oleh Hasan Karman, SH, M.M.
Ditengah dunia yang semakin materialistis ini, umat manusia di seluruh dunia terserang virus pop culture dan mengikuti gaya hidup trend setter yang kadang-kadang berasal dari dunia industri. Orientasi mereka adalah bisnis dan bagaimana menjual serta meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. Salah satu industri besar yang menjadi target para pebisnis adalah Hari Valetine yang jatuh pada tanggal 14 Februari setiap tahun. Perayaan ini dilakukan dengan mengirim bunga, permen, coklat, kartu, bahkan perhiasan yang mahal, kepada orang yang dikasihi. Perayaan ini menjadi incaran karena merupakan bisnis komersil raksasa penjualan bunga, permen, coklat, pakaian, perhiasan dan sebagainya. Namun tahukah anda bahwa asal-usul Hari Santo Valentine yang kelam ini berasal dari masa pra-Kristen (zaman paganisme) yang berhubungan dengan ketelanjangan (nudity) dan penderaan (menyakiti dengan cambuk). Sebelum anda ikut-ikutan merayakannya, ada baiknya anda mengetahui sejarahnya dan dari mana nama St. Valentine itu berasal.
Era Pra-Kristen
Pada masa Romawi kuno, tanggal 13, 14 dan 15 Februari dirayakan sebagai HariLupercalia, yaitu festival kesuburan penyembah berhala (pagan). Kelihatannya tanggal-tanggal ini menjadi dasar hari perayaan cinta-kasih. Menurut Noel Lenski, professor sastra Universitas Colorado di Boulder, yang menjadi narasumber di National Geographic, pria-pria muda akan bertelanjang bulat dan menggunakan cambuk dari kulit kambing atau anjing untuk mencambuki punggung wanita-wanita muda untuk meningkatkan kesuburan mereka. Ritual itu juga dipercayai dapat menangkal serangan serigala terhadap ternak dan untuk menghormati dewa kesuburan mereka. Ada kalangan yang meyakini Hari Valentine dirayakan pada pertengahan Februari untuk mengenang hari kematian St. Valentine – yang kemungkinan terjadi sekitar tahun 270 AD – namun ada juga yang mengklaim bahwa gereja Katolik kemungkinan memutuskan untuk menempatkan hari peringatan St. Valentine pada pertengahan Februari sebagai upaya untuk “mengkristenkan” perayaan pagan Lupercalia. Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari merupakan sebuah festival kesuburan yang dipersembahkan kepada Faunus, dewa pertanian Romawi, dan juga kepada pendiri Roma, Romulus and Remus.
Mengawali festival, para anggota Luperci, sebuah sekte pendeta Romawi, akan berkumpul di sebuah gua suci tempat dimana diyakini bayi Romulus dan Remus, para pendiri Roma, diasuh oleh seekor serigala betina atau Lupa. Pendeta-pendeta itu akan mengorbankan seekor kambing untuk kesuburan, dan seekor anjing untuk kemurnian. Mereka kemudian akan menguliti hewan itu, memotong-motong dagingnya dan mencelupkannya kedalam darah suci serta membawanya ke jalan-jalan dan memecutkan kulitnya kepada para wanita dan ladang-kebun tanaman. Wanita-wanita Romawi itu sama sekali tidak takut, namun malah antusias menyentuh kulit itu karena dipercayai akan membuat mereka lebih subur pada tahun mendatang. Menurut legenda kemudian semua wanita muda di kota itu akan menaruh nama mereka kedalam sebuah jambangan besar. Setiap pria bujangan kota itu akan memilih sebuah nama dan menjadi pasangan selama setahun dengan wanita yang dipilihnya tanpa ikatan pernikahan. Jika pasangan itu cocok, maka kemungkinan akan dilanjutkan dengan pernikahan sah.
Tiga nama Valentine yang dikaitkan dengan Hari Valentine
Sekitar Tahun 197 AD terdapat seorang Kristen bernama Valentine dari Terni mati martir karena keyakinannya pada masa Kaisar Aurelian. Sedikit sekali diketahui tentang kehidupannya, kecuali bahwa ia ditahbiskan sebagai Uskup Interamna (kini Terni) pada tahun 197 M dan wafat tidak lama kemudian. Rupanya ia dipenjarakan, disiksa dan dipenggal di Via Flaminia (Roma) atas perintah seorang gubernur Romawi yang dijuluki dengan nama yang ganjil, yaitu Placid Furius (‘Pemarah yang Kalem’). Menurut legenda, ia wafat pada 14 Februari, namun kelihatannya ini ditambahkan kemudian. Sekitar Tahun 289 AD dikisahkan St. Valentine adalah seorang rahib yang melayani di Roma pada abad ketiga. Kaisar yang berkuasa pada masa itu adalah Claudius II. Kaisar Claudius II berpendapat bahwa bahwa tentara bujangan lebih bagus daripada tentara yang menikah, sehingga ia melarang semua pria muda yang menjadi tentara untuk menikah. Valentine menentang putusan ini karena menurutnya tidak adil dan memilih tetap menikahkan pasangan muda secara rahasia. Ketika tindakannya ketahuan Kaisar, ia ditangkap dan dipenjarakan serta dihukum mati. Alkisah, pasangan-pasangan muda yang dinikahkan Valentine mengirimkan bunga dan surat kepada Valentine ketika mereka menjenguk dirinya di penjara. Legenda lain yang agak berbeda mengisahkan bahwa Valentine menolong orang-orang Kristen yang melarikan diri dari tahanan karena tidak tahan disiksa. Perbuatannya ini membuat dirinya ditangkap. Ketika dipenjara ia menobatkan kepala penjaranya karena menyembuhkan kebutaan puteri kepala penjara tersebut. Menurut versi yang muncul kemudian Valentine dikisahkan jatuh cinta kepada puteri kepala penjara itu. Sebelum dihukum mati, ia mengirim “surat valentine” pertama kepada kekasihnya dan menandainya dengan kata-kata “Dari Valentine-mu”. Kata-kata inilah yang ditiru dan digunakan dalam kartu Valentine. Nama Valentine dari Roma disebut-sebut wafat pada tanggal 14 Februari, ini adalah hal yang mustahil. Sekitar Tahun 496 AD Paus Gelasius yang memegang tahta kemudian menetapkan 14 Februari sebagai Hari St. Valentine, sebuah hari raya Katolik. Kelihatannya ini merupakan strategi kompromi “jika kamu tidak bisa mengalahkan mereka, bergabunglah dengan mereka” terhadap festival paganism Lupercalia yang masih populer.
Tahun 1382
Geoffrey Chaucer menulis Parlement of Foules (atau “Parliament of Fowls”, secara literal berarti “parlemen unggas atau burung”), yang diterima luas sebagai hal pertama yang dikaitkan dengan Hari Valentine sebagai cinta yang romantis. Dalam merayakan pertunangan Richard II dari Inggris dan Anne dari Bohemia, ia menulis: “Karena ini adalah Hari Valentine/Saat setiap unggas keluar memilih pasangannya”. Namun diperkirakan hal tersebut merujuk ke tanggal 2 Mei, hari santo dalam kalender liturgis Valentine dari Genoa – yang lebih tepat merupakan musim kawin unggas di Inggris. Tahun 1400 pada Hari Valentine di Paris dibentuk Pengadilan Tinggi Cinta, yang khusus mengurus masalah perikatan: perjanjian pernikahan, perceraian, perselingkuhan, dan KDRT (kekerasan dalam rumah tangga). Beberapa tahun kemudian, Charles, Duke dari Orleans (yang asli orang Perancis) menulis surat Valentine pertama yang tercatat dalam sejarah kepada kekasihnya ketika dipenjarakan di Menara London setelah tertangkap dalam Pertempuran Agincourt pada tahun 1415. Pada tahun 1601 popularitas Hari Valentine menjadi begitu merasuk kedalam pikiran masyarakat ketika muncul syair ratapan Ophelia didalam Hamlet karya William Shakespeare: “Esok adalah Hari Santo Valentine,/Saat pagi menjelang,/Dan aku gadismu ada di jendela,/Sebagai Valentine-mu .”
Pertengahan abad ke-18 trend saling mengirim surat cinta menjadi populer di Inggris, sebuah pembuka tradisi kartu Valentine yang kita kenal sekarang. Awalnya hanya berupa kertas digulung dan diikat dengan tali renda. Pada tahun 1797, terbit The Young Man’s Valentine Writer, yang menganjurkan tulisan pesan dan syair yang sesuai dalam kartu Valentine. Munculnya pelayanan pos menjadi lebih mudah dijangkau, sehingga pengiriman kartu Valentine tanpa nama dimungkinkan. Menjelang awal abad ke-19, kartu ini menjadi begitu populer sehingga pabrik-pabrik percetakan mulai melakukan produksi massal. Tahun 1847 mengikuti tradisi Inggris tersebut, Esther Howland dari Worcester, Massachusetts, mulai mencetak kartu – dengan menggunakan kertas renda yang baru ditemukan dan lebih murah – di Amerika Serikat. Tahun 1913 munculnya Hallmark Cards yang mencetak kartu Valentine pertamanya yang dirancang dengan mewah, mahal dan bergengsi. Kartu Hallmark menjadi simbol status kelas atas yang banyak menguras kantong para kekasih yang ingin menunjukkan gengsinya kepada kekasih atau calon kekasihnya. Cara pengungkapan perasaan dengan bertemu langsung dianggap kuno karena munculnya promosi kartu mewah dan mahal merek Hallmark ini. Mengirim kartu Valentine merek Hallmark dianggap lebih tinggi gengsinya daripada cara lain. Pada pertengahan 1980-ankomersialisasi berlanjut: melihat dampak penjualan coklat, bunga dan kartu pada Hari Valentine yang sangat dahsyat, industri berlian ikut ambil bagian dengan mempromosikan Hari Valentine sebagai saat yang tepat untuk memberikan perhiasan. Kekasih-kekasih digenjot gengsinya agar memberikan hadiah perhiasan mahal pada Hari Valentine. Promosi ini akhirnya menjadi “tradisi” bagi kalangan berduit. Tahun 2009 Hari Valentine menghasilkan penjualan retail sekitar $14.7 milyar (£9.2 milyar) di Amerika Serikat. Tahun 2010 diperkirakan 1 milyar kartu Valentine dikirim ke seluruh dunia, sehingga Hari Valentine menjadi perayaan No. 2 yang tertinggi pengiriman kartunya setelah Hari Natal. Penulis tidak menelusuri angka yang diperoleh pada tahun 2011-2014. Yang jelas tahun 2015 tak akan lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya.
Penutup
Barangkali kita tak akan pernah mengetahui jatidiri dan kisah sebenarnya dibalik orang-orang yang bernama St. Valentine, namun satu hal yang tak bisa dipungkiri, 14 Februari telah menjadi hari perayaan cinta-kasih para penyembah berhala (paganism), kemudian berlanjut pada masa keemasan gereja Katolik Abad Pertengahan. Secara faktual Hari Valentine menempati urutan ke-2 dalam record jumlah pengiriman kartu ucapan dibawah Hari Natal. Sebagai orang Kristen pencinta kebenaran apakah anda juga merayakan Hari Valentine setelah mengetahui asal-usul dan faktanya? Satu pribadi lagi yang mungkin ingin anda ketahui pada Hari Valentine, yaitu Cupid (kata Latin Cupido berarti hasrat atau napsu cinta). Dalam Mitologi Romawi, Cupid adalah putera Venus, dewi Cinta. Rekannya dalam mitologi Yunani adalah Eros. Dewa Cinta. Cupid adalah dewa yang digambarkan sebagai anak nakal yang terbang kesana-kemari dengan sayap kecilnya dan memanahi dewa-dewi dan manusia sehingga mereka menjadi saling jatuh cinta. Percayakah anda pada dewa?
Sumber: www.graphe-ministry.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar