan setelah Martin Luther protes, banyak orang Katholik  yang  menjadi  pengikutnya.
Jika  kita  persempit  pengamatan kita  ke  dalam  lingkup  kekristenan  Indonesia, maka sulit untuk menyangkal bahwa  semua  jemaat  HKBP sesungguhnya  adalah  pengikut  Nomensen. Mungkin ada yang membantah sambil berkata  bahwa  ia  bukan pengikut Nomensen  melainkan  pengikut  Yesus Kristus.  Tetapi  jika  direnungkan dengan tenang  dan  sabar maka  sulit  untuk membantah  bahwa  mereka  adalah pengikut  Kristus melalui Nomensen. Atau kalau saat sekarang sebenarnya lebih  tepat  untuk  mengatakan  bahwa mereka  mengikuti  Gembala  gereja lokal  mereka dan  Gembala gereja  lokal mereka  adalah  pengikut  Nomensen. Semua  gereja  yang bermerek Reformed  dan  Presbyterian  adalah pengikut  John  Calvin, karena  Calvinlah pendiri  pertama  gereja dengan  nama Refromed atau Presbyterian. Bisa saja ada pemimpin gereja Reformed tertentu  yang  bersikeras berkata  bahwa mereka bukan  pengikut  Calvin. Tetapi orang  akan  sangat  heran  alasan mereka  memakai  nama Reformed. Sesungguhnya anggota jemaat  gereja Reformed  adalah  pengikut  Gembala mereka, dan Gembala mereka adalah pengikut  Calvin. Dua contoh  di  atas  kiranya  cukup untuk  menghantar  pembaca  mengerti bahwa di  zaman  sekarang  tidak  ada orang yang langsung mengikuti Tuhan Yesus tanpa ada pengaruh dari manusia  lain.

Pengikut  Membabi  Buta  Atau Pengikut  Dengan  Melek.
Menjadi pengikut seseorang tentu sama sekali tidak salah karena seperti kata  Rasul  Paulus,  “Jadilah  pengikutku,  sama  seperti  aku  juga  menjadi pengikut  Kristus.  (1  Kor.  11:1).  Tidak mungkin  bagi  orang  Korintus  untuk tidak  menjadi pengikut Paulus melainkan  ingin  langsung  menjadi  pengikut Kristus.  Mereka  tahu  tentang  Kristus dari  Rasul  Paulus,  dan  menerima  pengajaran  doktrinal  dari  Rasul  Paulus juga.
Tetapi   ada  perbedaan  antara mengikuti seseorang secara membabi buta  dengan  secara  melek.  Mengikuti secara membabi buta itu artinya tanpa berpikir  sama  sekali.  Bahkan  ada pengikut  yang  sekalipun  menyadari mentornya  salah  toh  masih  tetap ikut terus. Seorang  teman  yang  dulu  adalah anggota  bahkan  pelayan  Kemah  Injil, setelah  mendapat  support  akhirnya bergabung  ke  gereja  Presbyterian. Saya bertanya kepadanya apakah dia sekarang  sudah  setuju  pembaptisan bayi,  dia  terdiam.  Ternyata  banyak orang  sesungguhnya  bukan  pengikut Paulus  atau  Tuhan  Yesus  melainkan pengikut  sponsornya.

Pengikut membabi  buta  biasanya adalah pengikut sejak lahir.

  
Ada orang yang  telah  dilahirkan  di  gereja  Reformed atau Presbyterian. Mereka secara membabi  buta  mengaminkan  bahwa orang sudah dipilih masuk Sorga atau Neraka sejak  dunia  belum  dijadikan. Ada  yang  dilahirkan  oleh  orang  tua yang  bergereja  di  Protestan  atau Lutheran. Mereka  tanpa  banyak berpikir  melainkan  setuju  saja  pada pembaptisan  bayi  dan  penyatuan gereja  dengan negara.  Ada  yang dilahirkan  oleh  orang  tua  yang  bergereja  di  Katholik,  dan  dari  kecil  sudah berdoa  kepada Maria.  Mereka  tidak berpikir  bahwa  Maria  adalah  manusia yang dipakai oleh  Allah untuk mengha-dirkan Juruselamat,  dan  Maria  pun harus  percaya  kepada  Yesus  Kristus untuk  memperoleh  pengampunan atas dosa-dosanya.

Sekali  lagi,  tidak  ada  salahnya menjadi  pengikut  seseorang.  Tetapi Tuhan tidak mau kita menjadi pengikut yang  membabi  buta.  Tuhan  mau  kita menjadi pengikut  orang  yang  sungguh-sungguh  mengikuti  Dia.
Itulah  sebabnya  Tuhan  menyiapkan kita sebuah kitab tertulis  yang dapat  diamati  baik  oleh  yang  mengajar maupun  yang  diajar.  Ibarat  sebuah peta jalan,  yang diamati oleh baik supir maupun penumpangnya. Semua yang ada  di  dalam  mobil  adalah  pengikut sang  supir,  tetapi  di  tangan  penumpang juga ada peta jalan sehingga jika supir sudah  menyimpang,  maka  penumpang harus  protes.  Itulah  fungsi  Alkitab  di tangan  kita  masing masing.  Gereja Katholik  tidak  menganjurkan  umatnya memegang  Alkitab  dan  memeriksa Alkitab  melainkan menggantikannya dengan  buku  doa  Madabakti.  Dan banyak  pemimpin  gereja  Protestan, Injili, Kharismatik, serta berbagai sekte tidak  merangsang  jemaat  mereka untuk  rajin  memeriksa  Alkitab.  Sikap demikian  tentu akan  menyuburkan pengikut  membabi  buta.
bahkan  anggota  jemaat  GBIA pun selalu  diserukan,  jika  mereka  mendapatkan  gereja  lain  yang  mengajarkan doktrin  yang  lebih  benar dan Alkitabiah dari  GBIA, silakan  pindah  ke  gereja  tersebut. GBIA memiliki motivasi untuk mengajarkan  pengajaran  yang  paling  alkitabiah,  agar setiap  orang yang  menjadi pengikutnya  akan  mendapatkan  bahwa  dirinya  benar-benar  adalah juga pengikut Tuhan Yesus Kristus. Dan jika anggota jemaatnya merasa  pengajarannya  tidak  sesuai  dengan  Alkitab,  mereka  tentu bebas  untuk  bersikap.  Sejak  GBIA berdiri  telah  dibiasakan  adanya  acara tanya-jawab  setiap  kali  sesudah  kebaktian atau di PA  Semua itu  adalah  karena  motivasi  utama  berdirinya GBIA bukan sekedar  menghimpun orang  melainkan  untuk  menuntun setiap  orang  menjadi  pengikut  Yesus  Kristus.
GBIA tidak  mengharapkan apalagi  mengarahkan anggota  jemaatnya  untuk  menjadi pengikut  yang  membabi buta.

GBIA mengajarkan  semua  anggota  jemaatnya  untuk  menjadi pengikut  yang  melek,  yang  sanggup menjelaskan  kepada  siapa  saja  komposisi  imannya. Agar  setiap anggota  jemaat  sanggup  menjelaskan komposisi iman yang mereka percayai dan yang  akan mereka ajarkan kepada orang lain,  maka sifat penyampaian di kelas PA (PENDALAMAM ALKITABIAH) dilakukan dengan suasana yang memberi kesempatan bagi ANGGOTA JEMAAT untuk bertanya. Bahkan dalam semua pelajaran selalu ditampilkan pengajaran lain sebagai perbandingan. Setelah mengikuti PENDALAMAN ALKITAB ANGGOTA JEMAAT sudah  mendapatkan gambaran  perbedaan  ajaran  (doktrin) yang  disampaikan  di  GBIA  dengan ajaran (doktrin)  yang diyakini sebelumnya. ANGGOTA JEMAAT  biasanya  diberi  kesempatan  untuk  mengekspresikan sikapnya terhadap doktrin yang diajarkan  oleh  GBIA. Kepada setiap orang yang menerima  pengajaran  dari  GBIA, tentu  juga  diperlakukan  sikap  yang sama.  Jangan  ada orang yang  menjadi pengikut KRISTUS secara  membabi buta,  melainkan jadilah  pengikut  yang melek. Bahkan bukan hanya terhadap ANGGOTA JEMAAT saja, melainkan terhadap siapapun  seseorang  harus  menjadi pengikut  yang  melek.

Di tangan kita masing-masing ada Alkitab,  peta Jalan kebenaran  dari  Allah. Pembaca  tidak  boleh  membiarkan supir  memacu  mobil  sekehendaknya keluar  dari  peta  jalan  yang  ada.  Jangan sampai pembaca mengikuti pemimpin yang  berkata  bahwa  ia  mendapatkan peta  lain  selain Alkitab.  Joseph  Smith berkata  bahwa  ia  mendapatkan  peta lain  (kitab  Mormon).  Begitu  juga dengan  Ellen  White  (dapat  penglihatan), Wiliam Seymour dan juga  Demos Shakarian  (dapat  penglihatan),  yaitu petunjuk-petunjuk  yang  di  luar  Alkitab. Pembaca  tidak  perlu  malu  untuk mengaku sebagai  pengikut seseorang, karena  pada  zaman  sekarang  tidak ada  orang  yang  langsung  mengikuti Yesus  Kristus,  atau  pengikut  Rasul Paulus.  Namun  yang  terpenting  ialah bahwa  orang  yang  Anda  ikuti  itu  adalah orang  yang  sungguh-sungguh  mengikuti  Kristus.  Jika  ia  sungguh-sungguh mengikuti  Kristus,  dan  setelah  Anda menghidupkan akal  sehat,  Anda  dapatkan  bahwa  pengajarannya  benar-benar  alkitabiah,  Anda  boleh  bangga menjadi pengikutnya. Terlebih lagi  jika yang  bersangkutan  juga  menjalani hidup  yang  kudus  dan  yang  patut diteladani.  Kristen  itu  artinya  pengikut Kristus.  Semua  orang  Kristen  bahkan dari  denominasi  yang  sudah  sangat sesat  pun  berkata  bahwa  ia  pengikut Kristus.  Berarti  yang  penting  malah, pengikut  Kristus  yang  melalui  ikut siapa?  ***

Sumber: http://kebenaransuara.blogspot.co.id/2014/05/kristen-artinya-pengikut-kristus.html 

Senin, 20 Maret 2017

Pakaian Ketat dan Ketidaksopanan

(sumber: www.wayoflife.org)
Pakaian yang ketat merupakan potensi batu sandungan moral yang sama berbahaya bagi laki-laki dengan pakaian yang serba sedikit. Ketika kami menulis buku Dressing for the Lord pada tahun2007, kami meminta masukan dari banyak pihak, dan kebanyakan laki-laki yang merespon mengindikasikan bahwa ROK KETAT, BLOUSE KETAT, JEANS YANG MENEMPEL KULIT DENGAN KETAT, DAN PAKAIAN RENANG ONE-PIECE, memberikan suatu “godaan yang SANGAT BESAR” untuk hawa nafsu. Belakangan ini populer bagi wanita untuk memakai selapis celana panjang ketat di bawah rok mininya, dan mereka kira mereka sudah berpakaian sopan karena “tertutup,” tetapi pakaian seperti ini sangat menggoda. Dalam survei kami, seorang lelaki berkata bahwa pakaian ketat “sangat mengundang dan berpotensi untuk hawa nafsu.” Yang lain lagi berkata, “Tidak perlu sampai kelihatan kulit, karena semua lekukan sudah terlihat jelas.” Yang lain lagi berkata, “Saya menyatakan bahwa masalah nomor satu adalah pakaian apapun yang terlalu menempel tubuh, apakah itu jeans, celana, rok, gaun, kaus, apapun. Apapun yang ketat, tidak peduli berapa panjang, akan membuat bentuk tubuh terlihat tanpa perlu imajinasi, dan ini berarti tujuan berpakaian untuk menutupi tubuh menjadi percuma!” Yang lain lagi berkata: “Satu hal yang saya lihat di gereja saya adalah pakaian yang ketat. Hal ini menyingkapkan bentuk seorang wanita. Ini bahkan bisa lebih menggoda bagi seorang lelaki.” Yang lain lagi menulis: “Poinnya bukan pada tipe pakaian yang dapat menyandung seorang lelaki, tetapi seberapa pakaian itu menempel ketat pada tubuh.” Sebagian lelaki juga menyinggung bahwa jeans yang dipakai rendah juga menjadi masalah, bukan hanya karena pakaian seperti ini menggarisbawahi bentuk tubuh wanita, tetapi juga karena me-sugestikan perut yang terpapar, meskipun perut ditutup dengan kaos. Kaos yang dipakai dalam hal ini hampir selalu adalah kaos ketat.

(Silahkan juga dibaca: Ulangan 22:5; Roma 12:1-2; 1 Timotius 2:9)

Disadur dari: www.graphe-ministry.org



Selasa, 28 Februari 2017

Gereja Harus Bersifat Lokal Dan Independen


Doktrin gereja (Ecclesiology) adalah salah satu doktrin yang sangat penting diantara doktrin-doktrin Kristen lainnya. Doktrin ini dapat dikatakan sebagai “pintu” bagi doktrin-doktrin lainnya. Doktrin gereja ini membahas hal-hal yang berhubungan dengan gereja.
Salah satu hal penting yang ada di dalam pembahasan doktrin ini ialah sifat gereja. Gereja yang benar adalah gereja yang bersifat independen. Hal ini sesuai dengan yang diajarkan oleh firman Tuhan.

Tulisan ini secara khusus membahas alasan-alasan yang dikemukakan oleh Alkitab tentang gereja yang harus bersifat independen.

GEREJA  BUKANLAH  BERSIFAT  UNIVERSAL
A.    GEREJA YANG BENAR BERSIFAT LOKAL
1.      Gereja sebagai tubuh Kristus
Alkitab dengan tegas menyatakan bahwa gereja adalah tubuh Kristus (1 Kor. 12 : 27; Ef. 1 : 23, 4 : 12; Kol. 1 : 18, 24). Dalam hal ini, gereja sebagai tubuh Kristus adalah dalam pengertian atau bersifat rohani. Kristus adalah kepala dan jemaat adalah tubuhNya. Sifat ini memperlihatkan keintiman antara Kristus dengan gereja.
Gereja adalah kumpulan orang-orang yang telah diselamatkan melalui kematian tubuh jasmaniNya di atas kayu salib. Kumpulan orang-orang ini disebutNya sebagai “jemaatKu” (Mat. 16 : 18). Jadi jemaat adalah milik Tuhan.
Gereja sebagai tubuh Kristus ini, bersifat lokal sesuai dengan penjelasan Alkitab. Matius 18 : 20 berbunyi “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." Dari ayat ini terlihat jelas bahwa tubuh Tuhan adalah kumpulan dua, tiga orang atau lebih di suatu lokasi. Dengan kata lain gereja atau jemaat itu bersifat lokal. Mereka berkumpul dengan tubuh jasmani mereka masing-masing di suatu lokasi dengan maksud khusus yakni “berkumpul dalam namaKu”. Inilah yang disebut dengan pertemuan jemaat. Oleh karena itu gereja bersifat lokal dan bukan universal. Konsep gereja universal menganggap tubuh Tuhan adalah seluruh kekristenan secara jasmani yang ada di seluruh dunia. Mereka menganggap tubuh Tuhan itu satu dan terdiri dari seluruh orang Kristen dari berbagai aliran atau denominasi. Konsep ini jelas-jelas bertentangan dengan Firman Tuhan. Memang di dalam firman Tuhan tercatat persatuan-persatuan yang berhubungan dengan jemaat. Di dalam Yohanes 17 : 21, Tuhan Yesus mendoakan orang-orang yang percaya supaya mereka semua menjadi satu. Namun persatuan yang dimaksudkan Tuhan disini jelas-jelas adalah persatuan secara rohani. Tentang persatuan secara organisasi, firman Tuhan juga menulis, “Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir (1 Kor. 1 : 10)”. Bagian firman Tuhan ini menasihatkan agar orang-orang percaya bersatu dan tidak terpecah. Tetapi persatuan yang dibicarakan di sini ialah persatuan di dalam satu jemaat. Di dalam satu jemaat haruslah ada persatuan sehingga tidak menghambat pelayanan. Jadi bagian-bagian firman Tuhan ini mendukung konsep gereja yang bersifat lokal dan bahkan menentang konsep gereja yang bersifat universal. Lagipula di dalam Alkitab sangat jelas disebut jemaat itu adalah kumpulan orang di suatu tempat tertentu seperti jemaat di Galatia, Efesus, Antiokhia, Korintus, dan Roma.
Dengan konsep gereja lokal yang diajarkan oleh Alkitab ini, maka masing-masing gereja lokal bersifat independen. Tidak ada satu gereja yang menjadi pemimpin atas gereja yang lain. Antara gereja lokal yang satu dengan yang lainnya berlaku “duduk sama rendah, berdiri sama tinggi”. Masing-masing gereja lokal bertanggung-jawab langsung kepada Tuhan. Tiap-tiap gereja lokal inilah yang disebut dengan tubuh Kristus. Dalam hal ini, tidak berarti Tuhan Yesus memiliki banyak tubuh karena pengertiannya bukan bersifat jasmani melainkan rohani.

Jumat, 27 Januari 2017

Tahun Baru Imlek: Bolehkan Dirayakan Orang Kristen?

                                                              oleh GI Hasan Karman
Tahun Baru Imlek merupakan salah satu hari raya terpenting dalam tradisi dan budaya Tionghoa. Ada kalangan yang menganggap hari raya ini sebagai hari raya keagamaan, namun sebenarnya hari raya ini sama sekali bukan milik pemeluk keyakinan tertentu seperti agama Budha, Khonghucu maupun Taoisme atau umat Sam Kauw (San jiao ??, tiga agama). Ini dapat dibuktikan bahwa jauh sebelum ketiga keyakinan tersebut berakar di negeri Tiongkok, Tahun Baru Imlek sudah dirayakan. Memang benar Tahun Baru Imlek senantiasa dikaitkan dengan berbagai ritual penyembahan, legenda dan mitos yang membuat kalangan Kristen tertentu menganggap bahwa Tahun Baru Imlek itu bertentangan dengan ajaran Kristen. Ini adalah kesalahpahaman yang harus diluruskan. Menurut penulis, merayakan Tahun Baru Imlek sama sekali tidak bertentangan dengan iman Kristen, sejauh orang Kristen tidak ikut-ikutan dalam penyembahan yang bertentangan dengan Alkitab. Orang Kristen boleh dengan tenang dan damai merayakan Tahun Baru Imlek sebagai sebuah peristiwa budaya dan tradisi yang positif sama seperti menyambut Tahun Baru Internasional. Jika ada cerita legenda dan mitos yang dikaitkan dengan Tahun Baru Imlek, anggap saja sebagai dongeng karena negeri Tiongkok yang berusia ribuan tahun itu memang penuh dengan legenda dan mitos. Ritual penyembahan yang melekat erat dalam tradisi Imlek yang tidak selaras dengan ajaran Kristen itu sebenarnya baru ditambahkan kemudian setelah ajaran Sam Kauw mengakar luas disana. Padahal Tahun Baru Imlek adalah perayaan dalam rangka menyambut pergantian Musim Dingin ke Musim Semi yang sekaligus dihitung sebagai pergantian tahun dan masuk tahun yang baru dengan rasa syukur kepada Tuhan.
Asal-usul
Sebelum Dinasti Qin (Qín Cháo, ??, ± 221- 206 SM [Sebelum Masehi]), tanggal perayaan permulaan tahun baru masih belum jelas. Ada kemungkinan awal tahun bermula pada bulan 1 (pertama) semasa Dinasti Xia (Xià Cháo??, ± 2070–1600 SM), bulan 12 semasa Dinasti Shang (Sh?ng Cháo??, ± 1766-1122 SM), dan bulan 11 semasa Dinasti Zhou (Zh?u Cháo??, ?± 1046–256 SM) di Tiongkok. Bulan kabisat (Run Yue??) yang dipakai untuk memastikan agar kalendar Tionghoa yang berpatok pada peredaran bulan (Im) sejalan dengan edaran mengelilingi matahari (Yang), selalu ditambah setelah bulan 12 sejak Dinasti Shang (menurut catatan tulang ramalan) dan Zhou (menurut Sima Qian, ??atau ???, sejarawan besar Tiongkok yang hidup sekitar tahun 145 atau 135 – 86 SM). Kaisar pertama Tiongkok, Qin Shi Huang (???menukar dan menetapkan bahwa tahun Tionghoa berawal di bulan 10 pada 221 SM. Pada 104 SM, Kaisar Wu (Han Wudi, ???, 156–87 SM) yang memerintah sewaktu Dinasti Han menetapkan bulan 1 sebagai awal tahun sampai sekarang.
Tahun pertama Tahun Baru Imlek dihitung berdasarkan tahun pertama kelahiran Kongfuzi (???, Khonghucu) baru ditetapkan oleh Kaisar Han Wudi pada tahun 104 SM sebagai penghormatan kepada Kongfuzi, yang telah mencanangkan agar menggunakan sistem penanggalan Dinasti Xia dimana Tahun Baru dimulai pada tanggal 1 bulan kesatu. Oleh sebab itu sistem penanggalan ini dikenal pula sebagai Kongzili (Kalender Kongzi) yang tahun ini merupakan Tahun 2566. Itulah sebabnya umat Khonghucu mengklaim bahwa Tahun Baru Imlek sebagai hari ulang tahun Khonghucu.
Istilah atau sebutan untuk Tahun Baru Imlek
Secara tradisi, perayaan-perayaan seputar Tahun Baru Imlek dikenal sebagai Festival Nian atau Nián Jié (?? atau ??), yang berarti “Festival Tahunan” atau “Festival Tahun Baru”. Istilah turunannya yang dikenal dengan Guò Nián (?? atau ??), secara literal artinya “melewati tahun”, secara umum masih digunakan untuk merujuk kegiatan perayaan menyambut datangnya tahun baru itu. Sebutan lain untuk Tahun Baru Imlek adalah “Tahun Baru Kalender Pertanian” atau Nónglì X?nnían (???? atau ????). Kalender Pertanian (Nónglì, ?? atau ??) merupakan sebutan yang sangat umum untuk penanggalan ini di Tiongkok.
Secara tradisi Hari Tahun Baru disebut Yuándàn (??), secara literal berarti “pertama kali matahari terbit”, namun pada tahun 1913 pemerintah Republik Tiongkok yang baru terbentuk menyesuaikan nama tersebut dengan Tahun Baru Tionghoa yang disebut “Festival Musim Semi” (Ch?njié, ?? atau ??) sebagai rujukan daripada menggunakan Hari Tahun Baru yang baru diadopsi dari Kalender Gregorian (Tahun Internasional). Ini merupakan sebutan resmi hari libur publik Tahun Baru di Tiongkok Daratan maupun di Taiwan. Sebelum tahun 1913, “Festival Musim Semi” malah merujuk pada Lichun (4 atau 5 Februari), periode Solar pertama dalam Kalender Imlek yang menandakan berakhirnya Musim Dingin dan mulainya Musim Semi.
Sebutan alternatif lainnya untuk Tahun Baru Imlek adalah (Dà) Nián Ch?y? [(????] yang secara literal berarti “Hari Pertama Tahun (Raya).” Di Hongkong dan Macau dikenal dengan sebutan Nónglì Nián Ch?y? (????? atau ?????), yang berarti “Hari Pertama Tahun Kalender Pertanian”, sedangkan sebutan resmi dalam bahasa Inggris adalah “The First Day of Lunar New Year”. Malam Tahun Baru, hari dimana keluarga Tionghoa berkumpul untuk makan malam bersama tahunan (Nian Ye Fan, ???), disebut “Malam dari yang Berlalu” (Chúx?,  ??).
Legenda dan Mitos
Sebutan Tahun Baru Imlek kontemporer berasal dari 2 kata: “Guò Nián” [secara literal berarti “melewati Nián atau lolos dari Nián”]. Menurut legenda dan mitos yang berkembang kemudian, “Nián” (?adalah seekor hewan buas mistis. Hewan ini akan keluar pada hari pertama Tahun Baru Imlek untuk memakan ternak, hasil panen, bahkan juga penduduk desa, terutama anak-anak. Untuk melindungi diri, penduduk desa akan meletakkan makanan didepan pintu pada awal setiap tahun. Mereka percaya bahwa setelah Nián menghabiskan makanan yang disediakan, ia tidak akan menyerang penduduk lagi. Suatu hari seorang penduduk desa memutuskan untuk melawan Nián. Seorang rahib yang sedang berkunjung memberitahu kepadanya untuk menempelkan kertas merah di rumahnya dan membakar petasan. Akhirnya penduduk desa mengerti bahwa Nián takut dengan warna merah dan bunyi ledakan. Ketika Tahun Baru tiba, penduduk desa menggantungkan lampion merah dan gulungan merah berbentuk spiral di pintu dan jendela. Penduduk juga menggunakan petasan untuk mengusir Nián. Sejak saat itu, Nián tidak pernah datang lagi ke desa tersebut. Menurut pemeluk Sam KauwNiánditangkap oleh Hóngj?n L?oz? (???? atau  ????), yakni salah satu dewa dalam ajaran Tao yang menyamar sebagai rahib yang berkunjung ke desa. Nián kemudian menjadi tunggangan Hóngj?n L?oz?. Tentu ini adalah mitos yang dikembangkan kemudian. Yang jelas kata Nián ini diartikan sebagai “Tahun”, dan merayakan Tahun Baru disebut Guò Nián”.
Penutup
Sebenarnya masih banyak pernak-pernik dibalik perayaan Tahun Baru Imlek, namun kebanyakan adalah tradisi yang dikembangkan oleh umat Sam Kauw dalam perkembangan sejarah Tiongkok yang telah berusia ribuan tahun. Pernak-pernik ini erat berhubungan dengan tahyul, ritual dan penyembahan. Mungkin karena masalah inilah ada kalangan Kristen tertentu yang merasa alergi merayakan Tahun Baru ini karena takut dicap penyembah berhala. Yang jelas Tahun Baru Imlek itu sendiri adalah netral karena intinya hanya menyambut pergantian tahun dan bersyukur kepada Tuhan karena telah menyertai dan memberkati kita selama tahun yang lewat, kini masuk tahun baru. Bagi orang Kristen alkitabiah yang berasal dari keturunan Tionghoa, tidak ada salahnya menggunakan momentum ini untuk bersyukur, dan tradisi budaya ini sama positifnya seperti ketika mereka menyambut pergantian tahun 2014 ke tahun 2015 yang baru lalu. Bedanya Tahun Imlek yang akan berlalu ini hanya di angka 2565 dan akan segera berubah menjadi Tahun Baru Imlek 2566 pada tanggal 19 Februari 2015 nanti! Jadi, silakan merayakan (tambahan: Maaf tulisannya dimiringkan karena artikel ini di posting pada tahun 2015, sehingga tulisan tahunnya berbeda, jadi sengaja dimiringkan, mohon dimaklum). 


sumber: http://graphe-ministry.org/articles/2015/02/2182/