Doktrin gereja (Ecclesiology)
adalah salah satu doktrin yang sangat penting diantara doktrin-doktrin
Kristen lainnya. Doktrin ini dapat dikatakan sebagai “pintu” bagi
doktrin-doktrin lainnya. Doktrin gereja ini membahas hal-hal yang berhubungan
dengan gereja.
Salah satu hal penting yang ada di
dalam pembahasan doktrin ini ialah sifat gereja. Gereja yang benar adalah
gereja yang bersifat independen. Hal ini sesuai dengan yang diajarkan oleh
firman Tuhan.
Tulisan ini secara khusus membahas
alasan-alasan yang dikemukakan oleh Alkitab tentang gereja yang harus bersifat
independen.
GEREJA
BUKANLAH BERSIFAT UNIVERSAL
A. GEREJA YANG BENAR BERSIFAT LOKAL
1. Gereja sebagai tubuh Kristus
Alkitab dengan tegas menyatakan
bahwa gereja adalah tubuh Kristus (1 Kor. 12 : 27; Ef. 1 : 23, 4 : 12; Kol. 1 :
18, 24). Dalam hal ini, gereja sebagai tubuh Kristus adalah dalam pengertian
atau bersifat rohani. Kristus adalah kepala dan jemaat adalah tubuhNya. Sifat
ini memperlihatkan keintiman antara Kristus dengan gereja.
Gereja adalah kumpulan orang-orang
yang telah diselamatkan melalui kematian tubuh jasmaniNya di atas kayu salib.
Kumpulan orang-orang ini disebutNya sebagai “jemaatKu” (Mat. 16 : 18). Jadi
jemaat adalah milik Tuhan.
Gereja sebagai tubuh Kristus ini,
bersifat lokal sesuai dengan penjelasan Alkitab. Matius 18 : 20 berbunyi “Sebab
di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di
tengah-tengah mereka." Dari ayat ini
terlihat jelas bahwa tubuh Tuhan adalah kumpulan dua, tiga orang atau lebih di
suatu lokasi. Dengan kata lain gereja atau jemaat itu bersifat lokal. Mereka
berkumpul dengan tubuh jasmani mereka masing-masing di suatu lokasi dengan
maksud khusus yakni “berkumpul dalam namaKu”. Inilah yang disebut dengan
pertemuan jemaat. Oleh karena itu gereja bersifat lokal dan bukan universal.
Konsep gereja universal menganggap tubuh Tuhan adalah seluruh kekristenan
secara jasmani yang ada di seluruh dunia. Mereka menganggap tubuh Tuhan itu
satu dan terdiri dari seluruh orang Kristen dari berbagai aliran atau
denominasi. Konsep ini jelas-jelas bertentangan dengan Firman Tuhan. Memang di
dalam firman Tuhan tercatat persatuan-persatuan yang berhubungan dengan jemaat.
Di dalam Yohanes 17 : 21, Tuhan Yesus mendoakan orang-orang yang percaya supaya
mereka semua menjadi satu. Namun persatuan yang dimaksudkan Tuhan disini
jelas-jelas adalah persatuan secara rohani. Tentang persatuan secara
organisasi, firman Tuhan juga menulis, “Tetapi aku menasihatkan kamu,
saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata
dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat
bersatu dan sehati sepikir (1 Kor. 1 : 10)”. Bagian firman Tuhan ini
menasihatkan agar orang-orang percaya bersatu dan tidak terpecah. Tetapi persatuan
yang dibicarakan di sini ialah persatuan di dalam satu jemaat. Di dalam satu
jemaat haruslah ada persatuan sehingga tidak menghambat pelayanan. Jadi
bagian-bagian firman Tuhan ini mendukung konsep gereja yang bersifat lokal dan
bahkan menentang konsep gereja yang bersifat universal. Lagipula di dalam
Alkitab sangat jelas disebut jemaat itu adalah kumpulan orang di suatu tempat
tertentu seperti jemaat di Galatia, Efesus, Antiokhia, Korintus, dan Roma.
Dengan konsep gereja lokal yang diajarkan oleh Alkitab ini,
maka masing-masing gereja lokal bersifat independen. Tidak ada satu gereja yang
menjadi pemimpin atas gereja yang lain. Antara gereja lokal yang satu dengan
yang lainnya berlaku “duduk sama rendah, berdiri sama tinggi”. Masing-masing
gereja lokal bertanggung-jawab langsung kepada Tuhan. Tiap-tiap gereja lokal
inilah yang disebut dengan tubuh Kristus. Dalam hal ini, tidak berarti Tuhan
Yesus memiliki banyak tubuh karena pengertiannya bukan bersifat jasmani
melainkan rohani.